Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan Rusia merebut pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN Zaporizhzhia di Ukraina pada Jumat, 4 Maret 2022. Sebelum direbut, sebuah bangunan di kompleks itu dibakar dalam pertempuran sengit dalam perang Rusia Ukraina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kekhawatiran akan potensi bencana nuklir di pabrik Zaporizhzhia telah menyebar ke seluruh ibu kota di dunia. Pihak berwenang sebelumnya mengatakan api di sebuah gedung yang diidentifikasi sebagai pusat pelatihan telah dipadamkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Energi Amerika Serikat Jennifer Granholm mengatakan tidak ada indikasi peningkatan tingkat radiasi di pembangkit listrik tersebut. PLTN Zaporizhzhia menyediakan lebih dari seperlima dari total pembangkit listrik Ukraina.
Seorang pejabat di perusahaan negara yang menjalankan empat pembangkit nuklir Ukraina mengatakan pertempuran telah berhenti. Api telah padam dan Zaporizhzhia beroperasi secara normal.
Sebelumnya, sebuah video dari pabrik yang diverifikasi oleh Reuters menunjukkan satu bangunan terbakar. Pembangkit tersebut diberondong peluru sebelum bola api besar menerangi langit dan menimbulkan ledakan di samping tempat parkir. Ledakan hebat itu membuat seluruh kompleks diliputi asap.
"Orang-orang Eropa, tolong bangun. Beritahu politisi Anda pasukan Rusia menembaki pembangkit listrik tenaga nuklir di Ukraina," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam sebuah pidato yang diunggah di video.
Zelenskiy mengatakan tank Rusia telah menembaki pembangkit listrik tenaga nuklir. Namun saat video itu diunggah, belum jelas apakah PLTN itu terkena tembakan.
Walikota kota terdekat Energodar yang berjarak 550 kilometer di tenggara Kiev mengatakan pertempuran sengit dan penembakan terjadi terus menerus. Penembakan menyebabkan jatuhnya korban. Namun dia tak merinci jumlahnya.
Perang Rusia Ukraina menyebabkan ribuan orang telah tewas atau terluka. Lebih dari 1 juta penduduk Ukraina telah mengungsi sejak 24 Februari 2022, ketika Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Laporan awal kebakaran dan pertempuran di pembangkit listrik nuklir itu membuat harga saham jatuh dan harga minyak melonjak. "Pasar khawatir tentang dampak nuklir. Risikonya adalah ada salah perhitungan atau reaksi berlebihan dan perang berkepanjangan," kata Vasu Menon, direktur eksekutif strategi investasi di OCBC Bank.
Rusia telah merebut pembangkit nuklir Chernobyl yang sudah tidak berfungsi di utara Kiev. Chernobyl memuntahkan limbah radioaktif ke sebagian besar Eropa ketika meleleh pada 1986. Pembangkit Zaporizhzhia adalah jenis yang berbeda dan lebih aman, menurut para analis.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara dengan Zelensky tentang situasi di pembangkit listrik Zaporizhzhia.
"Presiden Biden bergabung dengan Presiden Zelensky yang mendesak Rusia menghentikan kegiatan militernya di daerah itu," kata Gedung Putih.
Johnson mengatakan pasukan Rusia harus segera menghentikan serangan mereka dan setuju dengan Zelenskiy bahwa gencatan senjata sangat penting. "Perdana menteri mengatakan tindakan sembrono Presiden Putin sekarang dapat secara langsung mengancam keselamatan seluruh Eropa," kata Johnson.
Baca: AS: Reaktor Nuklir di PLTN Ukraina yang Terbakar Dimatikan
REUTERS