Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pejuang yang Dibenci Sekaligus Dicari

Amerika Serikat memasukkan Mujahidin el-Khalq dalam daftar teroris internasional. Uni Eropa menyusul tahun lalu. Paris, yang memberi perlindungan, akhirnya menangkapi mereka.

29 Juni 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagai adegan sebuah film perang. Ribuan polisi antiteror dan anggota pasukan khusus merangsek ke permukiman di Auver-surOise, utara Paris. Suara mobil mereka mengejutkan warga. Helikopter yang menderu-deru membuat warga kian merasa sesuatu yang besar sedang terjadi. Mereka benar. Aparat keamanan menggerebek 40 rumah, dan sekitar 150 orang di dalamnya terkepung dalam sekejap. Semuanya segera dibawa ke kantor polisi. "Kelompok ini membangun markas teroris di utara Paris," ujar Jean-Louis Bruguire, hakim yang bertanggung jawab dalam urusan anti-terorisme, dua pekan lalu. Komunitas yang dituduh sebagai kelompok teroris itu adalah Mujahidin el-Khalq (Pejuang Rakyat) dengan organisasi payungnya, Dewan Perlawanan Nasional Iran (The National Council of Resistance of Iran, atau NCRI). Hingga pekan lalu tinggal beberapa orang yang tetap di tahanan, termasuk orang yang dianggap sebagai Presiden Republik Iran di pengasingan, Maryam Rajavi, istri pemimpin Mujahidin, Massoud Rajavi. Yang lainnya telah dilepas. Auver-sur-Oise sejak dulu bukan kota yang asing. Para pencinta lukisan pasti tahu karena Van Gogh (meninggal 1890) tinggal di kota itu. Tapi di zaman sangat modern ini kota itu terkenal karena alasan lain: sebagai pusat saraf gerakan oposisi Iran, markas Mujahidin el-Khalq—organisasi utama di NCRI yang bercita-cita menggulingkan pemerintahan para mullah di Teheran. Mujahidin el-Khalq didirikan pada 1965 oleh orang-orang dari keluarga berpendidikan dan pengusaha. Mengadopsi berbagai ideologi dan dicampur-campur, dari Islam radikal, Maoisme, dan dengan aktivitas seperti organisasi gerilya urban di Amerika Latin, organisasi ini langsung menyebar luas di Teheran utara. Ini kawasan yang dihuni kalangan menengah ke atas. Dengan bantuan KGB (intelijen Uni Soviet), mereka berupaya menggulingkan kekuasaan Shah (Mohammad Reza Shah Pahlevi) dan mendudukkan Ayatullah Khomeini—yang tidak disukai Barat karena ide negara Islam fundamentalnya—ke kursi kepemimpinan Iran. Untuk itu, mereka mengirim anggotanya demi mendapatkan latihan di Kuba, Jerman Timur, Yaman Selatan, dan kamp Palestina di Libanon. Bagi mereka, teror bukan hal yang haram. Mereka pertama kali beraksi pada 1971, saat mereka membunuh enam orang Amerika, termasuk beberapa penasihat militer. Mereka juga mencoba menculik Duta Besar Amerika Douglas MacArthur III di Teheran. Akibatnya, polisi rahasia langsung bergerak menangkapi nyaris seluruh anggota Komite Sentral dan menghukum mati mereka. Satu-satunya petinggi yang selamat hanyalah Massoud Rajavi, yang kemudian menghidupkan kembali organisasi pada 1979 saat Shah akhirnya bisa digulingkan. Rajavi berhasil menarik begitu banyak anak muda radikal. Namun, beberapa tahun kemudian Rajavi bersengketa dengan Khomeini. Pemerintahan para mullah tidak mau memberi tempat. "Mereka adalah kaum munafik yang melawan Islam," ujar Khomeini saat itu, yang disangkal oleh Rajavi. "Ini dusta. Kami percaya pada Tuhan dan Muhammad