Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dua longsoran salju di wilayah timur Turki pada Rabu, 5 Februari 2020 menewaskan 38 orang. Sebagian besar korban tewas dalam kondisi terkubur oleh longsoran kedua saat berupaya menyelamatkan para korban pertama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Otoritas Bencana dan Darurat Turki (AFAD) menyatakan 33 orang tewas ketika longsoran salju kedua runtuh dan mengubur saat tim penyelamat mengevakuasi dua korban lainnya akibat longsoran salju pertama. Dalam longsoran salju pertama, total lima orang tewas setelah delapan orang lainnya berhasil diselamatkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sebanyak 75 orang mengalami luka-luka dan kami akan mengirim sekitar 700 personel penyelamat tanggap darurat ke daerah itu," ungkap Menteri Kesehatan Turki, Fahrettin Koca.
Dua longsoran salju di Turki timur telah menewaskan 38 orang pada Rabu, 5 Februari 2020. Sumber: reuters.com
Tayangan televisi dari distrik Bahcesaray di provinsi timur Van, Turki, memperlihatkan puluhan orang menggunakan sekop dan tongkat di tengah salju dan angin kencang berusaha menggali kendaraan yang terkubur dalam longsoran salju pada Selasa malam.
Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu mengatakan kondisi di daerah itu telah menyulitkan kendaraan penyelamat dalam beroperasi. Sebuah kendaraan berhasil ditarik keluar dari salju setinggi 4-5 meter.
Operasi penyelamatan terpaksa ditunda karena pihak berwenang takut adanya longsor susulan ketiga di daerah tersebut. Upaya penyelamatan akan kembali dilanjutkan setelah inspeksi pada Kamis pagi, 6 Februari 2020.
Osman Ucar, kepala kantor Van AFAD, ikut terluka dan dirawat di rumah sakit setelah terperangkap longsoran salju. Dia mengatakan kepada Ihlas News Agency sekitar 200 orang bekerja dalam operasi penyelamatan tetapi banyak yang segera keluar dari daerah itu sesaat ketika longsor kedua terjadi pada Rabu.
"Saya setengah terkubur di salju dan keluar dengan caraku sendiri." katanya.
REUTERS | SAFIRA ANDINI