Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Washington – Polisi mencegat paket bom pipa yang dikirim ke bekas Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, Hillary Clinton, kantor media CNN dan sejumlah tokoh politik Demokrat lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca:
Petugas dari Biro penyelidik federal FBI menyebut tindakan ini sebagai terorisme. Paket bom ini memiliki kemiripan dalam bentuknya dan mengandung peralatan yang bisa merusak.
“Sejauh ini, peralatan yang ditemukan sepertinya adalah bom pipa,” kata Johh Miller, deputi komisioner kepolisian New York Bidang Intelijen dan Kontra-terorisme, dalam jumpa pers seperti dilansir Reuters pada Rabu, 24 Oktober 2018.
Baca:
Petugas lain mengatakan paket bom itu mirip dengan paket yang dikirim dan dicegat petugas di rumah konglomerat George Soros pada Senin, 22 Oktober 2018. Bom itu telah diledakkan. Soros merupakan salah satu penyumbang untuk Partai Demokrat.
Peristiwa pengiriman paket bom ini meningkatkan ketegangan masyarakat Amerika Serikat, yang terpolarisasi antara pendukung Partai Republik dan Partai Demokrat, menjelang digelarnya pemilu paruh waktu pada 6 November 2018. Demokrat berusaha mengambil alih kursi mayoritas yang dikuasai Partai Republik di DPR dan Senat.
Paket bom pipa ini, menurut FBI, dikirim dalam amplop besar dan memiliki alamat pengirim bernama “Debbie Wasserman Shultz”, yang merupakan wakil rakyat dan pernah menjadi pimpinan Demokrat.
Ejaan nama pengirim itu, menurut Chicago Tribune, merupakan ejaan keliru dari “Debbie Wasserman Schultz”, yang merupakan wakil rakyat dari Florida. Ada enam prangko terpasang pada amplop yang berisi pipa bom itu.
Baca:
Dinas Rahasia AS mencegat paket – paket bom itu ke rumah Obama di Washington dan rumah Hillary Clinton di New York.
Kantor biro CNN di New York juga menerima paket bom pipa ini. Polisi lalu melakukan evakuasi semua pengguna Gedung Time Warner, yang menjadi lokasi biro ini. Gedung ini terletak di dekat Central Park, New York, yang merupakan kawasan sibuk.
Selain itu, bekas jaksa agung pada era Obama yaitu Eric Holder, dan wakil rakyat dari Demokrat, Maxine Waters, ikut mendapat kiriman paket bom itu.
Hingga kini, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab. “Ini jelas tindakan teror mencoba melemahkan kebebasan media dan para pemimpin negara ini lewat tindakan kekerasan,” kata Bill de Blasio, Wali Kota New York, kepada media.
Baca:
De Blasio membantah jika paket-paket bom itu adalah upaya hoaks oleh kelompok liberal dengan mengatakan,”Ini benar-benar terjadi.” Menurut dia,”Bom yang diambil petugas dari gedung dekat sini merupakan bom serius.”
Presiden Donald Trump dan Sekretaris Media, Sarah Huckabee Sanders, mengutuk tindakan itu sebagai “menjijikan” dan bertekad akan menangkap pihak yang bertanggung-jawab.
Trump yang dikenal biasa melontarkan berbagai serangan verbal kepada tokoh Partai Demokrat mengajak semua pihak bersatu.
“Dalam waktu seperti ini, kita harus bersatu, kita harus bersama, dan mengirim satu pesan kuat, pesan yang tidak disalah-artikan bahwa tindakan ancaman kekerasan politik apapun tidak punya tempat di AS,” kata Trump di Gedung Putih.
Dia menambahkan,”Kita semua merasa sangat marah, terganggu, dan tidak suka dengan apa yang kita saksikan pada pagi ini. Kita akan mencari tahu hingga tuntas.”
Semua target ini merupakan pihak-pihak yang kerap dikritik oleh kelompok kanan di AS atau pendukung Partai Republik. Trump juga berulang kali mengkritik CNN sebagai media berita bohong dan juga menyerang media massa secara umum.
“Ada ketidak-pahaman total di Gedung Putih bahwa serangan mereka terus menerus ke media adalah hal serius,” kata Jeff Zucker, Presiden CNN. “Presiden dan sekretaris media harus memahami bahwa kata-kata mereka berdampak. Sejauh ini mereka tampaknya tidak memiliki pemahaman soal ini.” Investigasi kasus bom pipa ini masih berlangsung di Amerika.