Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Gigi baru marcos

Situasi politik filipina semakin suram, terjadi demonstrasi anti pemerintah, sejumlah orang pers ditangkapi dengan tuduhan melakukan subversif dan berniat membuat makar. (ln)

18 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA konperensi naslonal yang menjengkelkan Presiden Ferdinand Marcos. Dua profesor wanita dari Universitas Filipina (Victoria Bautista dan Eleanor Nicolas) dalam makalah mereka menyatakan negara itu setiap tahun kehilangan sekitar 10% dari GNP Filipina. Hilang begitu saja karena tindakan korupsi. Kalau diuangkan, ada sekitar 10 milyar pesos atau sekitar Rp 845 milyar. Semua itu masuk kantung para birokrat sebagai "uang pelumas", "uang rokok" dan juga untuk wanita simpanan. Makalah itu yang dimuat di harian Times Journal pekan lalu juga memperinci hal yang melemahkan moral pegawai negeri. Seminggu sebelum seminar tersebut, Ketua Kelompok Bantuan Hukum Jose Diokno berkata di Hongkong, "Situasi politik Filipina semakin buruk. Apalagi di tahun-tahun mendatang." Diokno sedang mengajak Amnesty International cabang Hongkong berkampanye mencela kesewenangan Marcos. Sementara itu hubungan Marcos dengan pihak gereja belum bisa pulih. Salah seorang menterinya bahkan memanggil Uskup Besar Jaime Cardinal Sin dengan sebutan "si Filipino Khomeini". Memperingati Hari Hak Asasi, 10 Desember, sekitar 2.000 orang -- kebanyakan berbaju hitam atau mengenakan pita hitam di lengan baju tanda duka-berbaris di salah satu jalan raya dekat Camp Crame, Manila pinggiran. Poster mereka a.l. berbunyi: "Bebaskan Tahanan Kaum Gereja dan Pimpinan Buruh," "Kembalikan Kebebasan Pers!" Demonstrasi itu dibubarkan oleh polisi huru-hara, tetapi gerakan protes merembet ke Kota Bacolod, di hari yang sama. Di Cebu,--kota kedua terbesar setelah Manila -- terjadi demonstrasi hari Minggu dalam jumlah yang lebih besar. Sekitar 5.000 pendeta, biarawati dan kaum Katolik lainnya serta para wartawan, turun ke jalan raya di Cebu, dalam gelombang antipemerintah. Dari semua berita Filipina yang menentang Marcos, ada satu yang paling menggegerkan. Yaitu ditangkapnya sejumlah orang pers, dengan tuduhan subvasif dan berniat membuat makar. :ditor Jose Burgos, 41 tahun, dari We Forum, yang terbit 3 kali seminggu ditangkap. Juga 9 wartawan dan kolumnis kini memenuhi Benteng Bonifacio. We Forum ditutup demikian pula harian berbahasa Filipino, Malaya dilarang terbit (lihat Media). Joaquin J. Roces, penerbit Manila Times--koran terbesar di Filipina yang sudah dibreidel tahun 1972 -- ditangkap juga. Roces yang selama ini dikenakan tahanan rumah konon dipersalahkan karena telah membolehkan We Forum terbit lewat percetakannya. Seorang bekas senator yang juga mendapat tahanan rumah, Eva Estrada Kalaw, juga ditangkap. Sungguh penangkapan bermusim lagi di Filipina. Sementara itu masih ada 4 pastor Jesuit yang tengah diuber-uber karena dianggap menjadi otak perlawanan. "Ini membuktikan bahwa pencabutan UU Darurat cuma berlaku di atas kertas saja," ujar Salvador Laurel dari Unido (Organisasi Demokratik Persatuan Nasional). Bekas Senator Kalaw juga anggota eksekutif Unido, organi sasi yang bersikap lunak dan memilih jalan damai untuk mengganyang Marcos. "Penguasa di satu tangan masih saja bercokol," tutur Laurel, meskipun Ferdinand Marcos sudah mencabut UU Darurat menjelang Pemilu Juni 1981. Pemilu itu oleh musuh Marcos disebut "lelucon terbesar 1981". Marcos mendapat suara mayoritas 88%. Dalam usianya yang kini sudah 65 tahun,-kursi kepresidenan sudah dijalaninya selama 16 tahun. Dalam sejarah mutakhir Filipina, kekuasaan Marcos yang mutlak dan lama itu memang belum ada yang menandingi. Tetapi di saat dia terpilih lagi untuk masa kepresidenan 6 tahun, stabilitas di republik itu semakin guncang. Artinya lawan Marcos semakin banyak. NPA (Tentara Pembaharuan Rakyat), yang terkenal bergaris Marxis, tetap melancarkan gerilya kekerasan, bahkan bergabung dengan kelompok Teologi Pembebasan dan MNLF (Front Pembebasan Nasional Moro). Kelompok Katolik kini kian hari kian militan, hampir menyamai gerakan Sandinista di Nikaragua. Mereka memang berbeda ideologi tetapi menciptakan kerangka operasional secara nasional, dan berbagi wilayah gerilya pula. Ancaman untuk Marcos meluas, mulai dari Luzon sampai Mindanao. Musuh Marcos yang lain ialah kaum politisi, kebanyakan bekas senator. Sebagian besar mereka orang kaya--misalnya Gerardo Roxas, pendiri Unido --yang tentu saja tidak bisa masuk hutan. Karena itu banyak yang "mengungsi" ke AS dan mengendalikan urusan bisnis dari sana. Salah seorang dari mereka bahkan pemilik bir San Miguel yang terkenal itu. Karena kekuatan ekonomi mereka, sulit bagi Marcos mengatasinya, meskipun sebagian pengusaha akrab denganlstana Malacanang. Lumayan umlah pengusaha nasional yang mendapat fasilitas asalkan mendukung Marcos. Tetapi Marcos menjadi galak sementara kocar-kacir masalah ekonomi. Penghasilan ekspor (kayu, gula, minyak kelapa) Filipina turun sekitar 4%. Apa mau dikata, harga komoditi itu memang sedang jatuh di pasaran internasional. Sebaliknya, impor tetap sama besar dengan tahun 1981 (US$ 6,99 milyar). Walhasil, defisit mungkin tahun ini mencapai US$ 1,5 milyar--atau hampir tiga kali tahun sebelumnya. "Apa boleh buat," kata Cesar Virata Perdana Menteri merangkap Menteri Keuangan. "Selama dua tahun ini kami tidak bisa lagi mempertahankannya." Kambing hitam ialah resesi dunia. Virata menjelaskan kesukaran pemerintahnya di depan kalangan bisnis dalam suatu jamuan makan siang minggu lalu. Beberapa jam kemudian, Presiden Marcos memerintahkan penghematan di hampir semua bidang. Tidak ada lagi penerimaan pegawai negeri baru, kecuali tenaga ahli. Program pemerintah yang besar dipotong sampai 28%. Proyek infrastruktur dikurangi 25%. Belanja negara, turun 18%. "Dan setop impor barang mewah!" seru Marcos. Beberapa proyek besar bersama asing, kabarnya, ditunda dulu. Bonus untuk hari Natal kali ini cuma sejumlah gaji seminggu. Pemerintah Filipina tengah berusaha mendapat kredit US$ 340 juta dari lMF dan Bank Dunia. ?'Kredit mudah-mudahan menstabilkan ekonomi kami kembali," kata Virata. Belum jelas kapan hredit ini akan didapat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus