Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Prinsip Bushido dalam Samurai, Harmonisasi ala Confusius dan Zen

Prinsip seorang samurai Jepang, mengamalkan spirit bushido merupakan harmonisasi ala Confusius dan Zan.

30 Agustus 2021 | 11.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah pria mengenakan baju besi layaknya seorang prajurit samurai, saat ikut memeriahkan Festival Kachiya di Katori Shrine di Tokyo, 5 Mei 2016. Panglima Taira no Masakado memenangkan perang Fujiwara Hidesato terjadi sekitar tahun 940. AP Photo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Samurai atau Japan Warior adalah salah satu prajurit Jepang yang terkenal di era premodern. Samurai sering juga disebut sebagai Bushi atau Buke. Secara harafiah, samurai merupakan kata serapan dari bahasa jepang kuno yakni “Samorau” atau “Saburau” yang berarti melayani oleh karena itu sejatinya samurai adalah pelayan bagi para majikannya.

Sejarah panjang terbentuknya samurai terkait erat dengan melemahnya pemerintahan pusat pada periode Heian (794-1192). Pada era tersebut, banyak keluarga aristokrat Jepang saat itu yang tidak mendapatkan kedudukan di pusat menyingkir ke daerah-daerah dan membentuk kelompok mandiri yang menguasai daerah tersebut.

Berdasarkan Japan Interstudy Center Indonesia, samurai menjadi kelas militer yang berkuasa yang menjadi peringkat sosial tertinggi pada Periode Edo (1603-1867). Dalam periode tersebut samurai bekerja dibawah Daimyo, orang yang memiliki pengaruh besar di suatu wilayah.

Dalam menjalankan tugasnya, samurai memiliki kode etik yang disebut Bushido. Secara sederhana bushido berarti jalan terhormat yang harus ditempuh seorang Samurai dalam pengabdiannya adapun 8 prinsip Bushido yaitu, kebenaran, keberanian, kebajikan, rasa hormat, ketulusan, menghormati, loyalitas, dan kontrol diri.

Bushido merupakan etika yang dipengaruhi oleh ajaran Budha Zen. Zen merupakan moral dan filosofis Samurai. Dalam bentuk yang lebih filosofis, Zen menekankan bahwa tidak ada batasan antara hidup dan mati. Tidak heran jika para samurai menjalani etika dari filosofi ini dengan menonjolkan rasa percaya diri dan memenuhi kebutuhan diri secara mandiri.

Selain mengacu pada etika Zen, Bushido juga mengamalkan etika-etika dari Confusius. Ajaran Confusius mengatur harmonisasi hubungan antara sesama manusia, hubungan manusia dengan makhluk lain yang ada di dunia dan hubungan manusia dengan alam.

Titiek Suliyati dalam Bushido Pada Masyarakat Jepang: Masa Lalu dan Masa Kini, dalam menjalankan bushido seorang Samurai dituntut total dalam pengabdiannya. Bahkan kematian yang sempurna dan mulia adalah kematian saat membela kaisar dan negara.

GERIN RIO PRANATA 

Baca: Jalan Samurai dan 8 Spirit Bushido yang Tak Lekang Waktu

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus