Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Serangan berdarah serdadu bayaran

Presiden maladewa, maumun abdul gayum, selamat dari kudeta. serangan serdadu bayaran dipatahkan tentara bantuan dari india. 22 orang tewas. eks presiden ibrahim nasir dituduh otaknya.

12 November 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMBAKAN meriam yang dilepaskan angkatan laut India, Godarvadi, di sisi kiri dan kanan sebuah kapal barang yang disandera pelaku-pelaku kudeta di Maladewa segera menimbulkan kepanikan di antara penumpang. Lalu, para pelaku kudeta mengibarkan bendera putih tanda menyerah. Lalu, drama kudeta tiga hari di Maladewa, sebuah negara pulau di Samudera Hindia, yang bermula Kamis subuh lalu berakhir. Semua pelaku kudeta beserta 27 sandera langsung diangkut dengan helikopter ke pangkalan militer India di Trivandum. Di sana sudah menunggu interogator militer dari Maladewa dan India untuk memeriksa mereka yang terlibat kudeta yang gagal itu. Sementara itu, para sandera, termasuk Menteri Perhubungan Ahmed Mujithaba dan seorang anggota parlemen, langsung dipulangkan ke Maladewa. Upaya penggulingan Kepala Negara Maladewa, Maumun Abdul Gayum, bermula dengan penyusupan sekitar 150 serdadu bayaran suku Tamil, Sri Lanka, ke Ibu Kota Male. Segera serdadu-serdadu tak diundang itu menyerbu istana kepresidenan dan stasiun radio pemerintah. Tapi, Gayum sempat mengontak Perdana Menteri Rajiv Gandhi untuk minta bantuan. Sekitar sejam kemudian, ratusan pasukan payung India, yang berpangkalan di Cochin, sudah beraksi menghalau penyerbu. Tapi, serdadu-serdadu bayaran itu sempat naik ke kapal yang sudah dipersiapkan dekat pelabuhan Male. Siapa dalang kudeta yang minta korban 22 penduduk sipil itu belum terungkap. Tapi bekas Presiden Ibrahim Nasir, yang kini bermukim di Singapura, santer dituduh sebagai biang kerusuhan. Ia dituduh masih berambisi menjadi penguasa di republik mini itu. Nasir, yang memerintah Maladewa selama 21 tahun, mengundurkan diri pada 1978, dan digantikan oleh Gayum. Dugaan lain jatuh kepada Uni Soviet? Soalnya, Soviet pernah menyatakan keinginan menyewa Pulau Gan sebesar US$ 1 juta per tahun untuk kepentingan pangkalan militer di Samudera Hindia. Tawaran itu ditolak Gayum. Alasannya: Maladewa ingin menjadikan Pulau Gan sebagai pusat industri, dan tak ingin merusakkan citra mereka sebagai anggota negara-negara nonblok. Bisa jadi, tiga percobaan kudeta sejak tahun lalu diatur Moskow meski salah satu di antaranya dilakukan serdadu bayaran dari Inggris.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus