Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sebuah Wawancara Dengan Menachem Begin

Wawancara korespondensi Tempo dengan. Menachem Begin, setelah kematian presiden Anwar Sadat,a.l: mengenai proses perdamaian dengan Mesir. (ln)

31 Oktober 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEBERAPA hari setelah kematian Presiden Sadat, perhatian tercurab ke Mesir. Sementara itu koresponden TEMPO mengajukan pertanyaan kepada Perdana Menteri Israel Menacbem Begin, dan mendapatkan jawaban sebagai berikut: Apakah umumnya penduduk Israel masih optimistis terhadap proses perdamaian dengan Mesir? Kami memang punya orang-orang pesimistis, tapi sebagian besar orang Israel juga percaya pada proses perdamaian. Dan ada alasan untuk percaya. Saya berbicara dengan Presiden Mubarak yang baru dipilih: seorang muda, sangat enerjetik, yang menurut Nyonya Sadat kepada saya, sudah disiapkan Sadat untuk menggantikannya suatu hari. Pembicaraan kami hangat, dan kami saling mengulurkan tangan, semacam tanda spontan dari kami brdua, dan kami berjabatan, seraya berkata, "Damai". Itu bukan kata-kata kosong, karena kedua bangsa memang menghendaki demikian. Bagai,nana komentar anda tentang pernyataan Presiden Mubarak belum lama ini, tentang erusalem yang milik Arab? Itu masalah yang kita akan berbeda. Di Camp David kami pun tak dapat bersetuju tentang itu. Ada saran dari AS, yang kami setujui tapi delegasi Mesir tolak. Maka pihak AS merasa, bila kami terus mempersoalkan masalah Jerusalem, kami tak akan mencapai persetujuan apa pun. Karena itu dalam persetujuan Camp David tak ada paragraf mana pun yang menyangkut Jerusalem. Dalam surat saya kepada Presiden Carter--sebuah surat pendek--saya sebutkan bahwa Jerusalem adalah kota yang satu, ibukota Israel, tak bisa dipisah-pisah. Itu pandangan kami. Presiden Sadat pernah bicara kepada saya tentang Jerusalem, dan mengajukan saran, bahwa seharusnya ada dua walikota, seorang Walikota Arab dan seorang Walikota Yahudi. Bagian Jerusalem yang timur, yang dulu berada di bawah penduduk Jordania selama 19 tahun, menurut Sadat harus berada di bawah "kedaulatan Arab ". Tapi apa itu "kedaulatan Arab" tak seorang pun tahu, dan Sadat tak menjelaskannya kepada saya. Sebab tak ada negara yang disebut "Arab". Yang ada Mesir, Suriah, Arab Saudi, Maroko dan lain sebagainya. Penduduk negeri-negeri itu memang orang Arab, tapi mereka punya latarbelakang berbeda, dan mereka merupakan negeri yang berbeda-beda, dan dengan kedaulatan berbeda-beda. Maka bila orang mengatakan "kedaulatan Arab", orang tak mengatakan sesuatu yang jelas. Saya juga mengatakan kepada Sadat, "Anwar, bagaimana satu kota bisa di bawah dua kedaulatan?" Itu berarti pemisahan kota itu. Inilah pandangan kami: kebebasan untuk semua agama, untuk dapat memasuki tempat-tempat suci. Itu dijamin oleh undang-undang dasar. Tapi untuk membagi Jerusalem kembali, kami tak dapat menyetujuinya. Dan itulah yang akan saya katakan kepada Mubarak bila saya ketemu dia. Dia menyebut "dikembalikannya Jerusalem milik Arab". Apa itu maksudnya saya tidak tahu. Dalam hal itu kami memang punya perbedaan pendapat dengan Sadat, dan akan punya perbedaan dengan Mubarak. Delegasi Mesir akan datang ke mari 25 Oktober ini, dan saya menyarankan: marilah kita sisihkan soal-soal yang kita berbeda pendapat. Marilah kita mulai mencoba bersetuju di dalam hal-hal yang kita ketahui bahwa persetujuan bisa mungkin. Saya kira itu akan merupakan suatu terobosan (breakthrough). Lalu kita akan lanjutkan. Kita toh semua hidup di sini, di bumi ini. Anda pernah mengatakan akan memindahkan kantor anda ke Jerusalem Timur. Apa yang menyebabkan anda menunda kepmdahan itu? Yah, perlu keputusan dari kabinet. Keputusan itu belum diambil. Secara formal saya berhak mengambil keputusan itu, tapi ini negeri demokratis, maka saya berkonsultasi dengan teman-teman saya. Saya tak mengambil keputusan pribadi. Ada pernyataan dari Menteri Luar Negeri Inggris Lord Carrmgton, tentang anda dan tentang Yasser Arafat dari PLO . . .. Lord Carrington bukan seorang kawan. Apa alasan anda sebenarnya tak menyetujui AS untuk menjual pesawat radar AWACS kepada Arab Saudi Terus terang, saya bosan menjelaskan hal itu. Tapi baiklah saya jawab juga. Ini tidak hanya menyangkut AWACS, tapi penjualan senjata yang terdiri dari dua bagian. Yang pertama penjualan 62 pesawat F-15. Amerika ingin menjual kepada Arab Saudi kontainer minyak, rudal Sidewinder, pesawat khusus untuk mengisi kembali bahan bakar, dan senjata-senjata lain. Ini berbahaya. Sebab dengan kontainer minyak, F-15 bisa mencapai, dari Arab Saudi, seperti terlihat di peta, negeri kami yang kecil . . . dan kembali tanpa mengisi bahan bakar kembali. Dan bila harus mengisi bahan bakar, pesawat untuk itu juga ditawarkan AS. Jadi merupakan ancaman langsung bagi keamanan kami. Dan mengenai AWACS, bila pesawat itu terbang dari mana saja--kecuali sangat dekat pada Teluk Persia--mereka akan dapat melihat seluruh negeri kami. Maka kami jadi telanjang. Dan ada teman saya yang mengatakan, bahwa hanya di Afrika tentara yang telanjang dapat bertempur. Tapi mungkin Arab Saudi membutuhkan AWACS setelah apa yang anda perbuat terhadap Irak. Irak sedang membuat bom atom. Dan mereka akan menggunakannya terhadap kota-kota kami, terhadap anak-anak kami. Kami (karena pengeboman reaktor atom Irak itu memang) dikutuk PBB tapi saya lebih suka anak-anak kami hidup dan dikutuk PBB daripada sebaliknya. Kami melakukannya dengan cepat, karena menurut para ahli kami, Juli ini reaktor itu diperkirakan akan operasional. Dan kalau sudah demikian, kami tak bisa melakukan apa-apa. Sebab jika kami mengebomnya, radioaktivitas akan menyebar dan meracuni ribuan anakanak di Baghdad. Dan anak-anak saghdad itu bukan musuh kami. Musuh kami Sadham Hussein. Dan tentang penjualan AWACS ke Arab Saudi, saya katakan kepada Presiden Reagan: "Tuan Reagan, anda boleh kirim lima AWACS ke Arab Saudi, tapi di bawah komando Amerika, kami tak menentangnya. Namun jika anda jual AWACS kepada Arab Saudi, mereka akan menggunakannya dan memberi bahan kepada Jordania, dan Jordania bekerja dengan Irak, musuh kami yang kepala batu." Kini tergantung kepada Senat AS, bagaimana keputusannya. Tapi jika perjanjian penjualan itu gagal, saya kira tak akan ada bahaya bagi Arab Saudi. Apa komentar anda tentang saran dari Saudi untuk perdamaian baru-baru ini? Itu rencana likuidasi Israel. Itu akan merupakan damainya kuburan. Anda tahu, di kuburan ada kedamaian penuh. Itu bukan perdamaian sama sekali. Mereka menyerukan kembalinya ke garis sebelum Juni 1967. Mereka juga tak menyebut Israel sama sekali. Apa visi anda tentang otonomi Palestina? Ya, kami menjanjikan otonomi. Inilah persetujuan yang memang ingin kami capai dengan Mesir dan Amerika. Otonomi penuh. Penduduk Arab harus memilih dewan administrasi mereka sendiri dan mereka akan bisa menjalankan urusan mereka sendiri, seperti perpajakan, agama, pendidikan dan lain-lain. Bila ini sudah didirikan, kami akan menarik mundur pemerintahan militer kami. Kami. juga akan menarik mundur sebagian pasukan kami. Sisa pasukan yang ada akan ditaruh di tempat-tempat keamanan, dan kami siap untuk memperinci tempat-tempat itu. Itulah persetujuan pokok, dan merupakan terobosan benar-benar. Menteri Luar Negeri Israel Shamir pernah mengatakan bahwa negeri Palestina sebenarnya sudah ada, yaitu Jordania. Bagaimana pendapat anda? Teman-teman saya mutlak bebas mengatakan demikian, sebab mayoritas rakyat Jordania berasal dari apa yang disebut Palestina. Saya lebih suka untuk bicara tentang suatu hari--ini suatu visi--bila perdamaian datang, kita akan hidup dalam semacam konfederasi bebas dengan Jordania. Kami akan memberi Jordania sebuah pelabuhan bebas, misalnya Haifa di utara atau yang lain di Laut Tengah. Dari sana mereka akan mengirimkan hasil pertanian mereka ke Eropa, dan kami berharap akan terus mengirimkan produk kami ke Timur melalui Jordan ia seperti yang kami lakukan sekarang. Ini suatu visi, yang bukan untuk besok pagi. Tapi kita harus punya visi, untuk mengubah realitas--tapi semua itu tergantung pada perdamaian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus