Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kisah Perampok Berparang

Perampokan di selat malaka, kalangan pelayaran jepang menyampaikan keluhan adanya perampok yang sangat berani. (ln)

18 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELAT Malaka bagi Jepang sungguh merupakan 'garis hidup'. Sebagian besar minyak bumi yang diimpor Jepang diangkut melalui selat yang sempit itu. Begitu juga tak sedikit kapal yang membawa peti kemas berisi hasil industri Jepang melintas di situ. Memang sebagian besar (80%) dari sekitar 5.000 kapal tiap bulan yang melewati Selat Malaka, menurut Malacca Strait Council (MSC), adalah kapal Jepang atau yang disewa pihak Jepang. Tapi akhir-akhir ini berlayar di Selat Malaka tak begitu aman. Setidaknya begitu kesan yang sering dilaporkan kalangan pelayaran Jepang. Mereka menyampaikan keluhan pada Departemen Perhubungan Jepang akan adanya perompak yang sangat berani di selat itu menaiki geladak kapal mereka. Entah betul ada perompak, entah khayal saja, sering cerita itu beredar di Tokyo, seperti yang tercatat oleh wartawan TEMPO Seiichi Okawa. Dari jurusan Timur Tengah ataupun Timur Jauh, kapal yang memasuki Selat Malaka biasanya sangat mengurangi kecepatan sampai 12 mil laut saja bila berada di Philip Channel, tak jauh dari Pulau Batam dan Singapura. Jalur kapal laut di Phillip Channel paling sempit (hanya 1 km), dan k?renanya di sini nakhoda selalu memerintahkan semua awak berhati-hati, apalagi waktu malam hari. Alkisah, suatu malam dalam Mei tahun lalu, sebuah tanker Jepang (60.00 dwt) datang dari Timur Tengah. Dalam keadaan pelan di Phillip Channel, nakhoda bersama awaknya begitu sibuk hingga tak menyadari sebuah speed-boat mendekatinya dari belakang. Dua orang dari perahu cepat itu gampang menggait dengan tali dan naik ke geladak tanker, setinggi 7-8 m saja dari perrnukaan laut. Keduanya cuma bersenjata parang tapi sudah cukup menakuti seorang awak kapal dalam kabin. Keduanya membawa lari radio, tape recorder, pakaian dan selimut, kata Takashi Morikawa, seorang eksekutif JSA (Japan Shipowners' Association). Selain JSA, assosiasi pemilik kapal Jepang, juga JSU (serikat sekerja pelaut Jepang) kemudian sering mengadu pada Departemen Perhubungan Jepang. Semua ceritanya hampir sama, yaitu ada speed-boat dengan perompak yang memanjat geladak ketika kapal sedang berlayar pelan di Phillip Channel. Dan perompak hanya bersenjata tajam, belum ada yang berpistol. Konon mereka mudah saja memb awa lari barang-barang, bahkan cincin, dan kadang uang tunai pun sempat mereka sikat. Sejak Mei tahun lalu sedikitnya 20 kasus yang dilaporkan. Jumlah perompak setiap kali menaiki geladak kapal, menurut laporan, tidak melebihi lima. "Kami tidak bisa bikin apa-apa, kecuali mengharapkan pengawasan oleh pihak Indonesia, Malaysia dan Singapura," tutur seorang pejabat Departemen Perhubungan Jepang. Tokyo konon sudah menyampaikan harapan semacam itu lewat saluran diplornatik. Tanpa putus asa, JSU melalui suatu medianya sudah memberikan petunjuk bagaimana "mengawasi Selat Malaka." Bila berada di Phillip Channel, tulisnya a.l., "perlu anda menerangi geladak dengan lampu sorot. Jika ada perompak menaiki geladak, semprotlah mereka dengan alat pemadam kebakaran atau pipa air laut."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus