Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengumumkan Malaysia telah memutuskan untuk mengajukan keanggotaan ke dalam blok geopolitik BRICS dan akan segera memulai proses pendaftaran resmi, seperti dilansir media negara tetangga itu pada Senin, 18 Juni 2024. Anwar mengatakan ia sedang menunggu masukan dari pemerintah Afrika Selatan, dan juga mendiskusikan hal ini dengan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva.
“Kami telah membuat kebijakan kami dengan jelas dan kami telah mengambil keputusan. Kami akan segera memulai proses formal,” kata Anwar dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Cina, Guancha, seperti dikutip oleh The Sun.
Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia membenarkan ucapan PM tersebut, namun menambahkan pemerintah Malaysia belum memutuskan proses lebih lanjut.
Dia mengatakan posisi geografis negara tersebut merupakan faktor kunci, karena potensi keanggotaan Malaysia dalam BRICS memiliki kepentingan strategis. Malaysia terletak di sepanjang Selat Malaka, jalur pelayaran penting yang menghubungkan Samudra Pasifik dan Hindia antara Malaysia dan pulau Sumatra di Indonesia.
Sementara itu, Menteri Investasi, Perdagangan dan Industri Malaysia Zafrul Abdul Aziz mengatakan Malaysia terbuka untuk bergabung dengan BRICS karena keanggotaan itu dapat mendatangkan berbagai keuntungan ekonomi.
“Kami menunggu untuk memulai diskusi lebih lanjut mengenai BRICS sebagaimana disebutkan Perdana Menteri Anwar Ibrahim,” kata Zafrul di acara peresmian pabrik Chery Malaysia di Shah Alam, seperti dikutip Bernama.
BRICS merupakan sebuah organisasi antarpemerintah yang dibentuk pada 2006. Awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India dan Cina, BRICS kemudian diikuti Afrika Selatan setahun setelah konferensi tingkat tinggi (KTT) pertamanya pada 2009. Negara-negara lain yang baru-baru ini telah bergabung dengan BRICS adalah Etiopia, Iran, Mesir dan Uni Emirat Arab (UEA).
Awal bulan ini, Duta Besar Rusia untuk Cina Igor Morgulov mengatakan sekitar 30 negara telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan BRICS, termasuk Thailand, Sri Lanka dan Vietnam. Menulis di kolom opini South China Morning Post, dubes itu berkata BRICS sedang menggodok kategori negara mitra dan menjangkau negara-negara non-BRICS melalui mekanisme dialog.
Anwar menyebutkan bahwa dia telah mengangkat masalah ini dalam pertemuan baru-baru ini dengan presiden Brasil, yang akrab disapa Lula. “Barat ingin mengontrol wacana di dunia, tapi kita tidak bisa lagi menerimanya karena mereka bukan lagi kekuatan kolonial dan negara-negara merdeka seharusnya bebas berekspresi,” katanya, seperti dikutip The Sun.
“Dunia tidak lagi unipolar, dan kebangkitan BRICS dan Cina telah memberikan secercah harapan bahwa terdapat checks and balances (saling kontrol dan menyeimbangkan) di dunia,” ujarnya.
KTT BRICS 2024 dijadwalkan pada Oktober 2024 mendatang di Kazan, Rusia, dipimpin oleh Moskow yang telah mengepalai organisasi tersebut sejak Januari. Sebelumnya, pertemuan menteri luar negeri BRICS telah diadakan pada 10 – 11 Juni di Nizhny Novgorod, Rusia.
THE SUN | BERNAMA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan editor: Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini