Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Aksi Teatrikal

BAMBANG Pamungkas bukan tipe pemain sepak bola yang doyan beraksi teatrikal di lapangan.

16 November 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Bambang Pamungkas -TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketimbang berpura-pura terjatuh demi mendapat tendangan bebas atau berlagak kesakitan untuk mengulur-ulur waktu, mantan kapten tim nasional ini menyalurkan bakat bersandiwaranya di tempat yang tepat: panggung teater.

Bepe—panggilan Bambang—tampil di pentas drama tari Genta Sriwijaya di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa pekan ini. “Kalau di sepak bola, karakter saya serius. Di teater, saya jadi dagelan,” katanya di Jakarta, Kamis dua pekan lalu. Dia berperan sebagai pengawal raja yang kerap jadi bahan olok-olok.

Ini penampilan ketiga penyerang veteran Persija Jakarta itu. Bambang, 38 tahun, tampil perdana dalam pementasan wayang orang Pandawa Bajang di Gedung Kesenian Jakarta, dua tahun lalu. Keterlibatannya di seni panggung tidak disengaja. Awalnya, ayah tiga anak ini sekadar mengantar istrinya, Tribuana Tungga Dewi, berlatih tari untuk pementasan itu. Darah seni yang mengalir dari ibundanya, Suriptinah—guru tari dan gamelan—langsung bergolak. “Lihat orang berlatih, saya tertarik ikut main,” ucapnya.

Sembari berkelakar, Bambang menilai tampil di panggung lebih berat ketimbang berjibaku di lapangan hijau. “Persiapan teater lebih lama, sampai tujuh bulan. Di sepak bola paling sebulan sebelum kompetisi,” ujar pencetak 38 gol dalam 86 pertandingan tim nasional ini.

 


 

Andrea Miranda -TEMPO/M Taufan Rengganis

Tempat Curhat

DI samping menjadi penyanyi teater, Andrea Miranda menjalani karier sebagai dosen. Sopranis kelahiran Bandung ini mengajar vokal mayor di program studi musik Universitas Pelita Harapan, Tangerang, Banten, dua tahun terakhir.

Selama mengajar, Andrea kerap menjadi sasaran curhat para mahasiswanya. Menurut Andrea, mungkin penyebabnya ia selalu membuka pintu komunikasi atau muridnya mengira si ibu dosen hampir seumuran. Melihat perawakan Andrea yang kinyis-kinyis, sulit menebak usianya 32 tahun. “Apalagi badanku mungil, ha-ha-ha…,” kata perempuan bertinggi badan 155 sentimeter itu kepada Tempo di Jakarta, Kamis dua pekan lalu.

Dea—panggilan Andrea—mengatakan curahan hati itu datang melalui pesan WhatsApp. Biasanya, pengirimnya adalah mahasiswa yang mulai mengerjakan tugas akhir. “Karena pernah berada di posisi mereka, aku ngerti banget apa yang mereka rasain,” ujar alumnus Universitas Pelita Harapan tersebut.

Mengajar tidak membuat Dea kehabisan waktu, meski jadwalnya sedang padat-padatnya. Putri komponis Purwacaraka itu tampil sebagai Ainun Habibie dalam Opera Ainun, September lalu; menggelar konser tunggal, sebulan kemudian; dan menjadi pemeran utama pergelaran drama tari Genta Sriwijaya di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa pekan ini. “Aku lebih suka sibuk banget daripada enggak ada kerjaan. Kalau enggak ada kerjaan, malah pusing,” ucapnya, lalu tertawa.

 


 

Denny Malik -TEMPO/M Taufan Rengganis

Komandan Tari

DENNY Malik menjalani peran baru sebagai komandan pasukan. Koreografer, penyanyi, dan aktor ini memimpin 200 anggota Brigade Mobil Kepolisian RI berlatih tari untuk perayaan hari jadi ke-73 Brimob, Rabu pekan lalu.

“Gampang melatih mereka,” kata Denny kepada Tempo di Jakarta, Kamis dua pekan lalu. Dalam setiap latihan, dia didampingi seorang personel senior Brimob yang kerap membisikinya, “Mas, kalau mereka enggak nurut, gaplok saja.” Untungnya, tidak ada tangan yang melayang. Denny mengatakan para polisi muda tersebut kompak dan berdisiplin tinggi.

Denny menilai tubuh-tubuh kekar yang bau mesiu itu kaku-kaku. Dia mengakalinya dengan menyuguhkan gerak tari yang bersifat staccato alias patah-patah, misalnya dengan mengadopsi gerakan pencak silat. “Mereka tidak kesulitan mengikuti,” ucap koreografer upacara pembukaan Asian Games 2018 ini.

Tiga tahun belakangan, Denny juga melatih para taruna Akademi Militer di Magelang dan Akademi Kepolisian di Semarang, Jawa Tengah. Tarian untuk perayaan wisuda itu lebih massal, diikuti hingga 800 orang. Menurut dia, kewajiban menari bersama ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo. “Supaya otak kanan dan kiri lebih berimbang,” ujar penyanyi yang mencuat lewat Jalan-Jalan Sore pada akhir 1980-an tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus