Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gebyar kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden usai sudah. Begitu banyak cerita terserak. Tak hanya dari para tokoh utama, tapi juga dari orang di sekeliling mereka. Salah satu yang kerap luput dari perhatian adalah kegiatan para anak calon presiden.
Solihin Jusuf Kalla, misalnya, selalu menenteng kamera Nikon D-700 dalam setiap kampanye sang ayah. Bendahara kampanye JK-Wiranto itu menjepret setiap aksi Kalla. ”Ayah adalah obyek foto favorit saya,” kata putra keempat Kalla dan Mufidah itu. Mengapa memilih Kalla? ”Karena hasil foto dengan aslinya sama: natural,” ucap pemuda 33 tahun yang menggemari fotografi sejak duduk di sekolah menengah pertama itu.
Banyak cerita unik Ihin—begitu ia disapa—dengan kameranya. Alumnus Duquesne University, Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat, itu pernah diusir Pasukan Pengawal Wakil Presiden ketika hendak mendekati sang ayah yang baru menjabat wakil presiden. Rupanya, para pengawal itu mengira Ihin wartawan foto. ”Penampilan saya memang santai, dengan ransel dan kamera,” katanya seraya terbahak.
Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi punya cara berbeda untuk menyukseskan kampanye calon presiden. Putri tunggal pasangan Megawati Soekarnoputri dan Taufiq Kiemas itu bertugas menjadi koordinator yang mempersiapkan keberangkatan sang ibu ke tempat kampanye dan mendampinginya hingga acara usai. Tak jarang perempuan kelahiran Jakarta 36 tahun lalu itu mengingatkan Mega agar rajin tersenyum. ”Saya bilang ke Ibu bahwa pemilih sekarang jauh lebih kritis,” ucap Puan, yang kerap membawa kedua anaknya saat berkampanye.
Alumnus Jurusan Komunikasi Massa Universitas Indonesia ini sering disebut sebagai ”ahli waris takhta” sang ibu di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Ia kerap didapuk mewakili keluarga dalam berbagai acara. Dalam pemilu legislatif lalu, Puan berhasil mendulang suara di daerah pemilihan Surakarta, Sukoharjo, Klaten, dan Boyolali. Ia pun bersiap melenggang ke Senayan.
Edhie Baskoro Yudhoyono, putra bungsu pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Ani Yudhoyono, juga lolos ke Senayan. Pria kelahiran Bandung 29 tahun lalu itu berhasil mendulang suara untuk daerah pemilihan Trenggalek, Ponorogo, Magetan, Ngawi, dan Pacitan—kampung halaman sang ayah.
Pria yang merampungkan master di S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapura, itu kini memimpin Departemen Kaderisasi Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat. Di panggung kampanye, Ibas—begitu ia akrab disapa—kerap menampilkan logo Partai Demokrat dengan tangannya. Satu hal mencolok darinya: ia irit bicara. Ia tak merespons permintaan wawancara Tempo, termasuk ketika bertemu dalam debat calon presiden Kamis malam pekan lalu.
Yudhoyono, dalam wawancara dengan Tempo tiga pekan lalu, menyatakan tak menyiapkan Ibas sebagai penggantinya. ”Saya ini tumbuh dari bawah. Saya mendidik anak-anak seperti itu, biar mereka belajar dari bawah. Dengan begitu, kalau kelak menjadi tokoh, mereka sudah matang, bukan tokoh karbitan,” ucapnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo