Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala mata-mata Selandia Baru Brendan Horsley pada Kamis 12 September 2024 mengkonfirmasi bahwa dia sedang “mempertimbangkan” permintaan untuk menyelidiki kemungkinan peran negara tersebut dalam serangan Israel di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 41.000 warga Palestina sejak Oktober lalu. Hal ini diungkapkan Radio New Zealand.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Konfirmasi dari Brendan Horsley, yang merupakan inspektur jenderal intelijen dan keamanan (IGIS), muncul setelah sekelompok akademisi dan pengacara Selandia Baru menulis dokumen setebal 38 halaman. Mereka juga menulis surat permintaan yang memperingatkan bahwa negara tersebut mungkin “membantu kejahatan internasional.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ini akan menjadi penyelidikan pertama jika Horsley menerima permintaan mereka.
“Kami yakin ada kemungkinan yang masuk akal bahwa tindakan pembagian intelijen yang dilakukan oleh Biro Keamanan Komunikasi Pemerintah (GCSB) dan Badan Intelijen Keamanan (NZSIS) sehubungan dengan apa yang terjadi di Gaza, melanggar hukum dan standar kesopanan Selandia Baru,” tulis Treasa Dunworth, pengacara Vinod Bal dan Max Harris kepada IGIS.
Dunworth adalah profesor madya di Universitas Auckland. Penyelidikan “tidak hanya diinginkan, tapi perlu,” kata surat itu.
Seruan untuk menyelidiki kemungkinan peran Selandia Baru dalam perang Israel di wilayah kantong Palestina yang terkepung muncul di tengah kecaman global terhadap pasokan senjata dan intelijen, terutama oleh Amerika Serikat ke Tel Aviv.
Selandia Baru adalah bagian dari aliansi pengumpulan intelijen Five Eyes dengan AS. Australia, Kanada, Inggris adalah tiga anggota lainnya.
“Jika badan intelijen dan keamanan Selandia Baru telah menghasilkan informasi intelijen yang relevan dengan konflik tersebut, maka masuk akal untuk menyatakan bahwa intelijen tersebut telah sampai ke badan-badan Israel melalui Amerika Serikat,” surat itu menunjukkan.
Selandia Baru juga menyaksikan demonstrasi pro-Palestina yang menyerukan gencatan senjata, ketika serangan Israel di Gaza akan mencapai satu tahun pada bulan depan.
“Bahkan jika informasi intelijen tidak dikumpulkan dan dibagikan kepada Israel, penyelidikan dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap GCSB dan NZSIS,” kata para pengacara tersebut.
Desakan agar penyelidikan dibuka juga diungkapkan petinggi partai Selandia Baru.
“Setiap potensi hubungan dengan rezim genosida Israel harus diselidiki. Aotearoa tidak boleh memiliki kaitan apapun dengan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan di Gaza,” kata juru bicara Partai Hijau untuk Urusan Luar Negeri, Teanau Tuiono.
“Sebagai sebuah bangsa, kita memiliki sejarah yang membanggakan dan abadi dalam membela perdamaian dan memperjuangkan keadilan di tengah ketidakadilan.”
“Setiap kemungkinan kami mendukung operasi militer ilegal Israel harus diselidiki. Kaitannya dengan kekejaman yang dilakukan Israel merupakan pengkhianatan terhadap nilai-nilai dan standar moral yang menjadi landasan negara ini.
“Kami mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa negara kami tidak membantu melakukan kejahatan internasional.
“Hari demi hari, jumlah korban tewas terus meningkat. Kita perlu melakukan semua yang kita bisa untuk membantu membangun jalan menuju perdamaian sambil memastikan bahwa kita sama sekali tidak berkontribusi terhadap konflik yang menghancurkan ini,” kata Teanau Tuiono.
ANADOLU | RNZ.CO.NZ