Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setahun perang Gaza, pemerintah Indonesia akan mengirimkan sejumlah bantuan ke negara-negara yang mengalami krisis kemanusiaan akibat bencana maupun agresi. Bantuan akan disalurkan ke Palestina, Yaman, dan Sudan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Indonesia akan selalu berupaya untuk terus serta memberikan bantuan untuk meringankan beban penderitaan saudara-saudara kita di negara-negara tadi," ujar Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy di Jakarta, Selasa, 8 Oktober 2024 dikutip dari Antara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Konflik peperangan yang melibatkan warga Palestina dengan Israel telah mengubah Jalur Gaza menjadi lautan reruntuhan dan kuburan bagi puluhan ribu orang, mayoritas warga sipil dan anak-anak. Konflik peperangan yang terjadi antara Israel dan Palestina telah terjadi selama 12 bulan lamanya, sejak 7 Oktober 2023 lalu.
Di Gaza, ebih dari 41.800 orang telah meninggal dunia, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Sekitar 96.800 orang lainnya terluka akibat agresi tersebut. Di Lebanon hampir 2.000 orang tewas dan 9.000 orang lainnya terluka. Meski dunia telah mendesak, Israel untuk menghentikan serangannya, Israel tetap bergeming.
Sementara itu, di Yaman, kata Muhadjir, menurut data PBB, banjir bandang yang disebabkan oleh hujan musiman tersebut telah menewaskan puluhan orang dan mempengaruhi lebih dari 250.000 pengungsi sejak Juli lalu. Di samping itu, konflik telah berlangsung selama satu decade antara Pemerintah Yaman dengan kelompok Houthi telah merusak infrastrukuts dan fasilitas kesehatan negara tersebut dengan begitu parah dan menyebabkan situasi kemanusiaan yang sangat buruk.
Sedangkan di Sudan, warga terus menghadapi kesulitan yang parah untuk mendapatkan layanan kesehatan. Sudan telah terjebak dalam konflik antara tentara dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) sejak April 2023. Menurut data PBB, sedikitnya ada 12.260 orang tewas dan lebih dari 33.000 warga terluka akibat konflik tersebut.
Lalu, masyarakat Sudan banyak yang kesulitan mendapatkan layanan kesehatan akibat kurangnya keamanan, banyaknya serangan, kekurangan obat-obatan, perlengkapan medis, dan tenaga kesehatan, serta dana untuk menutupi biaya operasional fasilitas kesehatan.
Juru Bicara Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, Margaret Harris dalam Konferensi Pers PBB mengatakan ada 70-80 persen rumah sakit di wilayah konflik tidak berfungsi, banyak orang meninggal karena tidak dapat mengakses layanan kesehatan dan obat-obatan dasar yang penting.
"Selain itu, menurut laporan Kementerian Kesehatan Negara Bagian Khartoum pada Juli 2024, hanya 25 persen rumah sakit dan 16 persen pusat layanan kesehatan primer yang berfungsi di negara bagian tersebut," kata Harris yang dikutip dari Antara.
Lebih lanjut, kata Menko PMK, bantuan akan disalurkan Yaman yang mengalami bencana banjir, Sudan, dan Palestina masing-masing senilai 1 juta dolar AS. "Tadi dalam rapat telah diputuskan memberikan bantuan kemanusiaan yang berasal dari Dana Siap Pakai (DSP) yang dikelola BNPB,” kata Muhadjir Effendy.
"Kemudian bantuan masyarakat Indonesia yang dikoordinasikan oleh Baznas untuk Sudan senilai 78,5 ribu dolar AS akan turut dikirimkan bersama-sama dengan bantuan dari pemerintah," ujarnya.
Lebih lanjut, Effendy mengatakan bahwa pengiriman bantuan kemanusiaan akan dilaksanakan pada 14 Oktober 2024. Dia juga berharap pengiriman bantuan dapat meringankan beban para korban bencana dan krisis kemanusiaan di empat negara tersebut. "Selain itu juga dapat meneguhkan peran Indonesia dalam perdamaian dan aksi kemanusiaan internasional," katanya.
HAURA HAMIDAH I KARUNIA PUTRI I ANTARA