Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Surga Buat Penemu Bani Sadr

Bani Sadr, bekas presiden Iran menjadi buronan. pendukungnya tak diam, bom meledak dimana-mana. Ia bersedia diadili jika rezim para mullah mau menerima 2 syarat.

4 Juli 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEKAS Presiden Abolhassan Bani Sadr kini resmi sebagai buronan. Di sepanjang tembok pagar gedung Kementerian Kehakiman di Teheran, terpampang poster yang berisi pengumuman 'Dicari Bani Sadr'. Dan di salah satu bagian dari poster tembok itu tertulis juga hadiah yang dijanjikan bagi si penemu. "Hadiah akan diberikan kepada siapa yang memberitahukan Pengawal Revolusi, di mana orang itu berada. Hadiahnya: Tempat di Surga." Potret Bani Sadr yang dulunya terpampang bersebelahan dengan potret Ayatullah Rohullah Khomeini kini sudah disingkirkan. Begitu diumumkan ia dipecat sebagai presiden seluruh kantor pemerintah di Iran mencopot potretnya. Dan dalam berbagai demonstrasi yang mendukung keputusan Ayatullah Khomeini itu, Bani Sadr sungguh menjadi bahan ejekan. Ia diteriaki sebagai 'Syah yang kedua'. Orang-orang meneriaki namanya sebagai Bani-Sag yang berarti 'anak anjing'. Namun secara diam-diam pendukung Bani Sadr rupanya tidak tinggal diam. Sehari setelah Bani Sadr dipecat, sebuah bom meledak di Teheran. Akibatnya seorang tewas dan 6 orang lainnya luka-luka. Esoknya sebuah bom meledak lagi. Kali ini sasarannya tak tanggung-tanggung stasiun kereta api kota suci Qom. Korbannya, 4 orane tewas dan 58 luka-luka. Dan sebuah bom yang dipasang dalam sebuah tape recorder meledak ketika Hajatoleslam Ali Khamaeni sedang berpidato di Masjid Teheran. Ia adalah pembatu dekat Ayatullah Khomeini. 2 Persyaratan Adalah ledakan di Qom yang agak mengejutkan. Kota suci yang berpenduduk 250 ribu orang ini, padat dengan mullah. Tak kurang dari 60 ribu penduduknya adalah mullah. Di kota ini pula berdiam para Ayatullah Uzma, seperti Shariatmadari dan Montazeri. Sebelum kena serangan jantung, Ayatullah Khomeini juga berdiam di Qom. Aksi ledakan bom ini tentu saja menimbulkan pertanyaan. Apalagi ketika Revolusi Iran meletus sulutan api yang pertama juga terjadi di Qom. Koresponden harian Turki terkemuka Hurriyat, Bulent Eranac, yang berada di Teheran melaporkan bahwa ribuan lembar pesan tertulis Bani Sadr telah disebarluaskan di seluruh Iran. Ini sempat menggemparkan penduduk. Sementara itu ada pula pesan lewat pita rekaman yang tersebar di Teheran. Menurut seorang yang sudah mendengarkannya, suara di pita rekaman itu betul-betul suara Bani Sadr. Dalam pesannya itu Bani Sadr mengatakan bersedia diadili jika rezim para mullah mau menerima 2 persyaratan. Pertama, semua perbatasan mesti ditutup, semua sarana perjalanan ke luar negeri dibekukan. Pengawasan perbatasan harus diserahkan kepada angkatan bersenjata dan polisi, bukan di tangan Pengawal Revolusi. Yang kedua, Bani Sadr minta diberi kesempatan berbicara selama 3 jam melalui radio. "Saya dan sejumlah rekan memiliki arsip negara, dan itu akan saya ungkapkan," tulisnya. Pesan Bani Sadr ini memang terasa agak menentang. Ia meminta pada Ayatullah Khomeini agar menyetujui persyaratan yang diajukannya itu. Koran Times (London) telah mengungkapkan pesan Bani Sadr yang disampaikan melalui kaum pengasingan Iran di London. Dalam pesannya kepada rakyat Iran, Bani Sadr mengatakan: "Anda mesti terus menentang tirani. apakah itu berasal dari dalam negeri atau luar negeri." I'esan itu diterima di London melalui telepon Rabu pekan lalu, dari suatu tempat di Iran. Memang buat Bani Sadr pergulatannya melawan para mullah yang berkuasa bukan soal baru. Sebelum terpilih jadi presiden, Januari 1980, ia pernah didepak dari jabatan menteri luar negeri karena dituduh bersekongkol untuk membebaskan sandera. Waktu itu Bani Sadr ingin membawa masalah sengketa AS-lran ke PBB. Dewan Revolusi -- yang dikuasai para mullah -- mengetahui rencana Bani Sadr akan menghadiri sidang DK-PBB, rupanya tak setuju dengan cara itu. Suatu sidang mendadak diadakan di Qom untuk memecat Bani Sadr. Itu terjadi akhir November 1979, 3 minggu setelah mahasiswa militan menyandera staf kedutaan besar AS. Namun terdepaknya Bani Sadr dari jabatan menlu belum berarti ia terusir dari lingkungan kaum revolusioner. Ia bahkan berhasil memenangkan pemilihan presiden dengan mendapat suara terbesar atau 75% dari jumlah suara. Tapi begitu ia menjabat kedudukan presiden, rongrongan pertama datang dari para mullah. Sebagai tokoh moderat Bani Sadr sebenarnya tak berdaya dalam menghadapi kekuatan para mullah yang menguasai berbagai institusi. (Lihat Revolusi Iran dan Teori Revolusi hal. 62). Mullah yang tergabung dalam Partai Republik Islam (PRI) menguasai Majlis (parlemen Iran). Mereka juga menguasai lembaga yudikatif. Dengan menguasai lembaga-lembaga itu para mullah sempat menyusun kekuatan. Mereka mempunyai pasukan bersenjata, yang tergabung dalam Pasdaran (Pengawal Revolusi) dan Hisbullah (Pasukan Tuhan). Mereka juga menguasai komiteh, suatu organ revolusioner yang bergerak di tingkat rukun tetangga. Bila ada aksi-aksi yang digerakkan para mullah, hisbullah yang menjadi inti kekuatannya. Kelompok ini tak segan-segan menggunakan gada dan pisau bila harus berhadapan secara fisik dengan lawannya. Mullah sebagai kelompok ekstrim yang mempunyai saham besar dalam mencetuskan Revolusi Iran memang sudah lama berakar di kalangan massa rakyat. Merekalah yang mengobarkan semangat rakyat dalam berjuang melawan Syah Iran. Dengan dukungan kaum bazaari (pengusaha menengah) mereka berulang kali harus berhadapan dengan kekuasaan yang menindas rakyat. Sementara itu Bani Sadr lebih dikenal sebagai pejuang dalam pengasingan. Ia hampir dapat dikatakan tak punya akar kekuatan di kalangan rakyat. Kemenangannya dalam pemilihan presiden semata-mata karena tak ada calon kuat dari PRI. Sejak semula Ayatullah Khomeini melarang mullah untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Dan begitu menjadi presiden, Bani Sadr tetap tak mampu mengkonsolidasikan kekuatan pendukungnya. Apalagi satu demi satu koleganya yang berhaluan moderat tersingkir, seperti Sadeq Ghotbzadeh dan Ibrahim Yazdi, kedua-duanya bekas menlu. Suatu ujian bagi Bani Sadr terjadi ketika Majlis, mengajukan Mohammad Ali Rajai sehagai perdana menteri. Ia menolak Rajai karena dianggapnya tak memenuhi syarat. Tapi atas desakan Ayatullah Mohammad Pehesti, Ketua PRI, yang menyatakan bahwa yang berhak menentukan adalah Majlis, Bani Sadr tak bisa berkutik. Apalagi ada lampu hijau dari Ayatullah Khomeini. Sejak itu pertentangannya dengan kaum mullah semakin meningkat. Sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata, Bani Sadr juga tak mampu mengkonsolidasikan tentara untuk menjadi pendukungnya. Meskipun kelihatannya ia telah berusaha. Selama perang Iran-lrak, hampir sebagian besar waktunya dihabiskannya di front. Potretnya bersama tentara di front menghiasi hampir setiap kaca etalase toko. Ia rupanya menghindari konflik terbuka dengan para mullah. Salah satu cara yang dilakukannya ialah selama mungkin berada di front. Sementara itu tentara memilih sikap netral dalam menghadapi konflik Bani Sadr melawan mullah. Tapi perlawanan Bani Sadr yang kadang-kadang menempatkan dia sebagai tokoh oposisi dalam pemerintahannya sendiri, ternyata tak efektif. Apalagi sebagian besar itu dilakukannya hanya melalui tulisan di tajuk koran Revolusi Islam, yang dipimpinnya. Namun tersingkirnya Bani Sadr dari perjuangan revolusioner, belum berarti tugas para mullah selesai dalam membersihkan lawan-lawannya. Ledakan bom di berbagai tempat di Iran membuktikan perlawanan itu masih ada.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus