Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pelajaran pertama dari demokrasi

Pemilu pertama di taiwan sejak uu darurat dicabut 2 tahun lalu. demokrasi mulai berjalan karena partai oposisi, partai progresif demokrasi, mampu meraih suara banyak. pemilu ini diwarnai kerusuhan.

9 Desember 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INILAH pemilu pertama di Taiwan sejak UU Darurat dicabut, dua tahun lalu. Pemilu yang ditandai dengan diperlakukannya partai oposisi dengan, lebih kurang, demokratis. Partai Nasionalis (Kuomintang -- KMT), yang berkuasa selama 40 tahun, terpaksa mengakui kekuatan lawan dan hanya mendapat dukungan suara kurang dari 70%. Partai Progresif Demokrasi -- yang baru tampil resmi pada pemilu tiga tahun lalu dengan 25.000 anggotanya mampu menembus wilayah-wilayah yang selama ini menjadi wilayah Partai Nasionalis. Dari 722 calon yang berkompetisi untuk menduduki pos legislatif dan eksekutif, Yu Ching, pengacara dari kubu PPD, bersama pendukungnya berjoget di panggung sesudah namanya memenangkan kedudukan eksekutif di Distrik Taipeh. "Ini kemenangan terbesar dalam 100 tahun," sambutnya gembira di depan 10.000 massanya. Menurut Sekjen Partai Nasionalis James Soong, hasil pemilu yang diramaikan oposisi ini baik untuk masa depan Taiwan. "Inilah dasar yang baik bagi kelanjutan demokrasi," ujarnya. Rasa curiga akan kecurangan, ada saja. Apalagi ketika wartawan kantor berita AP -- yang mengikuti jalannya pemungutan suara -- mendapat pengakuan dari beberapa orang yang mengaku menjual hak suara mereka kepada partai tertentu. Seorang wanita dan suaminya mengaku menjual hak mereka -- seharga 500 dolar Taiwan per suara -- kepada Partai Nasionalis yang berkuasa. Beberapa peserta pemilu mengakui, bisa menerima sejumlah itu bila mau mencoblos Partai Nasionalis. Walau ada seorang perempuan yang mengeluh bahwa ia cuma mendapat 200 dolar. Kerusuhan terjadi di tempat pemungutan suara di Kota Hualian, ketika seorang kontestan memotret seorang laki-laki yang mencoblos untuk seorang tua. Radio pemerintah mengatakan bahwa tangan orang tua itu gemeteran hingga ia membutuhkan bantuan. Aksi protes terjadi di Tainan, Senin pekan ini. Ribuan masa berkumpul di depan kantor pemerintah, tempat penghitungan suara, ketika ternyata calon mereka -- untuk hakim distrik -- diungguli Partai Nasionalis. Sekitar 100 polisi antihuru-hara terpaksa dikerahkan untuk menahan massa yang berdemonstrasi lebih dari 30 jam. Mereka sempat mengamuk, dan kaca gedung itu berantakan. Pelajaran demokrasi pertama untuk Taiwan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus