Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Senjata as ke rrc dan taiwan ?

Kunjungan alexander haig ke cina di sambut dingin. karena as menjual senjata ke taiwan. sikap reagan menggembirakan tapi juga menjengkelkan cina. dan cina mulai memainkan "kartu soviet". (ln)

27 Juni 1981 | 00.00 WIB

Senjata as ke rrc dan taiwan ?
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
KUNJUNGAN negarawan asing ke Beijing biasanya mendapat pemberitaan halaman depan di media massa RRC. Kebiasaan itu ternyata tak berlaku khusus untuk Menlu Alexander Haig. Harian Rakyat, koran resmi Partai Komunis Cina, misalnya, memberitakan kunjungan Haig di halaman empat. Sedang Harian Buruh dan Harian Guangming -jurnal kaum intelektual -- hanya memuat beberapa alinea di halaman tiga. Sambutan dingin terhadap Menlu AS itu memang sudah diduga. Beberapa hari sebelum Haig tiba di Beijing media massa sudah memperingatkan bahwa Cina tak menyukai penjualan senjata Amerika ke Taiwan. Beijing merisaukan soal penjualan senjata ini sejak Ronald Reagan menempati Gedung Putih. Di masa kampanye pemilihan presiden, Reagan berjanji akan tetap membantu Taiwan sebagai sekutu lama. Menurut pejabat Cina, penjualan senjata ke Taiwan itu suatu pelanggaran terhadap kedaulatan RRC. Dan sekaligus memperkuat pemerintah Taiwan untuk melawan usaha RRC menyatukan kembali secara damai pulau itu dengan daratan Cina. Namun selama pembicaraan Haig dengan Menlu Huang Hua soal Taiwan rupanya tidak disinggung. Menurut seorang pejabat AS, fokus pembicaraan kedua menlu itu tertuju pada masalah ekspansi Soviet. Ini sejalan dengan politik Washington kini yang ingin mendorong Cina lebih bersikap anti-Soviet, suatu tekanan AS secara tak langsung terhadap Uni Soviet dalam rangka strategi dunianya. Tapi pada jamuan makan perpisahan dengan Haig, Menlu Huang Hua merasa perlu mempertegas sikap Beijing terhadap perjanjian 1979 mengenai normalisasy hubungan Cina-Amerika. Perjanjian itu, katanya, perlu dipelihara dengan cermat. "Kita juga harus membuktikan dengan tindakan kita bahwa ia tahan uji. Di sini terbayang Cina dan Amerika masih berselisih. Walaupun Taiwan tak disebut Menlu Huang Hua dalam jamuan itu, adalah masalah Taiwan yang kini terutama mengganggu hubungan bilateral Cina-Amerika. Haig berkunjung ke Beijing selama 3 hari pekan lalu justru untuk memperbaiki hubungan Washington-Beijing yang agak terganggu sejak kampanye Reagan. Sebagai usaha melunakkan hati mereka yang dikunjunginya, pada hari terakhir Haig mengumumkan bahwa AS akan mensuplai senjata kepada Cina. Berita ini memang menyenangkan di Beijing. Karena selama ini di AS berlaku peraturan yang melarang penjualan senjata kepada negara musuh. Dan Cina tergolong negara musuh sejak berlakunya peraturan itu tahun '60-an, terutama ditujukan untuk blok komunis. Presiden Reagan konon mencabut larangan itu untuk Cina beberapa saat sebelum Haig meninggalkan Washington. Namun prosedur penjualan masih tetap rumit. Meskipun pembatasan itu sudah dicabut, setiap permohonan pembelian senjata harus mendapat persetujuan Kongres AS. Dan pemerintah AS perlu berkonsultasi dengan negara sekutunya di Eropa Barat. Menurut Haig, dalam waktu dekat ini suatu misi pembelian senjata yang dipimpin Liu Huaqing, Wakil Kepala Staf Umum Tentara Cina, akan berkunjung ke Washington. Maka aliansi Cina dengan AS dalam menghadapi Uni Soviet akan lebih nyata. Soal senjata itu ternyata belum membuat tuan rumah lebih ramah kepada tamunya. Persoalan ialah Cina sendiri belum tentu mampu membeli kontan. Dengan keadaan ekonominya yang tak begitu menggembirakan, kemampuan Cina membeli peralatan militer mutakhir akan terbatas sekali. Sedang AS belum diketahui menjanjikan bantuan militer, ataupun kredit pembelian senjata, untuk Cina. Secara tak diduga sebelum Haig meninggalkan Beijing, Presiden Reagan di Washington diberitakan mengungkapkan lagi perasaan persahabatan AS terhadap sekutu lama, Taiwan. Pernyataan serupa ini tentu saja membuat Cina jengkel. Dan Menlu AS itu akhirnya meninggalkan Beijing pekan lalu hanya diantar pejabat menengah. Menlu Huang Hua rupanya tak bersedia hadir di lapangan udara Beijing untuk keberangkatan Haig. Kejengkelannya tak hanya sampai di situ. Cina mulai menggunakan 'kartu Soviet'. Harian Rakyat dalam suatu artikel yang cukup panjang menghimbau Uni Soviet agar membuka kembali perundingan untuk menyelesaikan sengketa perbatasan. Ini pertama kali dalam 2 tahun terakhir himbauan serupa itu datang dari Cina. Kalangan diplomat Barat di Beijing berpendapat artikel Harian Rakyat itu sebenarnya ditujukan kepada Washington -- suatu pesan bahwa Cina pun bisa memainkan 'kartu Soviet', dan sekaligus bersifat penekanan terhadap AS agar tidak menjual senjata ke Taiwan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus