Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pertempuran darat di Lebanon terbukti tidak mudah bagi Israel. Ketika serangan udara Israel yang didukung bom-bom dari AS berhasil meluluhlantakkan Beirut selatan, pertempuran darat ternyata tak sesuai ekspektasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasukan Israel mengibarkan bendera di kota dekat Garis Biru itu pada Selasa, 8 Oktober 2024. Menteri Energi Israel Eli Cohen mengatakan bahwa tentara "menduduki" Maroun al-Ras dan "menghancurkan rumah-rumah yang digunakan Hizbullah untuk meluncurkan rudal-rudal anti-tank ke arah warga Israel".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sayangnya cerita ini tidak didukung fakta lapangan. Seorang perwira dari pasukan penjaga perdamaian UNIFIL, seperti dikutip Al Jazeera, dikabarkan mengatakan bahwa tentara Israel telah menarik diri dari kota tersebut setelah mengibarkan bendera.
Dipukul Mundur Hizbullah
Hizbullah mengatakan bahwa mereka menargetkan tentara Israel dengan tembakan roket di selatan Maroun al-Ras di Lebanon selatan. Serangan-serangan di daerah Labbouneh tersebut memaksa pasukan Israel untuk mundur, kata kelompok tersebut, dilaporkan Al Jazeera.
Sebelumnya, Hizbullah mengatakan para pejuangnya telah bentrok dengan pasukan Israel di kota Blida, Lebanon. Kelompok itu mengatakan militer Israel - yang telah meluncurkan divisi keempat pasukan ke Lebanon selatan - belum mampu maju sejak mereka meluncurkan operasi darat seminggu yang lalu.
Militer Israel mengatakan bahwa tiga tentaranya terluka parah dalam pertempuran di Lebanon selatan selama dua hari terakhir.
Jumlah Tentara yang Terluka Lebih Banyak dari yang Dilaporkan
Dilansir Al Mayadeen, komando militer Israel menyatakan bahwa 48 tentara Israel telah terluka dalam pertempuran di Lebanon Selatan dan Jalur Gaza dalam 24 jam terakhir. Secara rinci, dikatakan bahwa 30 tentara terluka di perbatasan Lebanon-Palestina, sementara 18 lainnya terluka di Jalur Gaza.
Sensor militer Israel telah mengumpulkan informasi mengenai pertempuran yang sedang berlangsung di dekat perbatasan dengan Lebanon, karena beberapa "insiden" tidak dilaporkan oleh komando militer dalam beberapa hari terakhir.
Dalam beberapa hari terakhir, rezim Israel telah diserang oleh beberapa faksi dalam Poros Perlawanan, dalam operasi tingkat tinggi yang menghantam inti mesin perang Israel.
Tentara Israel Tidak Mendapat Cukup Perlindungan
Di antara serangan-serangan tersebut adalah serangan rudal jelajah dan pesawat tak berawak yang dilakukan oleh Perlawanan Islam di Irak. Secara khusus, serangan pesawat tak berawak terhadap posisi pejuang Brigade Golani di Golan Suriah yang diduduki Israel, menewaskan dan melukai sedikitnya 26 tentara.
Situs berita Israel, Walla, melaporkan keadaan pasukan pendudukan Israel yang bertugas di Golan, khususnya mereka yang berada di bawah Brigade Regional ke-210, yang mengeluhkan kurangnya perlindungan dari serangan semacam itu.
Pasukan telah "sangat kritis terhadap perilaku militer Israel dan tidak memadainya langkah-langkah keamanan yang disediakan untuk melindungi mereka dari ancaman pesawat tak berawak Irak," demikian dilaporkan situs berita tersebut.
Tentara Israel Kelelahan
Walla mengutip tentara yang ditempatkan di Golan Suriah yang diduduki, dengan mengatakan, "Hampir setiap malam selama seminggu terakhir, kami menerima peringatan dari angkatan udara atau instruksi untuk tetap waspada."
Para prajurit menunjukkan bahwa mereka "dikirim ke tempat penampungan selama berjam-jam atau diperintahkan untuk tetap waspada," hingga kemampuan pertahanan yang "rendah" terhadap sistem semacam itu.
"Tidak mungkin untuk tidur di malam hari, dan kami bangun di pagi hari dalam keadaan lelah, namun tetap bekerja," kata para tentara kepada media Israel.
"Beberapa tentara takut untuk mandi di malam hari kalau-kalau alarm berbunyi saat mereka mandi," kata seorang tentara, seraya menambahkan bahwa "membuat tentara di daerah itu dalam keadaan siaga tinggi setiap malam tanpa ada tanggapan apa pun tidak dapat diterima."
Di sisi lain, pasukan yang terlibat dalam agresi darat di Lebanon dihadapkan pada serangan terus menerus dari para pejuang Hizbullah yang terus menambah jumlah korban militer Israel.