sebagai nabinya," ujar Rajavi saat diwawancarai TEMPO pada 1981. Para aktivis kiri termasuk Mujahidin akhirnya diburu. Bersama kelompok kiri lain, seperti Fedayin dan Tudeh (Partai Komunis Iran), Mujahidin mulai menggoyang rezim mullah. Pada Juni 1981, Rajavi memerintahkan perebutan kekuasaan dengan segala jenis teror, tapi gagal (kegiatan teror masih berlangsung hingga kini). Sukses terbesar mereka adalah peledakan kantor perdana menteri yang menewaskan Perdana Menteri Hajatoleslam Javad Bahonar, Presiden Ali Rajai, dan beberapa menteri kabinet. Hal ini diakui oleh mantan presiden Abolhassan Bani Sadr, tapi disangkal oleh Rajavi. Khomeini pun kian keras. Upaya menghabisi semua aktivis oposisi makin gencar dilakukan. Pernah hanya dalam dua bulan rezim mullah mengeksekusi 900 oposisi. Merasa sangat terancam, Rajavi lari. Bersama Bani Sadr dan pemimpin oposisi lain, dia meninggalkan Teheran dengan membajak pesawat Iran menuju Paris. Bukannya ditangkap setiba di Paris, keduanya justru disambut dengan karpet merah. Mereka langsung membangun NCRI, yang seolah menjadi pemerintahan di pengasingan, dan mulai mengembangkan organisasi ke berbagai negara termasuk Norwegia dan Amerika Serikat. Bani Sadr membubarkan Dewan Perlawanan saat mereka bersengketa. Tapi Rajavi dan Mujahidin-nya tetap menggunakan nama NCRI untuk semua upaya politik dan diplomatik. Saat berjaya dalam lindungan Paris, kelompok Rajavi dibujuk oleh Menteri Luar Negeri Prancis, Claude Cheysson, supaya bekerja sama dengan Irak menggulingkan Khomeini. Dalam pertemuan yang diatur Cheysson dengan Menteri Luar Negeri Irak Tariq Aziz, Rajavi menandatangani perjanjian yang menyatakan Mujahidin akan menerima bantuan dana dan dukungan dari Bagdad. Imbalannya, mereka membantu Irak dalam perang melawan Iran pada 1980-an. Rajavi mulai membangun kamp pelatihan di perbatasan Irak-Iran. Sikap Prancis sebenarnya membingungkan bagi Mujahidin ataupun Dewan Perlawanan. Pada akhir 1986, Paris menerima tekanan Teheran dan mendesak Rajavi agar meninggalkan Prancis demi kebaikan hubungan dengan Iran. Khomeini menyatakan akan memulihkan hubungan dengan Paris jika Rajavi diekstradisi. Daripada mengekstradisi Rajavi, Paris lebih memilih mengusirnya. Rajavi akhirnya lari ke Irak dan membangun Mujahidin di perbatasan Irak-Iran. Presiden Irak Saddam Hussein membantunya dengan segenap daya. Pada 1987, kamp Mujahidin di perbatasan sudah bisa menampung puluhan ribu gerilyawan yang siap dikirim masuk ke Iran. Mereka mengadakan latihan militer dan setiap saat melakukan serangan ke Iran dengan cara hit and run. Sebagai balas budi pada Saddam, mereka membantu Saddam saat menghabisi kelompok Kurdi Syiah di Irak Selatan pada 1991. "Orang-orang ini melakukan perintah Mukhabarat (polisi rahasia Saddam)," ujar juru bicara Uni Patriotik Kurdi. Tak aneh jika Kurdi dan Syiah Irak menginginkan para pemimpin Mujahidin diadili. Ketika Rajavi membangun markas militer di Irak, istrinya, Maryam, tetap di Prancis dan memimpin Mujahidin serta NCRI. Pada 1987, Perdana Menteri Jacques Chirac sepakat memberikan perlindungan. Hanya satu yang Chirac minta: mereka berjanji tak akan membunuh para pejabat Iran saat berada di Prancis. Kelompok Mujahidin memang banyak melakukan serangan terhadap pejabat Iran di berbagai negara. Hidup terus berlanjut. Para aktivis Mujahidin dan NCRI di Paris memberi komando kepada para aktivisnya di berbagai negara, terutama Amerika, supaya melobi pemerintah dan parlemen setempat. Organ propaganda mereka di Amerika, Iran Liberation, berhasil memperoleh dukungan di Amerika. Sebenarnya, di Washington sendiri terjadi perpecahan. Kelompok neokonservatif lebih memilih mendekati Mujahidin untuk melakukan penyusupan ke Iran. Mereka dianggap berpengalaman melakukan kegiatan teror di dalam Iran dengan bantuan intelijen Irak. Amerika tidak punya. Tapi, pada 1997, pemerintah Bill Clinton tetap memasukkan Mujahidin dan NCRI dalam daftar teroris internasional. Keputusan ini langsung ditentang ratusan anggota Kongres. Perbedaan terus berlanjut hingga sekarang. Komando Pusat di Irak, misalnya, sempat berusaha mendekati Mujahidin. Pada 15 April lalu terungkap adanya negosiasi dengan Mujahidin. Gerilyawan Mujahidin diizinkan tetap memegang senjata. Ini demi keamanan Irak dan sebagai intimidasi terhadap Teheran yang terus keras terhadap Amerika dan Barat secara umum. Pada 19 Mei lalu senator dari Kansas, Sam Brown, bahkan mengumumkan usulan yang disebut "The Iran Democratic Act". Ini mirip "The Iraq Liberation Act", yang oleh pemerintah Amerika, didukung oposisi Irak, digunakan untuk menjatuhkan Saddam. Dengan usulannya, Brown mengajukan permohonan dana US$ 50 juta untuk mempromosikan demokrasi di Iran dan guna mendanai oposisi Iran. Namun, tantangan begitu keras, baik dari kelompok lain di Washington sendiri maupun dari Teheran. Komando Pusat jadi berubah pikiran. Pasukan Amerika akhirnya melakukan "penahanan perlindungan" terhadap 5.000 gerilyawan Mujahidin di Irak beserta seluruh senjatanya. Dengan semua perkembangan itulah Prancis belakangan terusik juga. Apalagi kebanyakan negara Barat telah memasukkan Mujahidin dan NCRI dalam daftar teroris internasional, termasuk Uni Eropa. Hanya Prancis yang dengan terbuka membiarkan Mujahidin tenang beroperasi. Hubungan Paris-Teheran bahkan pernah cukup buruk tahun 1996, saat intel Iran masuk ke Prancis dan bergerilya menghabisi para pemimpin oposisi. Semua perdebatan di Washington soal kebijakan terhadap Teheran membuat Paris berubah pikiran. Bukan rahasia lagi bahwa Washington sangat gusar terhadap Paris dalam soal perang Irak. Penolakan Paris mendukung perang membuat hubungan di antara keduanya sangat buruk. Kalau Amerika memutuskan terlibat di Iran, Prancis tak mau Amerika mengobok-obok urusan dalam negerinya terlalu dalam. Maka, Paris melancarkan kebijakan pre-emptive: lebih baik Mujahidin "dibersihkan" lebih dulu. Siapa tahu hubungan dengan Teheran juga membaik.

Purwani Diyah Prabandari (The Wall Street Journal, Eurasianet.org, South Asia Analysis Group, Asia Times)


Oposisi Iran di Luar Negeri

  1. Kelompok berorientasi kiri seperti Mujahidin el-Khalq dengan payungnya, Dewan Perlawanan Nasional Iran (beroperasi di Eropa Barat, Amerika, dan Irak dengan markas di Prancis).

  2. Kelompok keturunan bangsawan kerajaan (beroperasi di Amerika dengan bantuan kelompok neokonservatif di Amerika).

  3. Sisa dan penganut baru Partai Komunis pro-Moskow (Partai Tudeh) dan faksi komunis lain (beroperasi di Eropa dan berpusat di Inggris).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus