Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI ujung telepon suaranya ter-de-ngar bergetar. ”Maafkan saya. Saya sudah berjanji tidak bicara kepada media,” katanya. Di belakangnya terdengar derap langkah pasukan militer. Teriakan komandan tentara membahana sahut-menyahut.
Kolonel Ariel Querubin, 49 tahun, komandan Brigade Per-tama Marinir Filipina, kini harus menjaga mulutnya. Se-telah prahara yang menegangkan sepanjang pekan lalu, posisi-nya kini tejepit. Ia adalah tokoh kunci upaya kup terhadap Presiden Gloria Arroyo. Ia merencanakan demo mas-sa menentang pemerintah dan membangkang terhadap ke-putusan markas besar tentara Filipina mengganti komandan marinir Mayor Jenderal Renato Miranda—perwira tinggi yang dituding menjadi bagian dari kup itu. Querubin- memang tak ditangkap, meski ia diberhentikan dari jabatannya. Ada kesepakatan antara Querubin dan Brigadir Jenderal Nelson Allaga, komandan marinir yang baru. ”Kesepakatan antar-lelaki, antarse-sama tentara,” kata Allaga.
Querubin adalah lelaki yang te-nang. Pada Maret tahun lalu, di sebuah restoran seafood di Teluk Manila, kami ber-kenalan. Ia mengenakan kemeja putih lengan pendek de-ngan pantalon warna gelap. Tubuhnya gempal, parasnya kotak persegi dengan sedikit rambut menghiasi kepala. Bersama Querubin datang pula Brigadir Jenderal- Danny Lim, komandan Scout Ranger- marinir Filipina. Lim juga ditu-duh menghasut perwira muda angkatan laut untuk menumbangkan Arroyo.
Makan malam itu sungguh istimewa: dua wartawan dari Jakarta, empat wartawan Filipina, beberapa akti-vis lembaga swadaya masyarakat Jerman, dan dua perwira penting- militer Filipina. Di meja tersaji udang goreng de-ngan saus asam, cumi, beberapa ikan besar, dan na-si berbumbu bawang.- Ka-mi duduk di lantai atas sebuah res-toran yang atap-nya dibiarkan tak ber-tingkap.
Wartawan Filipina me-ngenal Ariel Querubin- se-bagai perwira progre-sif: mu-da, berani, dan tak sungkan mengkritik- pemerintah. Bersama Ko-lonel Gringo- Honassan, ia terlibat kup terhadap Presi-den Corry Aqui-no. Kup itu gagal, Ho-nassan bu-ron, dan Querubin, yang saat itu berpangkat kapten,- tertembak kaki-nya. Di ru-mah- sakit, ”Saya kabur me-lompat jendela,” katanya tersenyum. Dalam keadaan terluka, ia kembali ditangkap.
Beruntung, pemerintah- memberikan amnesti- ke-pa-da Querubin dan kawan-ka-wan. Mereka dianggap- tidak bersalah karena ha-nya meng-ikuti perintah atasan. Belakangan, Que-rubin ma-lah disekolahkan di Australia- hingga mendapat gelar mas-ter. Di Negeri Kanguru itu ia memboyong istri dan tujuh anak hasil dua kali pernikahannya. Kembali- ke Filipina, ”Anak-anak saya protes karena harus mening-galkan rumah kami yang besar di Australia,” kata-nya.
Querubin lulus dari sekolah Akademi Militer Filipina pada 1979. Saat people power II digelar pada 1989, ia memimpin pasukan. Ketika itu, bersama Danny Lim, Querubin- mendirikan Persatuan Perwira Muda—sebuah unit yang menghimpun tentara progresif.
Berniat menjatuhkan pemerintah, justru Querubin pernah diberi bintang kehormatan oleh Presiden Arroyo. Ketika itu, Maret 2000, Querubin memimpin pasukan untuk menghantam pemberontak MILF di Kauswagan, Mindanao Selatan. Sehari semalam ia bertempur melawan sekitar 300 pasukan separatis. ”Saat itu saya tertembak,” katanya. Tapi pengorbanan itu tak sia-sia: selain menaklukkan musuh, pasukan Querubin juga membebaskan beberapa sandera warga Amerika.
Arroyo bangga. Querubin diberi bintang kehormatan. Apalagi kamp Kauswagan dianggap sebagai titik penting markas pemberontak. Dalam pidato penganugerahan bintang jasa, Arroyo memuji Querubin setinggi langit. ”Secara pribadi saya telah meminta-nya bekerja di markas besar marinir untuk membantu Presiden Filipina,” kata Arroyo.
Setelah itu nama Querubin tak ba-nyak terdengar. Dalam obrolan makan malam di Manila Bay, kami bicara tentang situasi politik Filipina terakhir-, tapi Querubin selalu menahan diri untuk tidak ”bocor”. Ia mungkin me-nyimpan rahasia—sesuatu yang dibuk-ti-kannya setahun kemudian dengan menjadi motor kudeta.
Arif Zulkifli
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo