Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ANGGOTA Kongres Amerika Serikat muslim, Ilhan Omar, menghadapi ancaman kematian lebih besar setelah Presiden Donald Trump berulang kali mencuitkan rekaman video peristiwa 11 September 2001 dan menuduh Omar meremehkan serangan teror. “Sejak cuitan Presiden pada Jumat malam, ancaman langsung pada hidup saya meningkat,” kata Omar, Ahad, 14 April lalu, seperti dilansir Guardian.
Trump marah kepada Omar lantaran potongan pidatonya bulan lalu di Council on American-Islamic Relations (CAIR). Saat itu Omar membahas masalah islamofobia. “CAIR didirikan setelah 11 September karena mereka mengakui bahwa beberapa orang melakukan sesuatu dan kita semua mulai kehilangan akses terhadap kebebasan sipil kita,” kata Omar.
Menanggapi pidato itu, Trump membuat cuitan yang menyematkan video komentar Omar dengan video serangan 11 September, termasuk pesawat yang menabrak gedung World Trade Center. Tabloid New York Post juga memasang kutipan Omar di atas foto World Trade Center yang terbakar.
Asosiasi Pedagang Amerika Yaman, yang menjalankan sekitar 5.000 dari ribuan toko di sudut kota, menyatakan halaman depan New York Post itu “memicu kebencian” serta “bertujuan menyakiti Omar, keluarganya, dan orang Islam lain”. Anggota Kongres asal New York, Alexandria Ocasio-Cortez, menyebut sikap Trump itu sebagai “hasutan untuk melakukan kekerasan”.
Februari lalu, Omar juga menjadi sasaran serangan Trump setelah membuat pernyataan bahwa dukungan Amerika untuk Israel dipicu sumbangan dari kelompok lobi. Trump dan sejumlah politikus Amerika menudingnya anti-Yahudi.
Jerman
Penjaga Kamp Nazi Didakwa
JAKSA penuntut di Hamburg, Jerman, mendakwa mantan penjaga kamp konsentrasi Stutthof di dekat Gdansk, Polandia, yang kini berusia 92 tahun. Menurut Channel News Asia, Kamis, 18 April lalu, ini mungkin akan menjadi kasus terakhir terhadap kejahatan perang era Nazi.
Jaksa mendakwa pria itu, yang diidentifikasi hanya sebagai Bruno D., membantu dan bersekongkol dalam 5.230 kasus pembunuhan selama hampir sembilan bulan ia bertugas sebagai pengawas menara kamp pada akhir Perang Dunia II.
Menurut surat kabar Die Welt, Bruno berusia 17 tahun ketika mulai bertugas di kamp Stutthof dan bergabung dengan Schutzstaffel, sayap paramiliter partai Nazi pimpinan Adolf Hitler. Tapi dia mengaku bukan simpatisan Nazi.
Inggris
Facebook Larang Kelompok Sayap Kanan/REUTERS/Jim Bourg
Facebook Larang Kelompok Sayap Kanan
MENEPIS kekhawatiran akan pemberdayaan para ekstremis, Facebook secara permanen melarang sejumlah individu dan organisasi sayap kanan, termasuk British National Party, English Defence League, dan Britain First. Larangan yang keluar pada Kamis, 18 April lalu, ini juga berlaku bagi akun yang menulis pesan dan konten lain yang “mengekspresikan pujian atau dukungan” terhadap mereka.
“Individu dan organisasi yang menyebarkan kebencian atau menyerang atau menyerukan pengucilan terhadap orang lain atas dasar siapa mereka tidak memiliki tempat di Facebook,” tulis perusahaan yang berkantor pusat di California, Amerika Serikat, ini, seperti dilansir Guardian, Kamis, 18 April lalu. Facebook masih melanjutkan kajian sehingga jumlah individu atau lembaga yang akan dilarang mungkin bertambah.
Tindakan Facebook ini diambil seminggu setelah pemerintah Inggris mengumumkan rencana menjadikan negaranya tempat teraman di dunia untuk aktivitas online. Pemerintah akan meminta perusahaan seperti Facebook menghapus konten ilegal, misalnya promosi teror atau gambar pelecehan anak, dan konten legal tapi berbahaya, termasuk disinformasi dan cyberbullying.
Anggota Parlemen yang juga Ketua Komite Urusan Dalam Negeri Inggris, Yvette Cooper, menyebut hal ini sebagai langkah yang lama tertunda. “Ini langkah awal yang perlu, tapi juga harus ada peraturan independen serta sanksi finansial bagi perusahaan yang terlalu lambat menangani konten ilegal, kekerasan, dan ekstremis dalam jangka waktu yang ketat,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo