Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Sekelompok hakim federal konservatif di Amerika Serikat mengatakan bahwa mereka tidak akan mempekerjakan mahasiswa atau sarjana hukum dari Universitas Columbia sebagai tanggapan atas protes pro-Palestina di kampus, berdasarkan surat tertanggal Senin, 6 Mei 2024.
Tiga belas orang hakim tersebut, semuanya ditunjuk oleh mantan Presiden AS Donald Trump, menyebut Columbia sebagai “inkubator kefanatikan” dalam surat yang ditujukan kepada Presiden Columbia Minouche Shafik dan Dekan Hukum Gillian Lester.
Mereka mengatakan universitas Ivy League itu telah menjadi “pusat ledakan gangguan mahasiswa, antisemitisme, dan kebencian terhadap beragam sudut pandang” di kampus-kampus di seluruh negeri.
Para mahasiswa yang berunjuk rasa di Columbia menyerukan gencatan senjata di Gaza dan menuntut universitas mereka melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan dengan Israel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Protes tersebut menarik perhatian nasional dan menginspirasi demonstrasi serupa di puluhan universitas di seluruh negeri.
“Sebagai hakim yang mempekerjakan panitera hukum setiap tahun untuk bertugas di peradilan federal, kami telah kehilangan kepercayaan terhadap Columbia sebagai institusi pendidikan tinggi,” demikian isi surat itu.
Para hakim menuliskan daftar langkah-langkah yang perlu diambil Columbia jika ingin memperbaiki kembali reputasinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka menyarankan agar Columbia mengambil tindakan seperti menskors atau memberhentikan mahasiswa yang ikut serta dalam “mengganggu” kampus, atau mengungkap identitas mahasiswa yang terlibat dalam tindakan semacam itu.
Mereka juga mengatakan Columbia menerapkan standar ganda dalam hal kebebasan berpendapat, dan bahwa respons kampus akan berbeda jika dihadapkan dengan protes dari kelompok agama konservatif.
Baik profesor maupun administrator universitas berada di garis depan dalam mengatasi gangguan di kampus, mendorong penyebaran antisemitisme dan kefanatikan, tuding para hakim.
“Perubahan signifikan dan dramatis dalam komposisi fakultas dan administrasi diperlukan untuk memulihkan kepercayaan terhadap Columbia,” ujar mereka.
Belum ada komentar langsung dari Fakultas Hukum Columbia maupun Universitas Columbia, yang pada Senin membatalkan upacara wisudanya karena protes yang sedang berlangsung.
Hakim federal di AS mempekerjakan lulusan hukum setiap tahunnya untuk menjadi juru tulis, yang dapat mengantarkan para lulusan untuk mendapat pekerjaan hukum yang bergengsi dan bergaji tinggi.
Boikot ini berlaku bagi mahasiswa yang masuk Columbia pada musim gugur 2024, tulis para hakim.
“Mempertimbangkan kejadian baru-baru ini, dan tidak adanya perubahan luar biasa, kami tidak akan mempekerjakan siapa pun yang bergabung dengan komunitas Universitas Columbia baik sebagai mahasiswa S1 atau mahasiswa pascasarjana — dimulai dengan angkatan 2024,” kata mereka.
Trump, yang menunjuk ketiga belas hakim yang menandatangani surat tersebut, sebelumnya memuji Departemen Kepolisian New York karena telah menggerebek gedung Universitas Columbia yang dipenuhi mahasiswa pengunjuk rasa pro-Palestina.
Ia menyebut para demonstran “orang-orang gila yang mengamuk dan simpatisan Hamas”.
Dua dari penandatangan utama, Hakim Wilayah AS James Ho dari Sirkuit ke-5 dan Elizabeth Branch dari Sirkuit ke-11, sebelumnya telah mengumumkan boikot terhadap panitera dari Yale dan Stanford, dengan alasan mengganggu pembicara konservatif di kampus.
Pilihan Editor: Acara Wisuda di Columbia University Dibatalkan Karena Protes Pro-Palestina
REUTERS