Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - CEO Unilever Hein Schumacher dalam wawancara pada Selasa, 26 November 2024, mengungkap Unilever terpaksa keluar dari Rusia karena hilang kendali atas operasional bisnisnya buntut sanksi yang dijatuhkan pada Rusia. Unilever adalah rakasa perusahaan bidang consumer-goods asal Inggris.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Keluar dari Rusia adalah sebuah keputusan yang sulit,” ujar Schumacher, yang memberikan sinyalemen keluarnya Unilever bukan karena perang Ukraina melainkan rumitnya sanksi yang dijatuhkan negara-negara Barat dan respon Rusia terhadap embargo tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Unilever menghadapi kesulitan untuk mengeluarkan uangnya dari Rusia. Sebelum keputusan diambil, perusahaan itu juga sudah mengevaluasi kinerja perusahaan dan bagaimana mengendalikan pengelolaan mereknya.
“Saya tidak melihat sebuah kesempatan di masa depan, di mana kami bisa mengambil kendali. Walhasil, kami memutuskan untuk keluar,” kata Schumacher.
Unilever sepenuhnya angkat kaki dari Rusia pada Oktober 2024 setelah menjual seluruh bisnisnya ke Arnest Group yakni perusahaan manufaktur di Rusia bidang parfum, kosmetik dan produk-produk rumah tangga. Unilever sebenarnya enggan keluar dari Rusia karena di Negeri Beruang Merah sudah memiliki empat pabrik dan sekitar 3 ribu karyawan.
Sebelumnya, Unilever adalah segelintir dari perusahaan multinasional yang masih bertahan di Rusia selain Nestle SA, PepsiCo dan Mondelez. Unilever mendapat kritikan tajam karena masih bertahan di Rusia meskipun sudah banyak perusahaan asing angkat kaki dari negara itu setelah perang Ukraina semakin sengit pada 2022.
“Saya menemukan 1.5 tahun sebagai waktu yang penuh argument untuk keputusan yang sulit diambil,” kata Schumacher, sambil menekankan proses keluarnya Unilever dari Rusia yang memakan waktu lebih dari setahun adalah hal yang membosankan.
Menurut aturan divestasi yang diberlakukan oleh Moskow pada 2023, perusahaan-perusahaan asing yang keluar dari Rusia perlu harus mendapat izin dari Pemerintah Rusia untuk menjual asset-asetnya dengan diskon 50 persen dan membayar pajak keluar dari Rusia sebesar 10 persen sampai 15 persen.
Sumber: RT.com
Pilihan editor: 256 Wartawan di Afghanistan Ditahan Taliban
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini