Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rodrigo Duterte meminta Cina menarik kembali 1.000 dosis vaksin Sinopharm yang disumbangkan Cina ke Filipina pada Rabu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Presiden Duterte meminta maaf telah mengkampanyekan penggunaan vaksin Sinopharm yang belum disetujui BPOM Filipina dan WHO. Duterte sebelumnya telah menerima dosis pertama vaksin Sinophram yang disiarkan media untuk mendorong kampanye vaksinasi Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Duterte mengatakan dia telah memberi tahu duta besar Cina untuk berhenti mengirim Sinopharm.
"Beri kami Sinovac, yang digunakan oleh semua orang," katanya, mengacu pada vaksin Cina lainnya yang diberikan untuk penggunaan darurat di Filipina pada Februari, dikutip dari CNN, 7 Mei 2021.
Meski demikian, Duterte masih akan mendapatkan suntikan kedua vaksin Sinopharm karena satu dosis akan disimpan untuknya, kata juru bicara kepresidenan Harry Roque mengatakan pada Kamis, Inquirer melaporkan.
Tetapi bahkan jika Duterte memutuskan untuk tidak mengambil suntikan kedua Sinopharm, akan aman baginya untuk mendapatkan dosis keduanya dari vaksin Sinovac Biotech bernama CoronaVac, menurut anggota panel ahli vaksin pemerintah Filipina.
Menteri Kesehatan Francisco Duque III memberikan vaksin kepada Presiden pada Senin, 3 Mei.
Duterte kemudian meminta maaf karena menerima suntikan Sinopharm setelah dia dikritik di media sosial karena diinokulasi dengan vaksin Covid-19 yang belum mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) dari Food and Drug Administration (FDA) Filipina.
"Yah, kami minta maaf karena kami melakukan hal-hal yang kalian kritik terhadap kami," kata Duterte dalam pidatonya yang disiarkan televisi secara nasional pada Rabu malam. "Kami menerima tanggung jawab. Saya sendiri sudah divaksinasi. Nah, itu keputusan dokter saya. Bagaimanapun, ini adalah hidup saya."
Namun Duterte mengatakan penyuntikannya sah karena Presidential Security Group (PSG) pada Februari mendapat izin khusus dari FDA untuk menggunakannya.
"Ketika pemerintah mengizinkannya untuk digunakan dengan izin khusus, itu sendiri merupakan kewenangan bagi orang untuk disuntik. Tapi hanya sedikit yang diberikan vaksin ini," katanya.
"Jadi saya memberi tahu duta besar (Cina) bahwa mereka mengkritik ini karena Sinopharm tidak menjalani pemeriksaan. Saya berkata, 'Anda tarik saja 1.000 Sinopharm. Jangan kirim Sinopharm ke sini agar tidak ada masalah'. Saya bilang berikan saja Sinovac yang digunakan pada semua orang," ujar Duterte.
Kedutaan besar Cina di Manila belum berkomentar terkait pernyataan Duterte.
Vaksin Sinopharm dan Sinovac adalah vaksin yang tidak aktif, yang kemanjurannya lebih rendah daripada vaksin mRNA yang diproduksi oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna, menurut CNN.
Tidak seperti pembuat vaksin dari Barat, kedua perusahaan Cina tersebut belum merilis data lengkap dari uji klinis tahap terakhir mereka yang dilakukan di seluruh dunia, menuai kritik dari para ilmuwan dan pakar kesehatan.
Ketika Sinopharm mengajukan permohonan untuk penggunaan darurat dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan Filipina (FDA) pada awal Maret, direktur badan tersebut mengatakan bahwa, seperti kasus Sinovac, akan memakan waktu lebih lama untuk memutuskan aplikasi Sinopharm karena belum disetujui oleh sebuah otoritas regulasi yang ketat seperti WHO.
WHO mengatakan pada jumpa pers hari Senin akan menyelesaikan keputusan tentang persetujuan penggunaan darurat untuk kedua vaksin Sinopharm dan Sinovac yang diajukan pada akhir minggu ini, CNN melaporkan.
Sekretaris Carlito Galvez Jr., kepala pelaksana Satuan Tugas Nasional Melawan COVID-19 dan pejabat yang bertanggung jawab atas program vaksinasi nasional, pada hari Selasa mengatakan 1.000 dosis vaksin Sinopharm tiba bulan lalu bersama dengan 500.000 vaksin CoronaVac yang dibeli oleh pemerintah Filipina.