Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Siapa evren bertangan besi ?

Jenderal evren, yang dikenal sebagai diktator militer bertangan besi, berhasil memenangkan referendum, yang otomatis menjadikannya sebagai presiden untuk masa 7 tahun mendatang.(ln)

18 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LAWAN politiknya di dalam negeri nenyebutnya dikutor militer bertangan besi Di Eropa Barat, sejumlah tokoh politik menyamakannya dengan pemimpin rezim militer yang menindas demokrasi. Di Turki sendiri, 92% dari 21 juta rakyat yang berhak memilih memberi juara kabul, bukannya kartu biru bertuliskan red (tidak) dalam suatu referendum terhadap konstitusi baru negeri itupun Keputusan mereka otomatis menjadikan Jenderal Kenan Evren presiden untuk masa 7 tahun mendatang. Dia semula merebut kekuasaan tanpa pertumpahan darah, September 1980. Waktu itu partai-partai politik yang berkuasa telah dua kali mengabaikan peringatannya supaya membereskan perekonomian negara dan mengakhiri pertikaian yang sampai merenggut 5.000 jiwa. Jenderal Kenan Evren, 65 tahun, telah membubarkan semua partai politik, melarang segala macam kritik terhadap kebijaksanaannya, dan menutup sejumlah surat kabar. Terakhir, awal Desember ini, harian Gurlaydin terkena pemberangusan. Evren menjebloskan sekitar 30.000 orang yang dicurigai terlibat terorisme, baik dari kelompok Dev Sol, organisasi eksrim beraliran Marxisme-Leninisme, maupun dari yang ekstrim kanan. Bersama juntanya (Dewan Keamanan Nasional yang terdiri dari ketiga panglima angkatan perang dan kepala kepolisian), Evren menyusun konstitusi baru sepanjang 139 pasal. Konstitusi ini, yang diterima rakyat dalam referendum 7 November, meleukkan dasar-dasar baru bagi langkah kembali ke arah demokrasi parlementer. Masa jabaun presiden dibatasi satu kaii. Sedikitnya 40 orang dari 160 anggota parlemen diangkat langsung oleh Dewan Keamanan Nasional. Sisanya dipilih oleh Dewan di anura calon yang diajukan para gubernur dari 67 provinsi negeri itu. (Tapi pemerintah merencanakan pemilihan umum tahun depan, jauh lebih cepat daripada yang banyak diperkirakan orang). Konstitusi itu juga meletakkan berbagai pembatasan atas kehidupan politik dan kebebasan. Termasuk larangan baru terhadap semua pemimpin partai politik yang dibubarkan September 1980 untuk ikut memilih atau melakukan kegiaun politik selama 10 tahun. Terkena langsung oleh peraturan ini antara lain Suleyman Demirel dan Bulent Ecevit, keduanya bekas perdana menteri yang juga pernah meringkuk dalam tahanan ketika Evren merebut kekuasaan. Evren dan Dewannya sungguh bertangan besi. Toh diperolehnya kemenangan sebesar 92% dalam referendum itu. Di luar negeri, citra para pemimpin di Ankara pernah dipertanyakan. Dewan Eropa menuduh Turki melanggar hak asasi. Malahan Jenderal Evren disejajarkan dengan pemimpin Polandia, Jenderal Jaruzelski. Denmark dan Negeri Belanda, dengan dukungan kaum sosialis Eropa Barat, berhasil mendesak OECD (Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan) menunda kreditnya sebesar US$ 800 juga untuk Turki. Mereka juga berhasil menghalangi kredit Masyarakat Ekonomi Eropa sebesar US$ 600 juta sampai Turki kembali ke pemerintahan demokrasi. Tapi itu dulu, sebelum referendum. Hasil referndum itu suatu bukti bahwa kepercayaan tradisional rakyat Turki kepada tenura mereka sebagai "bayangkari negara" tidak luntur sejak Kemal Ataturk mengambil alih kekuasaan di uhun 1923. Kudeta September 1980 adalah keempat kalinya tentara mengambil alih kekuasaan--dan Jenderal Evren mengharapkan itu yang terakhir. Yang lainnya pada 1960 dan 1971. Garis Ataturk tampaknya dipertahankan di sana. Terbukti tentara dalam dua tahun berkuasa bisa memenuhi janjinya. Penduduk kota besar seperti Ankara, Istanbul dan sebagainya, sekarang sudah berani keluar malam. Dulu, sebelum Evren merebut kekuasaan, jalan di kota-kota besar menjadi tempat pertikaian partai politik yang bersaing, sampai 20 orang mati sehari akibat perbuatan teror. Di bidang ekonomi, junta itu berhasil menekan inflasi dari 130% dua uhun lalu menjadi 30% sekarang ini, dan masih terus turun unpa merintangi kenaikan GNP (pendapatan kotor nasional). Tanpa kredit OECD dan MEE. Para pengusaha dapat perangsang untuk meningkatkan ekspor, dan pemerintah menggunakan pengaruhnya di Timur Tengah untuk membuka jalan bagi para kontraktor Turki. Tahun 1981, nilai kontrak yang diperoleh Turki di bagian dunia itu mencapai US$ 4,8 milyar dan sampai Mei tahun ini meningkat menjadi US$ 12 milyar. Sektor kontraktor ini jadi sumber pendapatan luar negeri Turki yang ketiga terbesar setelah ekspor dan penghasilan warga Turki yang bekerja di luar negeri. Dengan 95% dari 45 juta penduduknya beragama Islam, dan simpati Ankara pada perjuangan Arab melawan Israel, Turki diduga akan mampu meningkatkan lagi pendapatan sektor kontraktor dari Timur Tengah. Buruh Turki terkenal sebagai tenaga kerja murah di Eropa Barat. Kehadiran mereka (gastarbeter, kata orang Jerman Barat) dalam resesi ekonomi sekarang sudah menimbulkan semacam ketegangan diplomatik anura Ankara dan beberapa pemerinuh Eropa, khususnya di Bonn. Tenura Turki masih berada di Siprus sejak 1974 ketika mereka menyerbu bagian utara pulau itu, menyusul perebuun kekuasaan di sana yang didukung oleh Yunani. Yunani dan Turki adalah anggota NATO. Tapi karena pemerintah Yunani yang sosialistis sekarang berpikir akan meninjau kembali keanggotaannya dalam Pakta Militer Atlantik Utara itu kepentingan Barat pada Turki jelas makin besar. TAHUN 1975, pemerintahan Suley man Demirel pernah menutup semua pangkalan militer Amerika dinegerinya akibat embargo senjata Amerika ke Turki yang menyerbu ke Siprus. Kini hubungan Ankara-Washington mesra lagi dan keseluruhan 25 pangkalan militer Amerika di Turki aktif kembali. Letak peu buminya, pemegang kunci atas Selat Dardanella dan Bosphorus pintu utama armada laut Soviet ke Timur Tengah, membuat Turki sangat strategis bagi sistem pertahanan Barat. Hubungan Turki dengan tetangganya di sebelah timur, Uni Soviet, tidak pula selalu baik. Beberapa juta orang Armenia yang hidup di balik perbatasan timur itu dan di dalam Turki sendiri, menuntut sebagian dari wilayah Turki. Mereka masih merepotkan pemerintah Ankara. Sudah puluhan diplomat Turki di Eropa dan Amerika yang mati akibat tindakan teror oleh orang Armenia ini. Tapi tentu masalah Armenia jadi sirna setelah kemenangan mutlak Kenan Evren. Dia merasa cukup kuat untuk memulai kunjungan muhibah, antara lain ke Indonesia pekan ini. Kedatangannya barangkali mengingatkan kembali persahabatan lebih dari 400 tahun lalu. Kerajaan Aceh konon pernah mengirim lada dalam jumlah besar ke Turki untuk dibarter dengan meriam. Dan ketika armada Aceh menyerang Portugis di Malaka tahun 1568, di antara 15.000 tentaranya, hampir 500 orang tenaga artileri Turki membantu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus