Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namanya memang tak sengetop Slobodan Milosevic, Radovan Karadzic, dan Jenderal Ratko Mladic. Tapi Goran Hadzic, 52 tahun, merupakan kunci masuknya Republik Serbia ke dalam keanggotaan Uni Eropa. Hadzic merupakan empat tersangka kejahatan perang atas kemanusiaan, yang diincar sejak runtuhnya Yugoslavia pada 1990-an.
Hadzic merupakan komandan pasukan separatis Serbia saat perang Kroasia timur pada 1991-1995. Dia didakwa bersalah membantai warga etnis non-Serbia. Hari ini dia dijadwalkan akan disidang di Mahkamah Kejahatan Internasional di Den Haag, Belanda. Ia dikirim ke penjara berpengamanan ketat di Den Haag itu pada Jumat pekan lalu.
Selama 16 tahun, Hadzic berpindah-pindah tempat. "Sempat ke Rusia," kata Radoslav Marenkovic, salah seorang anggota tim kuasa hukumnya. Sebelum dibawa ke Belanda, Hadzic sempat diizinkan menjenguk ibunya di Novi Sad dan berziarah ke makam ayahnya di sekitar sana. Dia ditangkap pada Rabu pekan lalu di Fruska Gora, utara Beograd, Serbia.
Hadzic ditangkap dua bulan setelah panglima militer Serbia-Bosnia Jenderal Ratko Mladic ditangkap di Serbia dan dikirim ke Den Haag. Hadzic dianggap sebagai penghalang terakhir bagi Serbia untuk menjadi calon anggota Uni Eropa dan penetapan tanggal perundingan penerimaan anggota.
Karena itu, ketika Hadzic ditangkap, para pemimpin Uni Eropa menyambut baik. Mereka menyatakan tindakan ini bisa membantu usaha Serbia menjadi anggota Uni Eropa. "Langkah penting lebih lanjut bagi Serbia untuk menerapkan pandangan Eropa," demikian pernyataan Uni Eropa. "Sebuah momen penting bagi keadilan internasional."
Presiden Serbia Boris Tadic saat itu memastikan penangkapan Hadzic lewat sebuah konferensi pers. Hadzic ditangkap di Fruska Gora gara-gara menjual lukisan karya Modigliani dari Italia. Namun Marenkovic menyangkalnya. "Klien saya tak pernah menjual lukisan Modigliani atau lainnya," ujarnya.
Meski tak sepopuler Mladic dan Karadzic, Hadzic tak kalah kejam. Vijoleta Antonic melihat dengan mata kepalanya sendiri. "Mayat-mayat itu dimutilasi," ujar bekas serdadu Kroasia yang kini jadi aktivis itu. "Laki-laki dan perempuan diperkosa." Menurut dia, lebih dari 200 tahanan warga Kroasia jadi korban keganasan pasukan pimpinan Hadzic.
Katanya lagi, selama tiga bulan wilayah Kroasia dikepung dan dibombardir dari tepi Sungai Duna di Vukovar. "Semua porak-poranda," tuturnya. "Kematian tak ada apa-apanya dibanding penyiksaan, pemerkosaan, dan penghinaan. Syukurlah dia kini sudah berada di balik jeruji." AP | REUTERS | NYTIMES | ANDREE PRIYANTO
GORAN HADZIC AP | GRAPHICNEWS | DRE
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo