SEBUAH tim dokter asing, Minggu dua pekan lalu, tiba-tiba diterbangkan ke Teheran. Mereka harus menyelamatkan jiwa Ayatullah Ruhollah Khomeini yang roboh tak berdaya menghadapi maut alias koma. Dari bandar udara internasional Mehrabad, tim yang terdiri dari seorang dokter Inggris dan satu Austria itu langsung dilarikan ke sebuah rumah sakit kecil di pinggiran Kota Teheran. Tepat di sebelah markas besar Khomeini. Di sana Khomeini terbaring. Tubuhnya tampak renta. Maklum, sejak dua tahun silam dia digerogoti penyakit jantung, dan sejak awal tahun lalu harus rajin mencuci darah. Sedangkan tahun ini, menurut seorang ahli bedah saraf Inggris, tokoh berusia 87 tahun itu menderita gangguan saraf. Dan kesehatannya menggawat, bersamaan keluarnya surat wasiat Khomeini yang baru, Kamis 10 Desember lalu. Maka, tak pelak lagi, Majelis Ahli Agama buru-buru membentuk sebuah dewan yang dicadangkan sebagai pengganti Khomeini. Untuk sementara, anggota dewan itu hanya terdiri dari dua orang: Ayatullah Ali Meshkini, khotib masjid Kota Suci Qom dan Ketua Parlemen Hashemi Rafsanjani. Anggota lainnya adalah Ahmad Khomeini, anak Ayatullah Khomeini, yang akan diangkat setelah ayahnya meninggal. Sedangkan Ayatullah Montazeri, yang dua tahun lalu diangkat sebagai calon pengganti Khomeini, tak jelas nasibnya. Sementara itu, suasana kritis mulai meledak di Teheran sejak Sabtu dua pekan lalu. Para anggota delegasi Iran dalam sidang OPEC di Wina hari itu kehilangan kontak dengan Teheran. Semua teleks ke kantor Perdana Menteri tak dijawab. Akhirnya, pemimpin delegasi Menteri Perminyakan Gholamreza Aghazadeh terpaksa pulang untuk konsultasi. Tapi semua berita di atas bisa jadi hanya isapan jempol koran The Times terbitan London Selasa pekan lalu. Di hari itu juga, Ayatullah Khomeini ternyata menerima audiensi keluarga korban perang. Dia duduk di balkon rumahnya sampai upacara selesai. Lalu melambaikan tangan sebelum masuk kembali ke rumahnya tanpa dipapah. Dia tampak sehat seperti kakaknya Ayatollah Pasandideh, yang dalam usia 97 tahun masih segar bugar. Padahal, sang kakak doyan rokok, Khomeini jelas tidak. Prg.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini