Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Orang-orang tidak tahu bagaimana rasanya menjadi diriku. Tidak ada seorang pun yang boleh menghakimi diriku, kecuali jika mereka pernah mengalami hari-hari buruk seperti yang aku alami.”
Michael Jackson pernah mengatakannya saat dia beranjak dewasa. Dalam otobiografinya yang diterbitkan setelah Jacko—begitu panggilannya—mengakhiri tur solo pertamanya, terungkap bahwa tekanan popularitas membuat Michael, yang aslinya pemalu, menarik diri dari dunia luar. Katherine Jackson, ibunya, menyebut si bungsu penyendiri. ”Saya orang yang paling kesepian di dunia,” keluh Michael kepada penulis otobiografinya, J. Randy Taraborrelli.
Kesehatan fisik dan jiwa Michael mulai menunjukkan penurunan signifikan setelah dia mendapat luka bakar stadium dua akibat kecelakaan saat membuat iklan minuman ringan Pepsi di Los Angeles pada 1984. Michael harus menjalani operasi besar pada kulit kepalanya. Michael mengaku didera rasa sakit luar biasa yang membuatnya menderita. Itulah awal dia berkenalan dengan obat penghilang rasa sakit.
Selain itu, pengalaman pahit masa kanak-kanaknya begitu membekas dalam dirinya. Kepada Oprah Winfrey yang mewawancarainya pada 1993, Michael mengaku ayahnya, Joseph Jackson, sering menyiksanya hingga berdarah-darah. Tapi, yang paling menyakitkan, ayah dan saudara-saudaranya sering memanggilnya ”si jelek” atau ”si hidung besar”. ”Setiap hari aku ingin menangis,” katanya.
Ejekan tersebut berdampak serius pada jiwa Michael. Rasa percaya dirinya rontok. Michael menjalani operasi hidung agar kecil pada 1984. Wajahnya pun dipermak hingga menyerupai topeng. Kulitnya berubah jadi putih, rambutnya lurus. Jacko menyangkal tuduhan dia terobsesi operasi plastik dan pemutihan kulit. Pada 1993, Dr Arnold Klein menyatakan Michael mengidap vitiligo: kehilangan pigmen pewarna (melanin) kulit.
Apa pun tepatnya sakit sang Raja Pop, yang jelas dia berkali-kali dilarikan ke rumah sakit. Pada 1995, misalnya, Michael pingsan saat latihan untuk acara televisi. Menurut dokter, detak jantungnya tidak normal dan dia menderita dehidrasi parah. Michael juga menderita costochondritis atau peradangan tulang rawan pada bagian depan tulang iga akibat latihan. Pada Juni 2005, dia kembali dilarikan ke rumah sakit gara-gara punggungnya bermasalah akibat menari berlebihan. Pada akhir 2008, Michael disebut menderita kekurangan alpha-1 antitrypsin, yaitu kelainan genetika yang menyerang hati dan paru, sehingga dia memerlukan transplantasi paru.
Apa boleh buat, kesehatan Michael adalah isu yang seksi untuk diberitakan, selain tabiatnya yang suka mencabuli anak lelaki. Tabloid terbitan Inggris, The Sun, menyebutkan Michael membelanjakan 30 ribu pound sterling atau sekitar Rp 450 juta setiap bulan untuk obat. Dia biasa membeli obat penghilang rasa nyeri Vicodin, Demerol, obat antitegang otot Soma, obat tidur Xanax, antidepresan Zoloft, serta obat lain seperti Paxil dan Prilosec.
Grace Rwaramba, perempuan yang pernah mengasuh tiga orang anak Michael, pekan lalu buka mulut. Dia menyebutkan Michael menenggak aneka jenis obat setiap hari dan hanya makan sedikit. ”Saya harus memompa perutnya berulang kali untuk mengeluarkan obat-obatan itu,” katanya.
Pengacara keluarga Jackson, Brian Oxman, mengakui obat-obatan adalah masalah besar untuk Michael. Saat menghadapi pengadilan atas tuduhan pencabulan anak-anak, Michael bisa minum 40 Vicodin setiap hari. Penasihat spiritualnya, Deepak Chopra, mengatakan Jacko sering berkilah hanya mengkonsumsi obat penenang untuk sakit kepalanya yang kerap kambuh sejak peristiwa kebakaran. Chopra pernah membujuk Michael pergi ke pusat rehabilitasi narkoba, tapi dia menolak. ”Dia kehilangan arah, matanya kosong, wajahnya tanpa ekspresi,” kata Randy, yang belakangan jadi sahabat Michael.
Kepada Randy, akhir tahun lalu, Michael berkata, ”Saya lelah, saya sudah tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan. Saya hanya ingin sendiri.”
Nunuy Nurhayati (CNN, Time, USA Today, BBC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo