Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan orang berunjuk rasa di Ibu Kota Seoul pada Sabtu, 21 Desember 2024, menentang pemakzulan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol. Beberapa ratus meter dari lokasi unjuk rasa itu, terjadi aksi protes tandingan yang mendukung pemakzulan Yoon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Unjuk rasa mendukung dan menentang ini terjadi sepekan setelah pemakzulan Yoon oleh parlemen Korea Selatan buntut dari pemberlakukan darurat militer oleh Yoon yang berlangsung selama enam jam. Yoon masih berada di kantor kepresidenan Korea Selatan, hanya saja kekuasannya sudah dicabut. Yoon belum mau memenuhi panggilan pihak berwenang yang ingin menginvestigasi alasannya memberlakukan darurat militer yang dideklarasikan pada 3 Desember 2024 dan dicabut enam jam kemudian. Tindakan Yoon memberlakukan darurat militer dianggap sebagai pemberontakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mahkamah Agung Korea Selatan selanjutnya akan memutuskan apakah pemakzulan pada Yoon sah atau tidak. Jika tidak, maka Yoon akan kembali kekuasaan. Mahkamah Agung rencananya akan bersidang untuk pertama kali pada Jumat, 27 Desember 2024.
Unjuk rasa pada Sabtu, 21 Desember 2024, yang pro-dan-anti-Yoon, terjadi di Gwanghwamun yang merupakan jantung kota Seoul. Untungnya, unjuk rasa itu berlangsung damai dan berakhir pada pukul 4 sore waktu setempat.
Puluhan ribu demonstran anti-Yoon didominasi anak muda usia 20-an dan 30-an, yang berkumpul sekitar pukul 3 sore. Mereka melambai-lambaikan stick lampu yang biasa digunakan dalam konser K-pop dan membawa papan-papan bertuliskan ‘tahan!’ penjarakan! Pimpinan pemberontak Yoon Suk Yeol!
“Saya ingin bertanya pada Yoon, mengapa dia melakukan ini pada negara demokrasi di abad ke 21 dan saya rasa jika Yoon punya hati nurani, dia seharusnya mengundurkan diri,” kata Cho Sung-hyo, 27 tahun.
Sedangkan ribuan pendukung Yoon sebagian besar adalah kelompok orang tua dan konservatif. Mereka menolak Yoon didongkel dari kekuasannya dan mendukung agar kekuasaannya dipulihkan kembali. Mereka berkumpul di Gwanghwamun sejak siang.
“Pemungutan suara oleh parlemen ini telah menggerogoti negara, dan ini inti dari kekuasaan komunis sosialis. Jadi kami berkumpul dan menyatakan pandangan yang sama bahwa kami menentang pemakzulan ini,” kata Lee Young-su, 62 tahun, pengusaha.
Sumber: Reuters
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini