Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saya kenal Mauro Moroni sebelum dia mendirikan Mellow Record,” kata Charly Heidenrich. ”Saya juga kenal Francis Grosse dan Bernard Gueffier sebelum mereka mendirikan Musea,” tambahnya. Mellow Record (Italia) dan Musea (Prancis) adalah dua label yang merilis album-album Discus.
Musea dan Mellow adalah dua label penting prog rock 1990-an. Di samping mereka, ada Gallieo milik Patrick Becker di Swiss, dan SynPhonic milik Greg Walker di Amerika. Dari sinilah muncul album grup prog rock ”aneh-aneh” asal Amerika, Eropa, Skandinavia, bahkan Argentina, Cile, Brasil, Israel, Taiwan, Bahrain, Uzbek atau negeri-negeri eks Soviet.
Mereka bukan major label. Dahulu, tahun 1970-an, label-label besar berlomba merilis rekaman prog rock karena secara komersial menguntungkan. Bahkan ada yang mengasosiasikan diri dengan kelompok tertentu. Virgin Record selalu merilis album Van Der Graff, Charisma Record untuk album lbum Genesis, Harvest Record memproduksi Pink Floyd, Deram Record memproduksi album Caravan. Tiap rilis bisa puluhan ribu keping.
Regenerasi terjadi, dan mereka tidak tertarik lagi menjamah progressive rock. Musea, yang terbesar kini, bisa merilis 300 album setahun, paling tinggi produksinya 10 ribu kopi. Adapun Galileo, yang berdiri pada 1991, sampai kini hanya punya sekitar 10 album. ”Tapi ini akan tambah terus,” kata Patrick Becker.
Tapi, seperti biasa, dari wadah kecil ini, terbangun jaringan yang kompak. Para kolektor piringan hitam (kini para pemilik label) saling mengenal, bertukar koleksi, meski tidak pernah bertemu.
Setelah mendirikan label masing-masing, tradisi itu berlanjut. Mauro Moroni sering tukar-menukar ratusan cd produknya dengan cd Francis Grose dari Musea, terutama album-album yang dianggap unik. Produksi awal Musea misalnya band Prancis yang diilhami Magma, seperti Pulsar, Elohim, Eskaton, Troll, Xalph. ”Agar biaya pertukaran murah, mereka sering mengirim cakram rekamnya saja bersama cover, tanpa boks, ” kata Charly.
Sekarang, menurut Charly, mereka sudah saling memberikan lisensi secara gratis. Misalnya sebuah band Italia dirilis albumnya oleh Musea. Musea lalu memberikan lisensi kepada label yang mau membeli hak ciptanya.
Dan terakhir, para bekas kolektor ini muncul inisiatif menggelar festival prog rock. Charly menyebut Greg Walker yang menggagas Progfest California. Pertama kali melahirkan Progfest, uangnya habis. Lalu Musea membantunya. Yang menjadi head liner Progfest 1994 maka dari itu adalah band orbitan Musea: Minimum Vital.
Festival progresif lain yang dibantu oleh Musea adalah Baja Prog Festival di Kota Mexicali, Meksiko—dekat perbatasan Amerika. Discus pernah tampil di sini. Musea juga membantu Nearfest—Amerika, Prog’Sud Prancis, Stockholm Art Rock Festival, dan Rio Art Rock Festival Brasil. ”Tahun depan kita juga diundang ke Rio Art Rock,” kata Fadhil Indra. Karena albumnya pernah diproduksi Musea, nama Discus pun dikenal di seluruh festival yang berkaitan dengan Musea.
Label-label prog rock Jepang, menurut Charly, sekarang juga gencar. Charly ingat, suatu hari pada akhir 1980-an ia kedatangan tamu dari Jepang. Namanya Masahiko Kagawa dari majalah Marquee. Ia meminta Charly mengantarkan ke toko-toko CD dan piringan hitam sepanjang Munich-Frankfurt khusus untuk mensurvei seluruh kaset progressive rock. Masahiko di Jepang kini memiliki label rekaman Belle Antique. Sebuah label ”indie” yang merilis grup progressive rock Jepang.
Bila kelompok progressive rock Indonesia ingin memiliki pergaulan internasional, kata Charly, pengetahuan tentang peta jaringan ini menjadi penting.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo