Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan komando Afganistan melancarkan serangan balik pada Senin untuk memukul mundur Taliban yang menyerbu kota utara Kunduz sehari sebelumnya, dengan penduduk yang melarikan diri mengatakan suara tembakan dan ledakan terdengar tiap waktu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kunduz adalah salah satu dari sedikitnya tiga ibu kota provinsi yang direbut oleh Taliban di utara selama akhir pekan, saat serangan mereka meningkat menyusul pengumuman Amerika Serikat yang akan mengakhiri misi militernya di Afganistan pada akhir Agustus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang juru bicara Taliban telah memperingatkan Amerika Serikat pada Ahad agar tidak melakukan intervensi dengan serangan udara AS untuk mendukung pasukan pemerintah Afganistan yang terkepung, dilaporkan Reuters, 9 Agustus 2021.
Di Barat, dekat perbatasan dengan Iran, para pejabat keamanan mengatakan kepada Reuters pertempuran sengit sedang berlangsung di pinggiran Herat. Arif Jalali, kepala Rumah Sakit Zonal Herat mengatakan 36 orang tewas dan 220 terluka dalam pertempuran selama sebelas hari terakhir. Lebih dari separuh yang terluka adalah warga sipil, katanya, dan perempuan serta anak-anak termasuk di antara yang tewas.
Di provinsi selatan Helmand, pusat aktivitas Taliban, pejabat keamanan melaporkan ledakan keras di Lashkar Gah, ibu kota provinsi, pada Senin pagi.
Gerilyawan telah menguasai puluhan distrik dan penyeberangan perbatasan dalam beberapa bulan terakhir dan menekan beberapa ibu kota provinsi, termasuk Herat dan Kandahar di selatan, saat pasukan asing mundur.
"Pasukan AS telah melakukan beberapa serangan udara untuk membela mitra Afganistan kami dalam beberapa hari terakhir," kata Mayor Nicole Ferrara, juru bicara Komando Pusat AS, mengatakan kepada CNN pada hari Minggu, tanpa merinci di mana serangan itu dilakukan.
Di Kunduz, banyak keluarga yang putus asa, beberapa dengan anak kecil dan perempuan hamil, meninggalkan rumah mereka, berharap bisa mencapai Kabul yang relatif aman sejauh 315 kilometer ke selatan, perjalanan yang biasanya memakan waktu sekitar sepuluh jam.
Polisi telah meninggalkan pos pemeriksaan mereka di jalan-jalan di sekitar kota.
Tank tiba di medan perang, di Kunduz, Afganistan 7 Juli 2021 dalam gambar diam yang diambil dari sebuah video. [REUTERS TV melalui REUTERS]
Ghulam Rasool, seorang insinyur, sedang mencoba menyewa bus untuk membawa keluarganya ke ibu kota ketika suara tembakan bergema di jalan-jalan kota kelahirannya.
"Kami mungkin terpaksa berjalan sampai Kabul, tapi kami tidak yakin apakah kami bisa terbunuh dalam perjalanan....pertempuran darat tidak hanya berhenti bahkan selama 10 menit," kata Rasool kepada Reuters.
"Yang terbaik adalah kita meninggalkan kota ini sampai diputuskan apakah pemerintah Afganistan atau Taliban sekarang yang akan memerintahnya."
Dia dan beberapa warga lainnya, dan seorang pejabat keamanan, mengatakan pasukan komando Afganistan telah melancarkan operasi untuk membersihkan pemberontak dari kota.
Militan Taliban telah bersembunyi di gedung-gedung pemerintah di pusat kota, dan telah menduduki posisi memimpin jalan ke dua pangkalan pertahanan di pinggiran, menurut pejabat pemerintah setempat.
Selama akhir pekan, gerilyawan juga menduduki gedung-gedung pemerintah di ibukota provinsi utara Sar-e-Pul, mengusir pejabat dari kota utama ke pangkalan militer terdekat, kata Mohammad Noor Rahmani, anggota dewan Provinsi Sar-e-Pul.
Pada Minggu malam, Ashraf Ayni, perwakilan di parlemen untuk Provinsi Takhar, mengatakan ibu kotanya Taloqan telah jatuh ke tangan Taliban yang telah membebaskan tahanan dan menguasai semua gedung pemerintah, mendorong para pejabat ke distrik terdekat.
Dan ada laporan yang saling bertentangan tentang apakah mereka telah merebut Sheberghan, ibu kota Provinsi Jawzjan utara, di mana telah terjadi pertempuran sengit.
Akhir pekan telah dimulai dengan perebutan Zaranj oleh Taliban, di perbatasan dengan Iran di provinsi Nimroz selatan Afganistan, yang menandai pertama kalinya mereka menguasai ibu kota provinsi dalam beberapa tahun.
Berbicara kepada Al Jazeera TV pada hari Minggu, juru bicara Taliban Muhammad Naeem Wardak mengatakan tidak ada perjanjian gencatan senjata, dan memperingatkan Amerika Serikat agar tidak melakukan intervensi lebih lanjut untuk mendukung pasukan pemerintah.
Terduga militan Taliban juga membunuh seorang manajer stasiun radio Afganistan di Kabul dan menculik seorang wartawan di Provinsi Helmand selatan, kata pejabat pemerintah setempat pada Senin, melaporkan serangan terbaru yang menargetkan pekerja media.
Seorang juru bicara Taliban mengatakan kepada Reuters bahwa dia tidak memiliki informasi tentang pembunuhan di Kabul atau jurnalis yang diculik di Helmand.
Serangan Taliban telah memicu tudingan atas penarikan pasukan asing pimpinan AS setelah 20 tahun memerangi gerilyawan. Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan kepada surat kabar Daily Mail bahwa kesepakatan yang dicapai tahun lalu antara Amerika Serikat dan Taliban adalah "kesepakatan busuk".
Wallace mengatakan pemerintahnya telah meminta beberapa sekutu NATO untuk mempertahankan pasukan mereka di Afganistan dari serangan Taliban begitu pasukan AS pergi, tetapi gagal mengumpulkan cukup dukungan.
REUTERS | CNN | AL JAZEERA | DAILY MAIL