Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Saat kunjungan ke Bangladesh pada Senin, 2 Juli 2018, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta komunitas internasional untuk meningkatkan bantuan bagi penduduk Rohingya.
Guterres mengatakan dia mendengar penduduk Muslim Rohingya adalah salah satu komunitas yang paling "terdiskriminasi dan rentan" di Dunia. Hampir satu juta orang Rohingya telah mengungsi untuk menghindari kekerasan di Myanmar.
Baca: Sekjen PBB: Rohingya Etnis Paling Tertindas di Dunia
"Di Cox's Bazar, Bangladesh, saya baru saja mendengar kisah tak terbayangkan tentang pembunuhan dan pemerkosaan dari pengungsi Rohingya yang baru-baru ini melarikan diri dari Myanmar," kicau Guterres di Twitter, seperti dilaporkan United Press International, 3 Juli 2018.
"Tidak ada yang bisa menggugah saya untuk krisis dan penderitaan selain apa yang saya hari ini di Cox's Bazar, Bangladesh. Saya mendengar laporan memilukan dari pengungsi Rohingya yang akan saya ingat selamanya."
Tercatat sebanyak 200.000 orang Rohingya perlu direlokasi karena terancam badai musim hujan, ketua PBB menghimbau masyarakat internasional untuk meningkatkan bantuan.
"Hanya perlu satu badai untuk menhempas kita semua. Aku takut untuk anak-anakku. Nasib kami berada di tangan Tuhan," kata salah satu pengungsi Rohingya, Aisyah Begum, kepada lembaga pengungsi AS
Baca: Kisah Kejamnya Tentara Myanmar Membantai Etnis Rohingya
Sementara tetangganya, Hamida Khatun, 25 tahun, ibu dari enam anak yang tinggal di gubuk bambu dan plastik beratap yang disangga karung pasir dan akar pohon yang kusut di bibir jurang berlumpur, mengungkapkan kekhawatirannya jika terjadi badai.
“Kami telah melakukan apa yang kami bisa untuk mengamankannya, tetapi kami takut. Kami butuh bantuan, ”kata Hamida.
Sejumlah pengungsi Rohingya membangun kembali rumah darurat mereka, sebagai persiapan untuk mendekati musim hujan di kamp pengungsi Kutupalong Rohingya di Kutupalong, Bangladesh, 28 April 2018. (AP Photo/A.M. Ahad)
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres dan Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim, berkunjung selama dua hari ke Bangladesh untuk mencari bantuan bagi hampir satu juta pengungsi Rohingya yang sangat membutuhkan untuk tempat tinggal mereka yang berada di salah satu negara rawan bencana alam. Selain keduanya, ikut pula delegasi dari Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi dan Direktur Eksekutif Dana Kependudukan PBB, Natalia Kanem.
Dilansir dari situs UNHCR, Kim dan Guterres menggelar pertemuan bilateral dengan Bangladesh di Dhaka untuk membuka diskusi tentang bantuan jangka menengah yang dibutuhkan oleh para pengungsi untuk rencana bantuan kemanusiaan senilai US$ 950 juta atau Rp 13 triliun, namun hanya 26 persen yang telah dikucurkan.
Beberapa hari sebelum kunjungan, Bank Dunia mengumumkan hampir setengah miliar dolar AS dalam bentuk hibah untuk membantu Bangladesh menangani kebutuhan pengungsi Rohingya di berbagai bidang termasuk kesehatan, pendidikan, air dan sanitasi.
Pada Senin 3 Juli, Sekretaris-Jenderal dan Kepala Bank Dunia mengunjungi lokasi pengungsian Rohingya dan pekerja kemanusiaan di distrik Cox's Bazar, yang tinggal di tempat beresiko terdampak hujan badai yang menampung sekitar 42.000 orang. Sekitar 18.000 pengungsi telah dipindahkan ke tempat yang lebih aman.
Baca: Cina Tawarkan Bantuan ke Bangladesh untuk Pengungsi Rohingya
Badai sejauh ini telah mengakibatkan sedikitnya 315 insiden, termasuk 140 tanah longsor, yang telah melukai 33 orang dan menewaskan satu pengungsi. Lebih dari 29.000 orang di permukiman pengungsi yang luas sejauh ini telah terpengaruh oleh hujan deras dan angin kencang, menerjang tempat hunian mereka yang rapuh yang menyebabkan 2.900 orang mengungsi.
Sementara sejak krisis dimulai, ribuan bayi telah lahir di permukiman pengungsi di Bangladesh bagian tenggara, namun banyak yang tidak memiliki petugas kelahiran terlatih. Pengiriman petugas dibantu oleh tim yang terdiri dari 80 bidan dari UNFPA, meskipun saat ini hanya seperlima perempuan Rohingya yang hamil dan melahirkan di fasilitas kesehatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini