Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Rangkulan sosialis pada kamunis

Presiden prancis, mitterand memasukkan 4 orang partai komunis dalam kabinet pm pierre mauroy. diharapkan tidak mengganggu lagi dengan pemogokannya. 11 kelompok industri akan dinasionalisasikan.

4 Juli 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BURSA di Paris tak kaget lagi. Orang tidak kelihatan lagi secara menyolok membelanjakan Franc (F.Fr.), memborong emas dan membeli saham berbagai perusahaan asing seperti terlihat (11 Mei) sesudah Francois Mitterrand (Sosialis) terpilih sebagai Presiden Prancis. Nilai tukar mata uang Franc pun kini cukup stabil. Situasi tenang itu justru lebih mengesankan setelah Partai Sosialis secara gemilang berhasil merebut 285 kursi dari 491 kursi Assemblee Nationale (Parlemen), 14 dan 20 Juni. Sosialis kini merupakan mayoritas mutlak mengalahkan kelompok Kanan-Tengah. Dalam pemilihan kali ini, Kanan-Tengah yang merupakan gabungan neo-Gaullist dan Giscardian hanya meraih 148 kursi -sedang sebelumnya 274 kursi. Dengan kemenangan gemilang itu, maka secara mutlak pula Sosialis menguasai lembaga eksekutif dan legislatif yang selama 23 tahun ditongkrongi Kanan-Tengah. Partai Sosialis tak perlu lagi merasa takut dengan Partai Komunis yang pernah mengancam akan merongrong Sosialis di parlemen jika orang komunis tak didudukkan dalam kabinet. Sekalipun demikian, Sosialis tampaknya masih perlu merangkul Partai Komunis yang menguasai Confederation Generale du Travail (CGT), Konfederasi Serikat Buruh. Dengan mengangkat empat orang Komunis sebagai menteri pekan lalu, Presiden Mitterrand berharap Partai Komunis tak akan menimbulkan kesulitan di dalam negeri, misalnya, dengan pemogokan. Toh uluran tangan itu dianggap masih belum bisa memperbaiki kekalahan terburuk Partai Komunis yang dialaminya 45 tahun belakangan ini. Kalah Perang Dan ketika berhadapan dengan Lionel Jospin, pemimpin Sosialis yang baru, George Marchais, pemimpin Partai Komunis, duduk ibarat orang yang kalah perang. Dalam situasi seperti itulah, Partai Sosialis mendiktekan keinginannya, seperti terbukti dalam bunyi pernyataan bersama Marchais dan Jospin. Di situ antara lain dikatakan bahwa Partai Komunis Prancis, yang selama ini mendukung intervensi Soviet ke Afghanistan, setuju menuntut agar seluruh pasukan Soviet ditarik mundur dari kawasan itu. Partai Komunis juga bersedia menghormati segala perjanjian militer Prancis dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) - serta rela mendukung penempatan peluru kendali berkepala nuklir Pershing-2 dan Cruise di Eropa -- kendati negeri itu sudah tak terikat dalam komando militer bersama. Untuk membayar pengorbanan Komunis itu, Sosialis memberikan jabatan menteri perhubungan, penertiban administrasi, kesehatan dan pendidikan tenaga kerja kepada orang Komunis. Dengan saling memberikan konsesi itu, kedua pihak diduga akan saling beruntung. Paling tidak CGT yang dipimpin Komunis itu, tidak akan mengganggu program Sosialis dengan pemogokannya. "Sebagian orang mengatakan bahwa pernyataan bersama tersebut merupakan suatu sikap tanda menyerah," kata Marchais setelah berunding dengan Jospin. "Tapi saya menyebutnya sebagai suatu kesinambungan dan pengembangan kebijaksanaan Partai Komunis." Apapun sebutannya, kehadiran orang Komunis dalam Kabinet PM Pierre Mauroy sangat menggusarkan Washington. Sekalipun Presiden Mitterrand sudah bersumpah "tetap setia dan loyal kepada sekutu Prancis," Departemen Luar Negeri AS masih juga menyatakan kegu sarannya. "Sifat dan kadar hubunganE AS dan Prancis sebagai sekutu akan dipengaruhi karena kehadiran Komunis dalam pemerintahan Prancis kini," demikian pernyataan Deplu AS itu. Ketika Wakil Presiden AS George Bush mengunjungi Paris pekan lalu, sikap AS cukup netral: bisa memahami pengangkatan orang Komunis itu. Karena kemudian Deplu AS bersuara sumbang, Mitterrand menyebut bahwa Washington tidak cukup memahami situasi Prancis. "Mereka (AS) tidak bisa melihat perbedaan antara (Komunis) Prancis dan Italia, maupun (Komunis) Prancis dan Spanyol," tambah Menlu Prancis Claude Cheysson. Mungkin saja warna merah di tubuh Partai Komunis Prancis, Italia dan Spanyol sulit dibedakan, tapi Washington masih ingat kemesraan hubungan Partai Komunis Prancis dengan Moskow. Di antara anggota Eurokommunisme (Prancis, Italia dan Spanyol), adalah Partai Komunis Prancis (PCF) yang dikenal sangat pro-Moskow. Ketika koran L 'Unita, corong Partai Komunis Italia (PCI), mengutuk intervensi Soviet (25 Desember 1979) ke Afghanistarl, L'Humanite, corong PCF, bungkam seribu bahasa. Padahal Santiago Carrillo, boss Partai Komunis Spanyol (PCE), turut mengecam habis intervensi itu. Kenapa Marchais tidak mengutuk? "Kalian ini ternyata tetap tidak tahu bahwa nama saya George Marchais, dan mereka adalah (Enrico) Berlinguer (boss PCI) serta Carrillo," sahutnya kepada seorang wartawan. Risiko Besar Sikap sangat pro-Moskow itu juga pernah ditampilkan PCF ketika Uni Soviet (1968) menggasak Cekoslowakia. Secara terbuka ia tidak pernah mengritik tindakan Soviet itu -- berbeda dengan sikap PCI dan PCE yang secara pedas mengecamnya. Tak heran jika AS kini merasa cemas. Ia sangat khawatir jika rahasia NATO jatuh ke Moskow - lewat empat menteri itu. Bernard Pons, pemimpin neo-Gaullist, juga mengungkapkan perasaan serupa. "Menempatkan orang Komunis, yang Marxis-Leninis pro-Moskow, dalam kabinet, sungguh suatu taruhan dengan risiko besar," katanya. Taruhan itu memang harus dilakukan Presiden Mitterrand. Ia berharap Partai Komunis mau bersikap lebih pragmatis menghadapi sejumlah pembaharuan yang dijalankannya. Dalam upaya mengurangi jumlah jam kerja dari 40 jam ke 35 jam seminggu, misalnya, PM Mauroy masih sulit mencapai kesepakatan dengan CGT. Soalnya upaya pengurangan jumlah jam kerja itu justru akan menyebabkan sebagian besar buruh berkurang pendapatannya. Jika kelak CGT menerima kenyataan pahit itu, prinsip jam kerja 35 jam seminggu baru akan diterapkan uhun 1985. Namun Confederation Francaise Democratique du Travail (CFDT), Konfederasi Buruh Demokratis Prancis (sayap kiri), ngotot menuntut agar prinsip 35 jam kerja seminggu bisa diterima. "Jika tidak diterima," kata Edmund Maire, pemimpinnya, "kami akan melancarkan pemogokan." Menghadapi ancaman itu, Presiden Mitterrand niscaya akan semakin hati-hati berunding. CGT yang disegani itu mempunyai anggota 2,4 juta. Di seluruh Prancis, Partai Komunis ditaksir punya 5 00 ribu anggota militan dan 4 juta pendukung. Karenanya dalam soal menentukan pengurangan jam kerja dan nasionalisasi 11 kelompok industri dan perbankan, Mitterrand berusaha menjadikan kaum Komunis sebagai "kawan baik". Ia tidak ingin jika CGT mempelopori pemogokan seperti pernah dilakukannya lima tahun lalu ketika menuntut batas usia pensiun 60 tahun. Dan Presiden Mitterrand sudah menunjukkan iktikadnya tersebut. Menjelang pemilihan parlemen, ia menaikkan upah buruh minimum sebesar 10% menjadi 2.900 francs. Juga dana pensiun dan sumbangan bagi penderita cacat dinaikkannya antara 20-25%. Ia bahkan berusaha menjadikan minggu kelima setiap bulan sebagai masa libur dengan buruh tetap mendapat upah. Semua tindakan itu menyenangkan CGT. "Suatu masa memulai perundingan telah dibuka. Serikat buruh Prancis kini memainkan peranan dalam peristiwa konstruktif," ujar George Seguy, pemimpin CGT. Dan dengan program yang menyenangkan kaum buruh itulah, antara lain, Partai Sosialis berhasil menarik banyak suara dalam pemilihan parlemen. Tapi pemilih umumnya belum tentu cinta pada Sosialis, tapi diduga bosan pada zaman Presiden Valery Giscard d'Estaing. Bayangkan, ada 1,8 juta penganggur. Dan inflasi mencapai 13%. Kini Mitterrand berusaha merangsang sektor industri. Pertengahan Juni ia menaikkan alokasi dana kredit lunak dari US$ 2,4 juta milyar menjadi US$ 3,1 milyar. Jika pengusaha mau memanfaatkannya, pemerintah menduga 54 ribu lowongan kerja akan tercipta akhir tahun ini. Menjadi Was-was Menteri Keuangan Jacques Delors merasa optimistis kebijaksanaan kredit lunak tersebut akan menolong banyak. "Jika rencana jam kerja 35 jam seminggu diterima, maka kami berharap akan mampu mendongkrak pendapatan per kapita Prancis tahun depan," katanya. Tapi Sosialis belum tergesa-gesa menasionalisasi 11 kelompok industri dan sejumlah perbankan pribadi, seperti dijanjikan Mitterrand. Menurut Delors, kini hal itu sedang dipelajari sebaik-baiknya. Antara lain yang terancam nasionalisasi itu: pabrik pesawat terbang Avions Marcel Dassault-Breguet, industri metal Pechiney-Ugine-Kuhlmann, pabrik tekstil Rhone-Phoulenc, industri elektronik Compagnie Generale d'Electricite dan Thomson-Brandt. Terhadap kehadiran empat menteri Komunis dalam kabinet, sejumlah eksekutif perusahaan yang akan terkena nasionalisasi itu tak merasa terancam. Mereka percaya Pierre Dreyfus, bekas direktur utama pabrik mobil negara Renault, yang ditunjuk sebagai Menteri Perindustrian dan Ketua Kelompok Nasionalisasi akan bertindak bijaksana. Hanya Kurt Lanz, Presiden Direktur Roussel-Uclaf, pabrik manufacturing, dengan cemas memperingatkan bahwa kepentingan Hoechst yang punya saham 5 3% di Roussel-Uclaf, akan rusak dengan tindakan nasionalisasi itu. "Sulit rasanya melanjutkan pengembangan kepentingan (Hoechst) di Prancis jika konsepnya berbeda (dengan kebijaksanaan perusahaan induk Hoechst di Jerman Barat)," katanya. Mudah dipahami jika sejumlah perusahaan transnasional, yang berpartner dengan perusahaan Prancis, menjadi was-was dengan tindakan nasionalisasi. Selain di Roussel-Uclaf, Hoechst (industri kimia) juga memiliki saham (lebih dari separuh) di Rhone-Phoulenc dan Pechiney-Ugine-Kuhlmann. Bila telah dinasionalisasi, Hoechst tentu tidak bisa memainkan pengaruhnya lagi. Sejauh itu pula pemerintah akan bersikap hati-hati. "Ketika dapur di sebelah sana terbakar, tak seorang pun berhak mengatakan bahwa seluruh bangunan rumah terbakar," kata Menteri Delors.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus