Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Vokalis Radiohead Thom Yorke mengutuk Pemerintah Inggris yang saat ini dikuasi oleh Partai Konservatif, menyusul pengumuman PM Inggris Liz Truss mundur atau hanya enam minggu setelah dia menjabat sebagai perdana menteri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Truss mundur pada Kamis, 20 Oktober 2022. Keputusan itu membuat Truss tercatat sebagai Perdana Menteri dengan masa jabatan terpendek dalam sejarah Inggris.
Perdana Menteri Inggris yang baru, Liz Truss keluar dari Kastil Balmoral setelah menemui Ratu Elizabeth di Skotlandia, Inggris 6 September 2022. Andrew Milligan/Pool via REUTERS
Pengunduran diri Truss terjadi setelah 15 anggota parlemen Tory secara terbuka memintanya untuk mundur. Pergolakan politik Inggris yang terjadi saat ini tidak terlepas dari kekacauan ekonomi akibat kebijkan Truss.
Di bawah kepemimpinanTruss, pemerintahan Inggris berusaha menjungkir-balikkan program fiskal dengan meluncurkan 45 miliar GBP atau sekitar Rp 786 triliun untuk pemotongan pajak atau anggaran mini. Kebijakan itu dianggap tidak sesuai anggaran, tetapi dipercaya pihak Truss sangat dibutuhkan demi menghentikan ekonomi Inggris dari stagnasi.
Melihat kekacauan politik Inggris, Yorke, yang biasa menulis musik berisi kritik sosial menyebut Pemerintahan Konservatif memalukan.
“Turunkan Pemerintah Inggris ini, mereka tidak berbicara untuk kita, sekarang juga. Negara menderita dalam kesulitan yang ekstrim. Cukup omong kosong ini. Mereka memalukan," kata Yorke di Twitter seperti dikutip dari The Independent, Jumat, 21 Oktober 2022.
Pesohor lain seperti Nish Kumar dan David Baddiel juga cepat bereaksi terhadap pengunduran diri Truss. Sementara itu, Joe Lycett bergurau bahwa Truss sendiri yang harus ikut serta dalam pemilihan kepemimpinan yang akan datang.
Truss berkuasa setelah Boris Johnson pada Juli 2022, mengundurkan diri sebagai perdana menteri dan pemimpin Partai Konservatif akibat skandal yang dibuatnya sendiri. Truss naik menjadi kepala Pemerintahan Inggris bukan melalui pemilihan umum. tu berarti dia tidak memiliki mandat dari seluruh rakyat Inggris sebagai pemimpin terpilih mereka, juga bukan pilihan rekan-rekannya di Parlemen untuk menggantikan Johnson.
Ketidakpopuleran Truss tidak murni akibat kesalahannya sendiri. Dia beroperasi di dalam sebuah partai yang gagal bersatu di bawah visi bersatu untuk negara pasca-Brexit.
Menurut Vox, Konservatif memenangkan suara mayoritas dalam pemilu 2019 dengan membawa pemilih baru ke dalam partai. Tetapi partai tidak punya visi yang jelas sebagai pemersatu untuk menyelesaikan Brexit, partai tersebut memiliki masalah serius dengan faksionalisasi internal.
Di tengah kekacauan di Partai Konservatif dan krisis politik Truss, Partai Buruh berada di jalur tepat untuk memenangkan kepemimpinan dalam pemilihan umum berikutnya. Pemilu itu masih akan digelar dalam beberapa tahun mendatang, namun trennya mungkin saja berubah.
Rishi Sunak, Jeremy Hunt, Penny Mordaunt dan Ben Wallace semuanya disebut-sebut sebagai calon penerus Truss.
THE INDEPENDENT | REUTERS | SKY NEWS | VOX
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.