Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengadilan Revolusi di Iran, Selasa, 30 Mei 2023, memulai persidangan seorang perempuan jurnalis di balik pintu tertutup atas tuduhan terkait dengan liputannya tentang seorang perempuan Kurdi-Iran yang kematiannya dalam tahanan tahun lalu memicu kerusuhan selama berbulan-bulan, kata suaminya di Twitter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kematian Mahsa Amini saat ditahan oleh polisi moral karena diduga melanggar aturan ketat cara berpakaian Iran memicu gelombang protes massa anti-pemerintah selama berbulan-bulan, menjadi salah satu tantangan paling berani bagi para pemimpin ulama negara itu dalam beberapa dekade.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebuah foto yang diambil oleh Niloofar Hamedi untuk harian pro-reformasi Sharq menunjukkan orang tua Amini berpelukan di sebuah rumah sakit Teheran di mana putri mereka terbaring koma adalah tanda pertama bagi dunia bahwa ada yang tidak baik dengan situasi Amini yang berusia 22 tahun.
Sidang Selasa "berakhir kurang dari dua jam sementara pengacaranya tidak mendapat kesempatan untuk membelanya dan anggota keluarganya tidak diizinkan menghadiri pengadilan," kata suami Hamedi, Mohammad Hossein Ajorlou, di Twitter.
"Dia membantah semua tuduhan terhadapnya dan menekankan bahwa dia telah melakukan tugasnya sebagai jurnalis berdasarkan hukum."
Hamedi, bersama perempuan jurnalis lainnya, Elaheh Mohammadi, yang diadili pada Senin, menghadapi beberapa dakwaan termasuk "berkolusi dengan kekuatan musuh" atas liputan mereka tentang kematian Amini.
Kementerian intelijen Iran pada Oktober menuduh Mohammadi dan Hamedi, keduanya dipenjara selama lebih dari delapan bulan, sebagai agen asing CIA.
Penguasa ulama Iran telah menyalahkan protes pada berbagai musuh, termasuk Amerika Serikat, yang bertujuan untuk mendestabilisasi Republik Islam.
REUTERS