Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah empat tahun menjabat Menteri Luar Negeri Timor Leste, pada Juli 2006 Jose Ramos Horta, 58 tahun, resmi menjadi perdana menteri kedua menggantikan Mari Alkatiri. Ia juga cuma butuh 10 bulan untuk menduduki kursi Xanana Gusmao setelah menang telak atas pesaingnya, Fransisco "Lu Olo" Guterres dalam pemilihan presiden putaran kedua, 9 Mei lalu.
Siapa tak kenal Horta? Lelaki penyuka warna biru ini seorang diplomat ulung dan pernah dicalonkan menjadi Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Bersama Carlos Filipe Ximenes Belo, mantan Uskup Dili, ia meraih Hadiah Nobel Perdamaian pada 1996. Ia memang dikenal ramah kepada rakyat kecil. Ia sering menghabiskan akhir pekannya berkeliling Dili dengan sepeda atau mengendarai motor besarnya ke distrik-distrik untuk bertemu langsung dengan rakyat.
Kepada Faisal Assegaf dari Tempo, Selasa pekan lalu, Horta bercerita banyak soal berbagai rencana kebijakannya. Berikut penuturannya:
Apa prioritas Anda dalam kebijakan ekonomi dan politik?
Di bidang keamanan, saya akan memodernisasi kekuatan pertahanan. Meski masih berskala kecil, kami akan memiliki angkatan bersenjata yang sangat cakap. Angkatan bersenjata kami akan berpartisipasi dalam misi pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa dan dalam misi kemanusiaan bersama pasukan dari negara-negara ASEAN, Australia, dan Selandia Baru. Kepolisian kami juga perlu diorganisir lagi. Sejauh ini, kami menghadapi banyak masalah lantaran kekuatan polisi yang besar. Saya percaya kami bisa membentuk kepolisian yang lebih kecil, lebih solid, dengan gaji, logistik, dan manajemen yang lebih baik.
Di sektor ekonomi, saya sudah mengajukan usulan untuk mereformasi sistem perpajakan, menghapus banyak pajak yang tak perlu. Saya ingin pemerintah mengalokasikan anggaran yang cukup bagi orang miskin, janda, yatim-piatu, veteran perang, pemuda, dan pelajar. Kami memperoleh dana dari sumbangan masyarakat internasional. Saya adalah presiden bagi orang-orang miskin dan akan berjuang untuk mereka.
Bagaimana dengan pemberantasan korupsi?
Saya akan membentuk sebuah komisi antikorupsi yang akan mengkoordinasi semua tugas dari pelbagai lembaga dalam memberantas korupsi.
Anda sudah menjadi presiden dan Xanana kemungkinan besar akan menjadi perdana menteri. Ini seperti pertukaran jabatan. Apa memang ada kesepakatan semacam ini?
Tidak ada kesepakatan semacam itu. Namun, jika teman baik saya, Xanana Gusmao, memenangkan pemilihan umum parlemen, saya akan sangat senang bekerja dengan parlemen baru untuk mencapai apa yang terbaik bagi negara kami.
Apakah Anda akan mendukung Xanana dalam pemilihan umum parlemen? Seperti apa bentuk dukungannya?
Sebagai kepala negara, saya tidak boleh memperlihatkan dukungan bagi kandidat mana pun. Saya harus netral.
Apakah menurut Anda kombinasi Horta-Xanana adalah yang terbaik bagi masa depan Timor Leste? Kenapa?
Kami mempunyai visi dan keyakinan yang sama, tapi saya juga memiliki kesamaan keyakinan dengan para pemimpin lain, seperti Mario Carrascalao, Fernando Araujo, dan teman lama saya, Xavier Amaral.
Jika Xanana kalah dan Lu Olo yang menang dalam pemilihan parlemen. Anda siap bekerja sama dengan dia?
Tentu saja. Lu Olo adalah orang baik, ramah, dan jujur. Ada banyak pemimpin bagus di Fretilin.
Kebanyakan rakyat Timor Leste menguasai bahasa Indonesia. Apakah Anda akan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua?
Konstitusi kami menetapkan dua bahasa resmi: Tetum dan Portugis, serta dua bahasa percakapan: Indonesia dan Inggris. Untuk saat ini, saya kira, tak perlu untuk mengubah konstitusi. Namun, pemerintah harus lebih proaktif dalam memajukan penggunaan dan pengajaran bahasa Indonesia dan Inggris, sebab jumlah rakyat kami yang berbahasa Indonesia sangat besar. Ratusan pemuda kami melanjutkan pendidikan ke Indonesia.
Sebagai presiden, Anda memilih Indonesia untuk kunjungan resmi pertama. Apa saja yang akan Anda bahas dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono?
Dalam pertemuan nanti, kami akan membahas isu perbatasan. Saya ingin secepatnya mengimplementasikan kesepakatan dalam hal lintas batas, pasar di perbatasan, dan jalur Oikusi-Mota'ain. Kami harus menyelesaikan soal garis batas. Saya juga ingin membuat perjanjian tentang perdagangan bebas dengan Indonesia, Australia, Selandia Baru. Di bidang pendidikan, kami akan mendiskusikan persoalan yang timbul akibat terlalu banyak pelajar kami yang ke Indonesia tanpa dokumen yang tepat, tidak ada uang, dan sebagainya.. Saya juga akan membuat kesepakatan serupa dengan Filipina dan Australia. Saya akan mengirimkan ratusan pemuda Timor Leste untuk belajar di negara yang berbahasa Inggris dan memiliki standar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo