Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sidang Parlemen Serbia Rusuh: Oposisi Lempar Granat Asap, Anggota Kena Stroke

Sidang di Parlemen Serbia berlangsung ricuh setelah pihak oposisi melemparkan granat asap di dalam gedung.

6 Maret 2025 | 09.29 WIB

Siaran langsung ketika anggota parlemen oposisi Serbia melempar granat asap di dalam gedung parlemen Serbia, Beograd, Serbia, 4 Maret 2025. Aksi tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap mahasiswa yang telah melakukan empat bulan berdemonstrasi, dipicu oleh tragedi runtuhnya atap stasiun kereta api yang menewaskan lima belas orang pada November lalu di kota Novi Sad. Para demonstran mengecam korupsi yang merajalela serta ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola negara. Reuters/Djordje Kojadinovic
Perbesar
Siaran langsung ketika anggota parlemen oposisi Serbia melempar granat asap di dalam gedung parlemen Serbia, Beograd, Serbia, 4 Maret 2025. Aksi tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap mahasiswa yang telah melakukan empat bulan berdemonstrasi, dipicu oleh tragedi runtuhnya atap stasiun kereta api yang menewaskan lima belas orang pada November lalu di kota Novi Sad. Para demonstran mengecam korupsi yang merajalela serta ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola negara. Reuters/Djordje Kojadinovic

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sidang di parlemen Serbia pada Selasa, 4 Maret 2025 berlangsung rusuh. Seorang anggota parlemen dari oposisi melemparkan granat asap dan menggunakan semprotan merica ke dalam parlemen. Mereka memprotes pemerintah dan mendukung demonstrasi mahasiswa. Akibatnya seorang legislator menderita stroke selama kekacauan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari Reuters, demonstrasi yang dipimpin mahasiswa selama empat bulan dipicu oleh tewasnya 15 orang saat atap stasiun kereta api runtuh. Demonstrasi itu telah menarik minat guru, petani dan lainnya yang kini menjadi ancaman terbesar bagi Presiden Aleksandar Vucic yang telah berkuasa selama satu dekade. Pengunjuk rasa memprotes korupsi dan ketidakmampuan pemerintah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Saat sidang digelar, setelah partai koalisi yang dipimpin oleh Partai Progresif Serbia (SNS) menyetujui agenda, beberapa politisi oposisi berlari dari tempat duduk. Mereka  menuju ketua parlemen dan bentrok dengan petugas keamanan.

Anggota oposisi lainnya melemparkan granat asap dan menggunakan semprotan merica. Siaran langsung TV memperlihatkan asap hitam dan merah muda mengepul di dalam gedung parlemen. Kericuhan ini belum pernah terjadi sebelumnya di negara demokrasi multipartai yang dimulai sejak 1990.

Vucic mengatakan pihak berwenang akan meminta pertanggungjawaban semua deputi yang terlibat dalam keributan itu. Ia menyebutnya sebagai hooliganisme.

Ketua DPR Ana Brnabic mengatakan tiga anggota parlemen terluka. Satu anggota yaitu Jasmina Obradovic dari partai SNS, menderita stroke dan dirawat di rumah sakit. Zlatibor Loncar, Menteri Kesehatan mengatakan Obradovic dalam kondisi serius.

Saat sidang berlanjut, politisi koalisi yang berkuasa berdebat sementara anggota parlemen oposisi bersiul dan meniup terompet. Anggota parlemen oposisi juga membawa spanduk bertuliskan mogok umum dan keadilan bagi mereka yang terbunuh. Mereka merujuk kepada korban tewas saat atap stasiun runtuh di kota Novi Sad, November lalu.

Di luar gedung parlemen, ratusan pengunjuk rasa berdiri dalam keheningan untuk menghormati mereka yang tewas. Para pemimpin demonstrasi menyerukan unjuk rasa besar-besaran di ibu kota Belgrade pada 15 Maret.

Koalisi yang berkuasa mengatakan badan intelijen Barat berusaha mengganggu stabilitas Serbia dan menggulingkan pemerintah dengan mendukung protes. "Kami punya usulan untuk membentuk pemerintahan transisi," kata Radomir Lazovic dari partai oposisi Front Kiri-Hijau kepada para pendukungnya di depan parlemen.

Pihak oposisi mengatakan pemerintahan transisi harus menjamin diselenggarakannya pemilihan umum yang bebas dan adil. Namun Vucic dan sekutunya menolak tuntutan tersebut.

"Ini adalah upaya yang gagal dari koalisi yang berkuasa untuk menunjukkan bahwa mereka memegang kendali dan (ada) potensi untuk eskalasi," kata Radivoje Grujic, konsultan yang berkantor di Warsawa kepada Reuters. Grujic mengomentari keributan di dalam gedung parlemen tersebut.

Hari itu agenda parlemen adalah mengesahkan undang-undang yang menambah dana untuk universitas. Ini merupakan salah satu tuntutan utama para mahasiswa yang berunjuk rasa.

Namun sejumlah agenda lain yang diajukan oleh koalisi yang berkuasa, termasuk mengenai pengunduran diri Perdana Menteri Milos Vucevic, membuat pihak oposisi marah.

Pilihan editor: Top 3 Dunia: Adu Mulut Trump dan Zelensky hingga Reaksi Pemimpin Dunia 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus