DARAH kembali tertumpah di Pakistan. Kali ini bukan karena bentrokan antara pihak oposisi dan pemerintah, tapi akibat pertempuran antara kelompok suku Pathan dan Muhajirin di Provinsi Sind. Hingga Senin lalu, 34 orang dikabarkan tewas, ratusan luka-luka dan paling tidak 800 ditahan empat hari terakhir. Percikan api pertama timbul setelah suatu kecelakaan lalu lintas di Karachi 21 Oktober silam. Waktu itu dua buah bis yang sarat penumpang dihantam kereta api sewaktu mencoba menerobos lintasan kereta api yang ditutup. Akibatnya, 36 orang tewas dan puluhan lagi terluka. Penduduk sekitar tempat kejadian, yang umumnya kaum Muhajirin -- karena merupakan pendatang beragama Islam dari India, yang pindah sewaktu pemisahan India-Pakistan pada 1947 segera mengamuk. Mereka menganggap kecelakaan itu akibat kelalaian bis, yang umumnya dikemudikan dan dimiliki warga suku Pathan yang berasal dari Pakistan Utara. Kendaraan dan tempat tinggal warga Pathan diserang dan terjadi balasan. Pertikaian mereda sebentar meski jam malam sempat diberlakukan di kawasan Karachi yang rawan. Namun, kerusuhan pecah lagi Jumat pekan lalu tatkala kelompok Muhajirin menyelenggarakan unjukrasa di Hyderabad, 175 km sebelah timur Karachi, untuk memprotes diskriminasi pemerintah terhadap mereka. Pertempuran dengan senjata api dan senjata tajam meletus setelah warga Pathan menembaki sekelompok Muhajirin yang meneriakkan slogan anti-Pathan. Meski jam malam diberlakukan disertai perintah tembak di tempat buat pelanggar, kerusuhan makin meluas. Senin lalu, misalnya, tiga jip penuh orang Pathan menyerbu tempat tinggal warga Muhajirin di suatu pinggiran Karachi, menembaki penduduk dengan senapan mesin, lalu membakar belasan rumah. Lima orang tewas dan 30 orang terluka. Kini, praktis separuh Karachi yang berpenduduk 7 juta terkena jam malam Tentara selama empat hari terakhir telah menembak mati empat pelanggar jam malam. Mereka juga terpaksa menembakkan gas air mata. Kegiatan ekonomi lumpuh dan sekolah-sekolah ditutup. Pertikaian antara warga Pathan dan kelompok Muhajirin sudah berlangsung 20 tahun terakhir ini. Jumlah kedua kelompok ini masing-masing sekitar sepertiga dari penduduk Karachi. Dalam kerusuhan tahun lalu, sekitar 60 warga Pathan tewas. Kerusuhan rasial ini jelas menambah panjang daftar masalah yang memusingkan PM Junejo. Ia telah mengirimkan sebuah delegasi parlemen untuk mengunjungi Karachi dalam usaha menghentikan kerusuhan. Kerusuhan tidak cuma terjadi di Karachi dan Hyderabad. Akhir pekan lalu, jam malam juga berlaku di Quetta, dekat perbatasan Afghanistan, setelah terjadi pertempuran antara penemudi bis suku Pathan dan saingannya dari suku Baluchi. Sedikitnya sepuluh orang tewas dalam perkelahian itu. Sementara itu, di Peshawar, sejumlah bom meledak selama dua pekan terakhir, yang mendorong pemerintah daerah setempat membatasi daerah gerak pengungsi Afghan -- yang ditaksir berjumlah sekitar dua juta orang. Sedang di Lahore, Sabtu lalu, sekelompok mahasiswa menyerbu dan merusakkan gedung DPRD setempat, lalu menyerbu dan membakar sebuah universitas setelah dua mahasiswa tewas tertembak 28 Oktober silam. Yang melegakan Junejo mungkin redanya aksi-aksi kelompok oposisi yang kini terpecah-belah. Cukup banyak anggota PPP pimpinan Benazir Bhutto yang menyeberang ke NPP yang lebih moderat. Gerakan Kembali ke Demokrasi (MRD) bulan lalu juga terpukul akibat keluarnya partai Tehrik-e-Istiqlal pimpinan Asghar Khan. Pihak oposisi, terutama PPP yang dipimpin Benazir, tampaknya sedang melakukan konsolidasi setelah gagal memaksakan pemilu tahun ini juga. Masalah lain buat Junejo: hubungannya dengan India. (Lihat Selalu ....). Belum tampak kemungkinan hubungan kedua negara akan membaik dalam waktu dekat ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini