Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Masjidil Haram merupakan masjid yang pertama kali dibangun di muka bumi. Usia masjid ini lebih tua 40 tahun dari Masjid Al-Aqsa di Yerusalem.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masjid ini menjadi salah satu tempat suci terpenting dalam agama Islam karena di dalamnya terdapat Ka’bah yang merupakan kiblat umat Islam sedunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terletak di pusat Kota Makkah, Arab Saudi, Masjidil Haram adalah tujuan utama bagi umat Islam yang melakukan ibadah haji dan umrah. Setiap tahun, jutaan jamaah datang untuk beribadah di sini, menjadikannya salah satu bangunan modern tertua yang berasal dari abad ke-16.
Masjidil Haram memiliki sejarah panjang sebagai masjid tertua di dunia. Dengan luas tanah sekitar 356.800 meter persegi, Masjidil Haram dapat menampung hingga 820.000 jamaah dan bahkan dapat bertambah menjadi dua juta jamaah saat salat Idul Fitri.
Sejarah Singkat Masjidil Haram
Mengutip Britannica, Masjidil Haram memiliki halaman tengah berbentuk persegi panjang yang dikelilingi oleh area sholat tertutup. Di halamannya berdiri Kabah yang terbuat dari batu abu-abu dan marmer. Para peziarah menggunakan halaman tersebut untuk melakukan awf, yaitu kegiatan mengelilingi Ka'bah.
Selain Ka’bah, Masjidil Haram juga memiliki dua situs suci lain yakni makam Nabi Ibrahim AS. Kemudian di halaman masjid juga terdapat sumur Zamzam, yang merupakan mata air suci. Tepat di sebelah timur dan utara pelataran terdapat dua bukit kecil, yakni bukit Shafa dan Marwah
Sejarah Masjidil Haram memiliki hubungan yang erat dengan pembangunan Ka'bah. Pada awalnya, Ka'bah merupakan bangunan suci yang dibangun oleh Nabi Ibrahim AS dan putranya, Ismail AS, sebagai tempat untuk salat dan itikaf bagi mereka dan keturunannya di Kota Makkah.
Pada zaman Jahiliyah, Ka'bah pernah menghadapi ancaman penghancuran oleh Abrahah dari Yaman. Namun, upaya penghancuran itu berhasil digagalkan oleh serangan burung-burung ababil dan serangan batu berapi yang datang dari neraka.
Setelah Ka'bah diserang, bangunan tersebut mengalami kerusakan parah akibat banjir yang melanda Kota Makkah. Selanjutnya, penduduk Makkah di bawah kepemimpinan suku Quraisy, memutuskan untuk membangun kembali Ka'bah dengan menggunakan dana yang halal, karena mereka menganggapnya sebagai bangunan yang suci.
Kini, wilayah Masjidil Haram terus mengalami perluasan dan renovasi sejak zaman pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab hingga saat ini di bawah pemerintahan Kerajaan Arab Saudi.
Pembangunan Masjidil Haram Era Khalifah Hingga Raja Arab Saudi
Dilansir dari laman Kementerian Agama, Berdasarkan Ensiklopedia Haji dan Umrah, Abdul Halim, Raja Grafindo Persada 2002, pada awalnya, masjid yang memiliki 152 kubah ini memiliki desain yang sangat sederhana.
Bangunannya terdiri dari Ka'bah di tengahnya, di sampingnya terdapat sumur Zamzam dan makam Ibrahim. Ketiga struktur ini berada di ruang terbuka.
Selama periode awal perkembangan Islam hingga masa kekuasaan Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq (543 M), bentuk Masjidil Haram tetap sederhana tanpa adanya dinding sama sekali.
Kemudian, pada tahun 644 M, Khalifah Umar bin Khattab (khalifah kedua) mulai membangun dinding sekitar Masjidil Haram. Namun, dindingnya masih rendah dan tidak setinggi manusia.
Tak hanya itu, Khalifah Umar juga membeli tanah di sekitar Masjidil Haram untuk memperluas bangunan masjid agar dapat menampung jumlah jamaah yang terus bertambah. Bangunan Masjidil Haram terus mengalami perluasan dan peningkatan keindahan seiring dengan bertambahnya umat Islam yang berkunjung ke Baitullah dari waktu ke waktu.
Pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan, perluasan bangunan masjid tersebut juga dilakukan. Selanjutnya, Abdullah Ibn al-Zubair (692 M) memasang atap di atas dinding yang telah dibangun.
Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi (714 M), yang pernah berkuasa di Makkah, juga melakukan peningkatan pada bangunan Masjidil Haram.
Begitu juga pada masa pemerintahan Khalifah al-Mahdi (Khalifah Bani Abbasiyah yang berkuasa pada tahun 885 M), deretan tiang mengelilingi Ka'bah yang ditutup dengan atap serta pembangunan beberapa menara dilakukan.
Renovasi besar-besaran pada masjid ini terjadi pada tahun 1571, saat Sultan Selim II dari Kesultanan Turki Utsmani memerintahkan arsitek istana Sinan untuk melakukan perbaikan pada bangunan tersebut. Sinan menggantikan atap datar dengan kubah kecil. Penambahan Ottoman adalah bagian tertua yang masih ada dari bangunan masjid modern.
Pembangunan Masjidil Haram kemudian diteruskan oleh putranya, Sultan Murad III, dengan beberapa kali perbaikan dan perluasan. Pada masa ini, atap-atap kecil berbentuk kerucut juga dibuat. Bentuk dasar bangunan Masjidil Haram hasil renovasi Dinasti Utsmani inilah yang dapat kita saksikan sekarang.
Pada Abad ke-20 dan 21, Masjidil Haram mengalami modernisasi dan perluasan beberapa kali demi menampung jumlah jamaah. Perluasan pertama masjid di Saudi dimulai pada tahun 1955 di bawah pemerintahan Raja Sa'ud.
Proyek perluasan yang selesai pada tahun 1973 menambah konstruksi baru di sekitar masjid Ottoman, meningkatkan total luas bangunan dari sekitar 290.000 kaki persegi (27.000 meter persegi) menjadi sekitar 1.630.000 kaki persegi (152.000 meter persegi).
Masjid ini kemudian diperluas lagi dalam proyek yang dimulai oleh Raja Fahd pada tahun 1984. Setelah perluasan itu selesai, luas masjid menjadi sekitar 3.840.000 kaki persegi (356.800 meter persegi) dan dapat menampung hingga 820.000 jamaah.
Pada tahun 2011, Raja Abdullah memerintahkan proyek perluasan besar lainnya, yang kemudian dilanjutkan oleh Raja Salman setelah kematian Abdullah pada tahun 2015. Proyek perluasan tersebut direncanakan untuk menggandakan ukuran masjid, sehingga mampu menampung sekitar 2 juta jamaah.
Selama pemerintahan kerajaan Saudi Arabia yang bertindak sebagai Khadim al-Haramain (pelayan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi), beberapa tahun lalu juga dilakukan perbaikan, penyempurnaan, dan perluasan Masjidil Haram.
Tempat Sa`i yang sebelumnya berada di luar masjid, kini dimasukkan ke dalam dan dilengkapi dengan jalur-jalur sa`i yang dilengkapi atap yang teduh.
Sebagai hasilnya, sekitar 1.000 bangunan di sekitar Masjidil Haram dibongkar untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi jamaah haji yang datang dari seluruh dunia. Pembangunan, penyempurnaan, dan perluasan Masjidil Haram merupakan bagian penting dari sejarahnya yang terus berkembang dari masa ke masa.
RIZKI DEWI AYU