Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pengadilan Vietnam Perkuat Hukuman Mati bagi Taipan Properti dalam Kasus Penipuan US$12 Miliar

Jaksa mengatakan total kerugian yang disebabkan oleh penipuan Truong My Lan senilai US$27 miliar - setara dengan 6 persen PDB Vietnam pada 2023

3 Desember 2024 | 20.43 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pengadilan di Vietnam pada Selasa 3 Desember 2024 menguatkan hukuman mati bagi taipan properti Truong My Lan. Seperti dilansir Reuters, banding Truong ditolak dalam kasus penggelapan dan penyuapan terkait penipuan senilai US$12 miliar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lan, 68 tahun, dijatuhi hukuman mati pada April karena perannya dalam menipu uang dari Saigon Commercial Bank (SCB) dalam kasus penipuan keuangan terbesar di Vietnam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia mengajukan banding atas putusan tersebut dalam persidangan selama sebulan. Namun, pada Selasa pengadilan di Kota Ho Chi Minh memutuskan bahwa “tidak ada dasar” untuk mengurangi hukumannya.

Lan, ketua pengembang real estate Van Thinh Phat Holdings Group, adalah salah satu eksekutif bisnis dan pejabat negara paling terkenal yang dipenjara dalam kampanye anti-korupsi jangka panjang di negara komunis yang dikenal sebagai "Blazing Furnace".

“Konsekuensi yang ditimbulkan oleh Lan belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah litigasi dan jumlah uang yang digelapkan sangat besar dan tidak dapat dikembalikan,” kata jaksa penuntut seperti dikutip pada sidang banding oleh surat kabar online milik pemerintah VietnamNet.

“Tindakan terdakwa telah berdampak pada banyak aspek masyarakat, pasar keuangan, perekonomian,” katanya.

Puluhan ribu orang yang menginvestasikan tabungannya di SCB mengalami kerugian, sehingga mengejutkan negara dan memicu protes yang jarang terjadi dari para korban.

Lan sebelumnya mengatakan kepada pengadilan bahwa “cara tercepat” untuk membayar kembali dana yang dicuri adalah “melikuidasi SCB, dan menjual aset kami untuk membayar kembali SBV (Bank Negara Vietnam) dan masyarakat”.

“Saya merasa sedih karena pemborosan sumber daya nasional,” kata Lan pekan lalu, seraya menambahkan bahwa dia merasa “sangat malu dituduh melakukan kejahatan ini”.

Kendati demikian, masih ada peluang bagi Lan untuk lolos dari hukuman mati.

Pengadilan mengatakan pada Selasa bahwa jika pengusaha perempuan itu mengembalikan tiga perempat dari aset yang dicuri, hukumannya dapat dikurangi menjadi penjara seumur hidup.

Suaminya, Eric Chu Nap Kee, seorang miliarder Hong Kong, hukumannya dikurangi dari sembilan tahun penjara menjadi tujuh tahun.

Tim pembela Lan berpendapat bahwa dia telah membayar kembali uang yang diperlukan agar memenuhi syarat untuk pengurangan hukuman.

Lan telah menyerahkan lebih dari 600 properti keluarga ke pengadilan, namun tidak jelas berapa nilai uangnya.

Pengacara Lan mengatakan pada Selasa bahwa bagaimanapun juga, kemungkinan besar akan memakan waktu bertahun-tahun sebelum Lan menghadapi eksekusi, yang dilakukan dengan suntikan mematikan di Vietnam.

PELABUHAN DAN RUMAH MEWAH

Lan hanya memiliki 5 persen saham SCB di atas kertas, namun dalam persidangannya, pengadilan menyimpulkan bahwa dia secara efektif mengendalikan lebih dari 90 persen saham melalui keluarga, teman, dan staf.

Pada April, mantan kepala inspektur Bank Negara dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena menerima suap sebesar lima juta dolar untuk mengabaikan masalah keuangan di SCB. Pengadilan menguatkan hukuman tersebut pada Selasa.

Bank tersebut mengatakan pada April bahwa mereka mengalirkan dana ke SCB untuk menstabilkannya, tanpa mengungkapkan berapa jumlahnya.

Aset yang dimiliki Lan dan Van Thinh Phat antara lain pusat perbelanjaan, pelabuhan, dan kompleks perumahan mewah di Ho Chi Minh City.

Selama persidangan pertamanya pada April, Lan dinyatakan bersalah melakukan penggelapan sebesar US$12,5 miliar. Namun, jaksa mengatakan total kerugian yang disebabkan oleh penipuan tersebut berjumlah US$27 miliar – setara dengan sekitar 6 persen PDB negara tersebut pada 2023.

Selain Lan, total 47 terdakwa lainnya meminta pengurangan hukuman di tingkat banding.

Bulan lalu, Lan dihukum karena pencucian uang dan dipenjara seumur hidup dalam kasus terpisah.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus