Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Represi yang Tak Kunjung Padam

Gerakan prodemokrasi Burma masih punya harapan, tapi rezim militer semakin represif.

29 Oktober 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

REPRESI politik junta militer Burma tak kunjung usai. Tak cukup hanya membatasi gerak aktivis Partai Liga Nasional Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi, junta militer bahkan bakal menggusur markas mereka. Juru bicara NLD, Rabu pekan lalu, menyebutkan bahwa NLD harus mengosongkan kantor mereka di Ibu Kota Yangoon terhitung mulai Kamis pekan silam.

Semua represi terhadap NLD dilakukan dengan dalih NLD bekerja sama dengan negara asing untuk mengacaukan Burma. Untuk itu, rezim meminta PBB melindungi rakyat Burma dari intervensi asing. "Selaku negara yang berdaulat, rakyat Burma tak sudi dicampuri urusan dalam negerinya, dan rakyat Myanmar juga tak mau mencampuri urusan dalam negeri negara lain," kata Letnan Jendral Khin Nyunt, salah seorang tokoh junta. Isu "urusan dalam negeri" inilah yang menjadi salah satu hambatan bagi aktivis NLD menggalang dukungan internasional untuk memulihkan demokrasi di negeri itu. Bahkan, Amerika Serikat, yang biasa paling keras mengecam rezim militer Myanmar, tak mampu berbuat banyak. Sebaliknya, represi luar biasa membuat rakyat Burma lebih suka bergerilya di negara lain.

Sebanyak 55 anggota parlemen terpilih pada 1990 masih berada dalam tahanan rezim. Dr. Sea Win adalah satu dari ribuan pelarian politik Burma. Selaku perdana menteri pemerintahan pengasingan hasil pemilu 1990 yang tidak diakui militer, Sea Win menghadiri konferensi Inter-Parliamentarian Union (IPU) di Jakarta dua pekan lalu. Di tengah kesibukannya melobi delegasi negara anggota IPU, Sea Win menyempatkan diri berkunjung ke Kantor Majalah TEMPO untuk diwawancarai oleh Purwani D. Prabandari, Rommy Fibri, dan Iwan Setiawan. Petikannya:


Apa kesulitan yang dihadapi gerakan prodemokrasi di Burma?

Burma memang terisolasi, sehingga banyak orang tak tahu yang terjadi di Burma, yang sebenarnya sangat buruk. Tapi, setelah 10 tahun, lebih banyak orang tahu tentang Burma. Setidaknya mereka tahu Aung San Suu Kyi. Kami memiliki dua strategi yang berbeda: untuk pemerintah dan masyarakat sipil. Kami berbicara dengan masyarakat sipil dan mendapat dukungan luas dari negara Asia seperti Thailand, Indonesia, dan Filipina.
Tapi, ketika kami berbicara tentang dukungan pemerintah, harus ada perubahan konsep yang menyatakan bahwa masalah Burma adalah urusan dalam negeri Burma. Sebenarnya kan tidak begitu. Jumlah pengungsi Burma di perbatasan Thailand 120 ribu orang dan masih terus mengalir setiap hari. Ada masalah perdagangan obat bius antarnegara dan masih ada sejuta pekerja migran dari Burma di Thailand. Ini kan indikasi bahwa apa pun yang terjadi di dalam Burma berdampak ke negara lain, sehingga Burma menjadi ancaman stabilitas kawasan.

Kenapa rezim militer Burma masih tetap kuat meski sudah mendapat tekanan internasional?

Bagaimana tidak. Pemerintahan militer didukung kekuatan ekonomi yang kotor. Mereka mengambil keuntungan besar dari penjualan narkotik dan mereka mendapat bantuan ekonomi dari Cina.

Kejahatan macam apa yang diperbuat rezim?

Setidaknya 3.000 orang tewas hanya dalam empat hari pada 1988, ketika militer membasmi aksi demonstrasi. Mereka memaksa orang miskin keluar dari Yangoon karena khawatir demonstrasi besar seperti pada 1988 terulang. Rakyat miskin itu ditempatkan di tanah lapang tanpa air dan sanitasi. Akibatnya, sekitar setengah juta orang terpaksa keluar dari Yangoon.
Rezim militer memperlakukan tahanan politik bak kriminal biasa. Mereka disiksa secara fisik dan psikis. Bayangkan, seorang kartunis prodemokrasi dipaksa membuat kartun sepanjang malam di dalam tahanan. Penjara Burma adalah salah satu yang terburuk di dunia. Tahanan tak boleh membaca dan menulis. Tentara biasa melakukan kejahatan dan penjarahan, tapi tak ada yang diadili. Mereka membunuh dan menembak tanpa alasan. Perempuan dipaksa bekerja di siang hari dan malamnya diperkosa.

Dunia tahu rakyat Burma berada dalam ketakutan. Itukah sebabnya mereka berjuang secara pasif?

Memang. Tapi rakyat Burma punya potensi besar untuk melawan. Mereka mungkin takut dan jelas mereka sangat takut dan tak mampu melawan militer. Tapi selalu saja ada kesempatan. Itu sebabnya militer menahan Aung San Suu Kyi. Militer takut rakyat mendukungnya. Kami yakin bisa mengalahkan militer.

Bagaimana kondisi militer yang sesungguhnya sekarang?

Deputi Menteri Perencanaan Ekonomi baru saja dipecat karena berkomentar kritis atas dominasi ekonomi militer. Dia mengatakan, para pemimpin junta tak tahu mengelola ekonomi. Itu indikasi frustrasi di kalangan junta. Tampaknya rezim kuat, tapi sebenarnya tidak. Tahun lalu, investasi asing turun drastis 97 persen. Mereka mencoba mendapat uang dari pariwisata, tapi gagal. Di dalam rezim militer ada pertentangan. Ada kelompok intelijen dan kelompok lain. Bukan situasi yang stabil bagi junta.

Toh, mereka bertahan?

Sektor yang membantu bertahan adalah ekonomi narkotik.

Bagaimana perjuangan yang Anda lakukan di dalam negeri dan di level internasional?

Pada level internasional, kami meminta negara dan masyarakat sipil sedunia menekan junta dengan segala macam sanksi.

Sanksi macam apa yang Anda inginkan?

Sanksi yang kami cari adalah sanksi yang selektif, bisa sanksi diplomatik atau sanksi ekonomi. Ekonomi Burma dikontrol, dimonopoli, dan diarahkan militer. Kekayaan berpusat di sekelompok kecil masyarakat, bos narkotik, jenderal, serta kroni dan keluarga penguasa puncak. Orang miskin tak pernah mendapat banyak dari sistem ekonomi resmi. Kalaupun diberikan sanksi, itu tak akan berpengaruh pada rakyat kecil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus