Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pemilu Berdarah di Meksiko

Sedikitnya 136 politikus terbunuh menjelang pemilihan umum serentak di Meksiko. Kartel narkotik dan polisi korup diduga berada di belakangnya.

7 Juli 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pemilu Berdarah di Meksiko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PESAN-pesan itu datang hanya beberapa jam sebelum kampanye pemilihan anggota kongres Negara Bagian Guerrero, Meksiko, dimulai, awal Mei lalu. Kadang lewat pesan pendek, kadang melalui panggilan telepon dari seseorang yang tak dikenal. Tapi isi pesan sama: mundurlah dari pencalonan atau mati.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Abel Montufar Mendoza, kandidat dari Partai Revolusioner Institusional (PRI), menerima pesan-pesan semacam itu, tapi dia bergeming. "Saya tidak takut kepadamu," kata Mendoza, seperti dikutip adiknya, Erit Montufar, beberapa pekan kemudian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mendoza adalah politikus populer di daerah itu. Bekas Wali Kota Coyuca de Catalan ini menentang kartel-kartel narkotik dan polisi korup. Dia juga yang membujuk rakyat untuk tidak menanam ganja dan mariyuana di pegunungan; sumber utama kehidupan kartel narkotik. Dua tahun lalu, Mendoza memimpin demonstrasi rakyat yang menentang Abel Alvarez Martinez, kepala polisi penyelidik kejaksaan kota itu, yang dilaporkan telah memeras rakyat.

Tapi, 8 Mei lalu, mayat Mendoza ditemukan tergeletak di mobilnya di tepi jalan raya Ciudad Altamirano-Coyuca de Catalan, Guerrero. Hingga Selasa pekan lalu, polisi dan tentara belum menemukan pembunuhnya. Mereka hanya dapat menangkap satu orang, yang diduga berhubungan dengan pembunuhan tiga tentara, yang tewas beberapa jam setelah kematian Mendoza.

Abel Mendoza adalah satu dari sedikitnya 136 politikus yang tewas dibunuh sejak September 2017, berdasarkan catatan Etellekt, lembaga analis risiko di Meksiko. Sebagian besar dari mereka adalah kandidat wali kota dan gubernur serta calon anggota parlemen lokal, negara bagian, dan federal yang ikut bertarung dalam pemilihan umum serentak di negeri itu. Pemilihan yang berlangsung pada Ahad dua pekan lalu itu menjadi pemilihan terbesar dalam sejarah Meksiko sekaligus yang paling berdarah.

Pembunuhan para politikus itu diduga dilakukan kartel narkotik atau polisi yang berkolusi dengan kartel. Sepekan sebelum hari pencoblosan, Fernando Angeles Juarez, pengusaha yang menjadi calon Wali Kota Ocampo dari Partai Revolusi Demokratik (PRD), ditembak orang tak dikenal di depan rumahnya di Ocampo, Negara Bagian Michoacan.

Menurut sumber koran El Universal di kantor Deputi Keamanan Umum Michoacan, yang membawahkan kepolisian daerah itu, Fernando Juarez ditembak oleh tak kurang dari 16 polisi Ocampo. Polisi negara bagian kemudian menangkap Oscar Gonzalez Garcia, Direktur Departemen Kepolisian Ocampo, dan semua anggota kepolisian kota itu yang berjumlah 28 orang.

Politikus terbunuh paling banyak di Guerrero. Sebanyak 14 politikus tewas dalam setengah tahun terakhir di sana. Menurut media Meksiko, El Pais, tingkat kejahatan negara bagian itu memang tinggi belakangan ini. Setahun lalu, Eli Camacho, bekas Wali Kota Coyuca dari PRI, dibunuh di Ciudad Altamirano. Dia sebelumnya bekerja untuk Hector Astudillo, Gubernur Guerrero dari PRI. Sebulan sebelumnya, sekelompok orang bersenjata menculik seorang bekas anggota majelis rendah federal dan beberapa hari sebelumnya sekelompok orang membunuh anggota majelis rendah daerah Saul Beltran Orozco, Modesto Carranza Catalan. Keduanya terjadi di Coyuca.

Hector Astudillo mengatakan menguatnya pengaruh sejumlah kelompok kriminal dalam perpolitikan lokal telah menggerogoti pemerintahannya. "Separuh waktu saya digunakan untuk mencari cara menghadapi mereka, bagaimana menghentikan mereka," katanya kepada The New York Times, Ahad dua pekan lalu. Dia mengaku harus bersandar kepada penegak hukum federal untuk membantunya "karena polisi kota praja tak banyak menolong".

Di Chilapa de Alvarez, kota praja lain di Guerrero, empat politikus terbunuh, termasuk dua perempuan yang menjadi calon kuat wali kota. Tiga calon anggota kongres negara bagian dari sana mundur karena diancam akan dibunuh.

Jorge Luis Rendon, kandidat anggota kongres federal yang mewakili beberapa daerah, termasuk Chilapa, menyatakan kepada The New York Times bahwa perebutan pengaruh antar-organisasi kriminal atas pemilihan wali kota dipercaya luas sebagai penyebab terjadinya pembunuhan.

Menurut pemerintah, perang politik di negara bagian itu menjadi makin keras ketika harga ganja jatuh, yang memaksa kelompok-kelompok kriminal memperluas usaha di luar perdagangan narkotik. Pada mulanya upaya mereka untuk mengendalikan politik lokal berlangsung diam-diam dan tersembunyi. Tapi, menurut Rendon, sekarang mereka "lebih terbuka dan tak malu-malu" dalam mengatur apa yang harus dicoblos pemilih. Anggota-anggota kelompok yang mendukung salah satu calon akan menerapkan batasan berapa banyak suara yang boleh dicapai calon lawan agar hasil akhirnya terkesan demokratis tapi tetap dimenangi kandidat mereka.

"Los Ardillos membunuh mereka," ujar jaksa Guerrero, Xavier Olea, seperti dikutip El Pais. Menurut dia, Los Ardillos hendak menguasai pegunungan di Guerrero yang dipenuhi ladang ganja. Kelompok itu bersaing dengan dua kelompok lain, Los Jefes dan Los Rojos. Persaingan itu telah berlangsung bertahun-tahun.

Pemerintah Felipe Calderon, politikus dari Partai Aksi Nasional (PAN), dan kemudian Enrique Pena Nieto, dari PRI, berusaha memerangi kartel-kartel narkotik ini. Mereka mengirim polisi dan tentara untuk menangkap para anggota geng ini.

Roberto Alvarez, juru bicara bidang keamanan pemerintah Guerrero, menilai daerah pegunungan itu kawasan yang rumit. Selain itu, "Meningkatnya permintaan heroin dari Amerika Serikat secara tak langsung memicu pertikaian antargeng," katanya kepada El Pais. "Meksiko adalah produsen ganja terbesar ketiga di dunia dan separuhnya diproduksi di Guerrero." Badan Narkotik Nasional Amerika Serikat (DEA) menyatakan 93 persen narkotik yang masuk Negeri Abang Sam berasal dari Meksiko.

Andres Manuel Lopez Obrador, Presiden Meksiko yang baru terpilih, ingin mengatasi masalah ini dengan mengubah undang-undang serta menawarkan perundingan damai dan amnesti kepada anggota kartel narkotik itu. "Strategi gagal melawan kekerasan akan berubah," ujarnya dalam pidato kemenangannya. Pemimpin partai Gerakan Regenerasi Nasional (MORENA) ini mengatakan timnya akan segera berkonsultasi dengan kelompok hak asasi manusia, pemimpin agama, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengembangkan rencana rekonsiliasi dan perdamaian.

Olga Maria del Carmen Sanchez Cordero Davila, Menteri Dalam Negeri pilihan Lopez Obrador, mengatakan pemerintah baru ini akan menimbang kembali kebijakan narkotik dan pendekatan keamanan yang gagal mencegah lebih dari 200 ribu pembunuhan sejak kebijakan diterapkan pada 2006. "Segera setelah kami memerintah, kami akan langsung mengambil keputusan dramatisnya," kata Olga Sanchez kepada Reuters.

Perempuan mantan hakim Mahkamah Agung ini berencana menarik tentara yang memerangi kartel narkotik secara bertahap. Dia juga berjanji melegalkan mariyuana untuk rekreasi dan penanaman ganja buat kepentingan kedokteran. Olga Sanchez juga berencana memberikan amnesti melalui referendum umum. Jika rakyat mendukung, menurut dia, pemerintah akan mengajukan ke kongres, yang sekarang dikuasai MORENA.

Tapi rencana amnesti ini tampaknya bakal membentur tembok. Salah satu jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa 7 dari 10 orang Meksiko menentangnya. Kelompok-kelompok penuntut hak para korban juga menolaknya. "Saya ingin melihat yang bersalah dipenjara," ujar Laura Flores kepada Reuters. Suaminya, Daniel Velasquez, diyakini tewas dibunuh pada 2015.

Iwan Kurniawan (El Pais, El Universal, The New York Times, Reuters)


Politikus Korban Pembunuhan (Orang)

PRI 12 PRD 10 MORENA 7 PAN 6 MC 5 Independen 3 Partai-partai lain 5

PRI: Partai Revolusioner Institusional
PRD: Partai Revolusi Demokratik
MORENA: Gerakan Regenerasi Nasional
PAN: Partai Aksi Nasional
MC: Gerakan Masyarakat

*) Data September 2017-25 Juni 2018

Sumber: Etellekt

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus