Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jay Cochrane nekat berhari-hari meninggalkan kuliah kedokteran di Liverpool University. Dengan kereta dan duit pas-pasan di kantong, dia berangkat ke London tiga bulan lalu, demi sebuah nama: Michael Jackson.
Sang Raja Pop akan menggelar konferensi pers soal rencana tur musiknya di London. Cochrane ingin melihat langsung idolanya. Tanpa malu, dia memamerkan tato Jacko di dada dan pahanya. ”Saya tahu ini kedengaran aneh bagi kamu, tapi saya ingin dia ada di dekat saya di mana pun,” kata Cochrane, 25 tahun.
Tur Jacko bertajuk This Is It ini akan menjadi konser panjang pertama setelah vakum selama lebih dari sepuluh tahun. Ia akan berpentas 50 kali di O2 Arena, mulai 13 Juli hingga ditutup pada 6 Maret 2010. Tur panjang terakhirnya adalah HIStory World pada 1997.
Seminggu setelah konferensi pers, loket penjualan tiket dibuka. Antrean sudah mengular sejak beberapa hari sebelumnya. Hanya dalam beberapa jam, 500 ribu tiket ludes. Ayesha Obi, 19 tahun, riang bukan kepalang saat berhasil memegang tiket konser Jacko di Stadion O2 Arena. Ia berkemah di depan loket dua hari dua malam demi sebuah tiket.
Ketika mendengar kabar tiket turnya habis terjual, Jacko berlinang air mata, nyaris tak percaya. ”Dia menangis. Saya bisa mendengar dari suaranya,” kata Randy Phillips, bos AEG Live, perusahaan promotor This Is It.
Kendati banyak pihak ragu terhadap kesiapan fisiknya, penyanyi yang meledakkan album Thriller hingga lebih dari 50 juta keeping itu tampak sangat antusias mempersiapkan pentasnya. Tes fisik dan kesehatan yang dipersyaratkan perusahaan asuransi bisa dilewatinya. Menurut Jacko, 50 tahun, turnya kali ini akan menjadi yang terakhir baginya.
Sejumlah persiapan sudah dirancang jauh-jauh hari. Christian Audigier bertanggung jawab merancang kostum panggung Jacko. Di kostum itu, akan disematkan 300 ribu butir kristal Swarovski. Ribuan penari latar dari berbagai negara disaring hingga didapatkan 12 penari terbaik yang akan mendampinginya.
Namun tur panjang itu gagal sudah. Rumah Sakit University of California, Los Angeles, menyatakan pelantun One Day in Your Life itu tutup usia setelah terkena serangan jantung, Kamis dua pekan lalu, pukul 14.26 waktu setempat.
Kematiannya mengejutkan. Beberapa hari terakhir sebelum meninggal, Jacko masih giat berlatih hingga tengah malam. Video latihan yang didapat stasiun televisi CNN membuktikan vitalitas Michael Jackson. Diiringi raungan gitar dan delapan penari muda, penampilan Jacko saat menyanyikan lagu They Don’t Care About Us dari album HIStory yang dirilis pada 1996 itu tak banyak berbeda dengan sepuluh tahun lalu. Kecepatan dia menari tak kalah dengan penari-penari muda di belakangnya.
Dorian Holley, pelatih vokal, memberikan kesaksian bagaimana vitalitas Jacko dalam latihan terakhirnya di Stadion Staples Center, Rabu malam. Holley, yang melatih vokal Jacko sejak 1987, sempat terkagum-kagum pada ketangguhan vokal dan fisik Jacko, yang sudah melewati usia 50 tahun.
”Dia tampil di panggung dengan sekelompok penari yang rata-rata baru 20-an tahun, tapi matamu tak bisa lepas darinya,” kata Holley. Dia menyanyikan semua lagu yang rata-rata terdiri atas enam atau tujuh bagian. Setiap kali ada nada yang salah, tanpa segan dia mengulanginya dengan intensitas tak berkurang sedikit pun. ”Kami hanya bisa ternganga. Benar-benar luar biasa,” Holley mengenang.
Malam itu, kata Holley, latihan berakhir menjelang tengah malam. Acara Jacko masih berlanjut dengan rapat membahas persiapan tur. Itulah terakhir kali dia bertemu dengan Michael Jackson.
Penyebab kematian Jacko masih samar. Hasil otopsi tahap pertama Kepolisian Los Angeles belum banyak menyingkap penyebab kematiannya. Juru bicara Los Angeles County Coroner, Craig Harvey, mengatakan mereka masih perlu melakukan uji toksikologi dan beberapa tes lain yang bakal makan waktu hingga enam minggu. Namun dia memastikan tak ada bekas trauma atau luka di tubuh sang superstar.
Dalam perut Jacko ditemukan campuran obat-obatan. Di lengan, paha, dan pantatnya terlihat banyak bekas suntikan. Polisi menggeledah rumah yang disewa Jacko Rp 1,7 miliar per bulan di 100 North Carolwood Drive, mencari obat-obatan yang dia konsumsi.
Menjelang kematiannya, ada empat orang saksi di sekeliling Jacko. Yang pertama anak tertuanya, Michael Joseph Jackson, Jr., yang acap dipanggil Prince; pengawalnya Tippy; dokter pribadinya, Conrad Murray; dan sang manajer, Frank DiLeo.
Prince, menurut Stacy Brown, penulis biografi Jacko, semula mengira ayahnya sedang berpura-pura menjadi badut ketika pertama kali terkena serangan jantung di ruang tamu. Siang itu, Jacko sebenarnya tengah bersiap berangkat ke London untuk konsernya. Sekitar pukul 11.30, dia disuntik Demerol, obat pereda sakit.
Tippy bersama Murray kemudian memindahkan badan Jacko dari ruang tamu ke tempat tidur. Dokter Murray lalu mencoba menyadarkan Jacko, tetapi gagal. Badan Jacko, kata Brown mengutip sang dokter, terasa dingin dan wajahnya sangat pucat.
Tippy menelepon ayah Jacko, Joseph Jackson, di Las Vegas, mengabarkan ada yang salah dengan anaknya. ”Joseph langsung membentak, kenapa mereka tak segera mencari pertolongan,” Brown menuturkan. Tippy kemudian menghubungi 911. Petugas 911 Los Angeles mengatakan mereka baru menerima panggilan pukul 12.21, atau 51 menit setelah serangan jantung pertama. Mereka tiba di rumah Jacko hanya dalam waktu sembilan menit.
Joseph menduga ada kesalahan dalam penanganan penyakit anaknya. ”Michael sudah meninggal sebelum ke luar rumah,” kata Joseph. Padahal, beberapa jam sebelumnya, Jacko sempat ke luar rumah dan melambaikan tangan kepada para penggemarnya. Karena itu, keluarga Jackson menghendaki otopsi kedua oleh pihak independen. Tudingan mengarah ke dokter Murray.
Polisi sudah memeriksa Murray, juga mobilnya. Ed Chernoff, pengacara yang mendampingi Murray, membantah tudingan bahwa kliennya telah menyuntik Jacko dengan Demerol dan menuliskan resep obat penahan sakit OxyContin. ”Jika di perut Michael ditemukan OxyContin, itu tak ada kaitannya dengan dokter Murray,” katanya.
Chernoff juga mengatakan kliennya sudah berusaha menghubungi 911 secepatnya. Namun semua telepon di rumah Jacko rupanya diblokir. Murray kemudian menghubungi 911 lewat telepon selulernya, tapi dia tak hafal alamat rumah Jacko. Akhirnya, Tippy-lah yang menghubungi 911. Saat Jacko diangkut ambulans, kata Chernoff mengutip Murray, masih ada denyut di pembuluh darah si Raja Pop.
Sumber di kepolisian Los Angeles juga belum menemukan bukti yang memungkinkan Murray bisa dijadikan tersangka atas kematian Jacko. Miranda Sevcik, juru bicara Murray, menjamin dokter spesialis jantung itu akan tetap tinggal di Los Angeles untuk memudahkan penyelidikan.
Murray, 51 tahun, mempunyai izin praktek dokter di Negara Bagian California, Nevada, dan Texas dengan kantor di Houston, Texas. Beberapa tahun lalu, dia pernah menjadi dokter pribadi Jacko sebelum digantikan dokter lain. Dua minggu sebelum meninggal, Jacko meminta Murray kembali mendampinginya selama tur di London. ”Michael mengatakan kepada saya, dia percaya orang ini,” ujar Randy Phillips, bos AEG Live.
Hingga Jumat pekan lalu, belum terang kapan dan di mana Michael Jackson akan dimakamkan. Menurut sumber yang dikutip SkyNews, upacara pemakaman sang Raja Pop akan digelar di Staples Center, Selasa ini. Dua puluh ribu kursi telah disiapkan dan lebih dari separuhnya telah terjual.
Sebelas albumnya juga diburu. Situs Amazon menyebutkan 80 persen pembeli pekan lalu memesan album Jacko. Sebanyak 2,3 juta lagunya diunduh dalam satu hari oleh warga Amerika saja. Klip video latihan terakhirnya diperkirakan bernilai Rp 10 triliun, lebih dari cukup untuk menutup utangnya sebesar Rp 5 triliun.
Seperti hidupnya, kematiannya ”dirayakan”. ”Kematianku akan menjadi pertunjukan terhebat di dunia,” kata Jacko, 17 tahun lalu.
Sapto Pradityo (MailOnline, Time, CNN, People, Independent, AP)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo