Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada usia 44 tahun, Ayanna Pressley menorehkan sejarah dalam politik Amerika Serikat. Ia menjadi perempuan kulit hitam pertama yang terpilih sebagai anggota Kongres dari Negara Bagian Massachusetts. Kandidat dari Partai Demokrat ini menyingkirkan koleganya, Michael Capuano, yang menjabat selama dua dekade.
Kemenangan Pressley, yang mencalonkan diri di Distrik Ketujuh dalam pemilihan umum paruh waktu, Selasa dua pekan lalu, berlangsung mulus. Ia bahkan tidak perlu bertanding melawan kandidat dari Partai Republik. Sebab, distrik itu adalah satu dari 39 daerah pemilihan di Amerika yang sejatinya ”tidak diperebutkan” tahun ini. Di beberapa distrik, kursi calon legislator hanya diperebutkan sesama kandidat Demokrat. Di distrik lain hanya politikus Republiken yang bersaing.
Lewat pemilihan paruh waktu, rakyat Amerika memilih pejabat tingkat federal, negara bagian, hingga lokal setiap dua tahun. Kali ini ada 435 kursi legislator, sepertiga dari 100 kursi senator; 36 posisi gubernur negara bagian; 3 jabatan gubernur teritorial; dan puluhan kursi wali kota yang diperebutkan.
Sebagai penantang baru, kemenangan Pressley cukup telak. Ia merebut 58 persen dari 87 ribu suara pemilih. Capuano, pria kulit putih yang telah lama menikmati popularitas tinggi di distrik itu, mengaku kalah kurang dari satu setengah jam setelah pemungutan suara ditutup. ”Distrik ini jelas menginginkan banyak perubahan,” kata Capuano kepada pendukungnya.
Pressley mengikuti jejak Shirley Anita Chisholm, perempuan Afro-Amerika pertama yang terpilih sebagai wakil rakyat pada 1968. Chisholm, yang melaju dari Partai Demokrat, juga berumur 44 tahun saat memenangi suara terbanyak di Distrik Ke-12, Negara Bagian New York. Perempuan asal Brooklyn yang telah meninggal 13 tahun silam ini mewakili konstituennya selama tujuh periode hingga 1983.
Pada masanya, Chisholm sangat legendaris. Sulung empat bersaudara dari pasangan imigran asal Guyana dan Barbados ini tidak hanya lantang membela hak kaum Hawa dan minoritas di Capitol Hill, gedung parlemen Amerika. Ia juga mengikuti penyaringan calon presiden dari Partai Demokrat pada 1972, yang menjadikannya wanita pertama sekaligus politikus kulit hitam pertama yang pernah melakukannya.
Prestasi Pressley juga gemilang. Sejak 2009, perempuan kelahiran Chicago, Illinois,- ini meniti karier politik. Ia terpilih sebagai anggota Dewan Kota Boston, Massachusetts. Pressley juga perempuan kulit berwarna pertama yang menjadi legislator di sana. ”Tidak cukup hanya melihat Demokrat kembali berkuasa. Lebih penting lagi siapa Demokrat itu,” ujar Pressley ihwal kemenangannya atas Capuano.
Pressley tak sendirian. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Amerika, lebih dari 20 perempuan kulit hitam akan mengisi Kongres, yang didominasi politikus kulit putih. Di Illinois, misalnya, kader Demokrat, Lauren Underwood, mengalahkan inkumben Randy Hultgren dari Republik. Ilhan Omar dari Minnesota, yang berdarah Somalia-Amerika dan berhijab, terpilih sebagai legislator perempuan muslim pertama.
Pemilihan paruh waktu tak hanya memberi angin segar bagi kelompok minoritas di Negeri Abang Sam. Keterwakilan perempuan dalam Dewan Perwakilan Rakyat, majelis rendah di Kongres yang berisi 435 anggota, juga menguat. Kaum Hawa tak pernah menguasai lebih dari 84 kursi Dewan. Namun dua pekan lalu ada 101 perempuan yang baru terpilih, melengkapi 65 legislator wanita inkumben.
Banyak dari mereka mencatatkan sejarah. Alexandria Ocasio-Cortez, kandidat berdarah Latin dari New York, adalah wanita termuda yang pernah terpilih. Usianya 29 tahun. Rashida Tlaib dari Michi-gan bersama Ilhan Omar menjadi legislator muslim pertama. Sharice Davids dari Kansas dan Deb Haaland dari New Mexico adalah penduduk asli Amerika pertama yang masuk Kongres. Mereka semua kader Demokrat. Sedangkan Partai Republik meloloskan satu legislator perempuan baru, Carol Miller.
”Perempuan menjadi kekuatan signifikan dalam membalik distrik merah (Republik) ke biru (Demokrat),” kata Kelly Dittmar, ilmuwan politik dari Rutgers University. Banyak kandidat yang menang berkampanye tentang perlunya perawatan kesehatan yang lebih baik untuk semua penduduk. Mereka datang dari berbagai latar belakang, dari veteran militer hingga guru, dan banyak yang baru mencalonkan diri.
Menurut Pressley, kunci kemenangannya adalah memperluas basis pemilih. Di Distrik Ketujuh, yang meliputi separuh wilayah Boston dengan lebih dari sepertiga populasinya penduduk kulit putih yang konservatif, Pressley tak bisa hanya bergantung pada kelompok pemilih minoritas. ”Ada banyak orang yang merasa diabaikan. Saya merangkul mereka dengan memperluas ’meja demokrasi’,” ujarnya.
Strategi utama politikus progresif ini menyasar pemilih muda dan pemilih pemula. Kampanyenya berbuah manis di Boston University, yang termasuk distrik pemilihannya. Jumlah pemilih dari kalangan mahasiswa di sana meningkat 400 persen ketimbang dua tahun sebelumnya, yang dimenangi Capuano. ”Sebanyak 54 persen dari pemilih utama kami adalah pemilih pemula,” kata Pressley.
Antusiasme pemilih pemula juga terlihat di Kota Austin, Texas. Tera Tanguma, 23 tahun, rela antre sejak pagi untuk memberikan suaranya. Perempuan Hispanik ini berbaris di depan tempat pemungutan suara dekat toko kelontong Fiesta, sambil membaca buku Midnight in the Garden of Good and Evil.
”Saya tertarik memberikan suara kali ini untuk Beto,” ucap Tanguma kepada NBC News, mengacu pada Beto O’Rourke. Sayangnya, calon legislator muda yang diusung Demokrat itu gagal menggeser Senator Ted Cruz, politikus konservatif yang pernah menjadi bakal calon presiden dari Partai Republik.
Partisipasi pemilih muda kali ini tertinggi dalam 25 tahun terakhir. Pusat Informasi dan Penelitian tentang Pembelajaran dan Keterlibatan Sipil (CIRCLE), yang meneliti peran serta politik kaum muda Amerika, memperkirakan 31 persen pemilih berusia 18-29 tahun memberikan suara mereka. Ini angka yang menggembirakan, mengingat partisipasi pemilih muda pada 2014 berada di titik terendah.
Sarah Audelo, Direktur Eksekutif Alliance- for Youth Action, jaringan organisasi nasional yang mendorong keterlibatan sipil kaum muda, mengatakan pemilih muda selama ini dicibir karena dianggap tak peduli politik. Namun kali ini berbeda. ”Banyak dari mereka yang baru pertama memilih,” katanya.
Beragam cara dipakai politikus untuk menggalang partisipasi pemilih muda. Ada yang memobilisasi anak muda untuk pergi bersama ke tempat pemungutan suara, termasuk menyediakan transportasi. Organisasi Move Texas, misalnya, mempermudah mahasiswa untuk ikut pemilihan dengan mendirikan bilik suara di kampus Texas State University di San Marcos serta menambah waktu pemungutan suara hingga selepas kuliah sore. Hasilnya, jumlah pemilih berusia 18-29 tahun di Texas melonjak lima kali lipat dari 2014.
Metode lain adalah kampanye media sosial untuk mengajak generasi milenial dan Generasi Z, generasi setelah milenial, mendatangi bilik suara. Kathy Miller dari -Texas Freedom Network, yang berfokus pada pemilih di bawah 30 tahun, mengatakan cara tradisional ketuk pintu sudah kedaluwarsa. Kaum muda sering tinggal di asrama atau apartemen dan mereka pindah setiap dua tahun. ”Hanya ada satu cara untuk menjangkau generasi milenial dan Generasi Z, yaitu lewat telepon seluler mereka,” ucapnya.
Dengan mengusung sederet kandidat segar dan merangkul pemilih muda, Partai Demokrat panen kemenangan. Mereka sukses merebut kembali suara mayoritas di Dewan, walaupun Senat masih dalam kendali Republik. Demokrat merebut sedikitnya 34 kursi dari tangan rivalnya. Ini jumlah kursi terbanyak yang diambil alih Demokrat sejak pemilihan paruh waktu setelah skandal Watergate pada 1974.
Bagi Demokrat, memenangi mayoritas kursi di Dewan sangat krusial, terlebih setelah Donald Trump terpilih sebagai presiden pada 2016. Dengan menguasai Dewan, Demokrat setidaknya dapat mengimbangi manuver kubu Republik, yang menyokong Trump, di Kongres. Dalam dua tahun terakhir, Demokrat acap kewalahan menghalau kebijakan kontroversial Trump karena para politikus Republik menjejali Dewan dan Senat. Kini Demokrat bahkan bisa melirik peluang untuk memakzulkan Trump.
MAHARDIKA SATRIA HADI (THE HILL, VOX, NPR)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo