Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tangisan Bocah di Penampungan Imigran

Kebijakan keras imigrasi Amerika menyebabkan 2.342 anak terpisah dari orang tua. Memicu protes dan gugatan.

30 Juni 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kebijakan keras imigrasi Amerika menyebabkan 2.342 anak terpisah dari orang tua. Memicu protes dan gugatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IMPIAN hidup yang lebih baik mendorong Iris Yolany Eufragio-Mancia mencoba mengadu keberuntungan ke Amerika Serikat, awal Mei lalu. Ia bersama dua perempuan Honduras lainnya berjalan sekitar setengah mil di sebelah barat Paso del Norte, melalui jembatan yang menghubungkan Juarez, Meksiko, ke El Paso, Texas, Amerika. Mancia membawa Ederson, putranya yang berusia 6 tahun. Dua perempuan lain juga membawa serta anak mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut informasi yang diterima Mancia, mereka akan diizinkan tinggal jika sudah masuk perbatasan. Tapi kenyataan berkata lain. Tiba di Amerika, ia ditangkap petugas patroli perbatasan dan dibawa dengan bus ke pusat pemeriksaan. Karena telah dideportasi 10 tahun lalu lantaran masuk secara ilegal, menurut petugas, Mancia akan didakwa karena masuk kembali secara ilegal. Yang membuat Mancia syok, ia akan dipisahkan dari putranya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mancia ingat saat-saat Ederson direnggut darinya. "Dia terus menatapku dan menangis. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan kepadanya," ujarnya kepada NBC, yang menemuinya di gedung pengadilan federal El Paso, Kamis pekan lalu.

"Bu, aku akan memelukmu supaya mereka tidak membawaku pergi," kata Ederson. Mancia menenangkan anaknya dengan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Petugas lantas membawa bocah itu pergi. Mancia belum bertemu dengan anak semata wayangnya itu hingga Rabu pekan lalu.

Nasib yang menimpa Mancia dan Ederson adalah buah dari kebijakan "tak ada toleransi" pemerintah Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap imigran ilegal. Setiba di Amerika, mereka langsung diproses hukum. Para orang tua diadili dan anak-anak mereka ditampung di tempat terpisah. Sejak kebijakan ini diterapkan tahun lalu, setidaknya 2.342 anak dipaksa pisah dari orang tua mereka.

Langkah pemerintah Trump ini tak hanya memicu protes dan demonstrasi, tapi juga gugatan. Dalam putusan pengadilan awal yang dikeluarkan Selasa malam dua pekan lalu, hakim Dana Sabraw memerintahkan agar semua anak di bawah usia 5 tahun disatukan lagi dengan orang tua mereka dalam waktu 14 hari dan anak-anak yang lebih tua dalam 30 hari. Keesokan harinya, Presiden Trump memutuskan agar anak-anak tak dipisahkan dari orang tua mereka, tapi proses hukum jalan terus.

Kebijakan keras soal imigran ini sebenarnya dimulai sejak Operation Streamline, program pemerintah George W. Bush, diluncurkan pada 2005. Bedanya, program Bush mengecualikan imigran ilegal yang datang bersama anak-anak. Di masa Barack Obama, pemisahan keluarga relatif jarang dan jumlahnya tak sebesar di masa Trump. "Pemerintah Obama umumnya menahan diri dari persekusi terhadap kasus-kasus yang melibatkan orang yang melintasi perbatasan bersama anak-anak," ujar Peter Margulies, guru besar hukum imigrasi di Roger Williams University School of Law, kepada The Punditfact. "Sebaliknya, pemerintah sekarang memilih untuk mempersekusi penyeberang perbatasan, meskipun mereka punya anak-anak."

Departemen Keamanan Dalam Negeri menguji kebijakan "tak ada toleransi" ini sejak Oktober tahun lalu. Jaksa Agung Jeff Session mengatakan kebijakan ini untuk melindungi anak-anak dari penculikan dan penyelundupan, selain alasan penegakan hukum imigrasi. "Kami tidak ingin memisahkan keluarga, tapi kami tidak ingin mereka datang ke perbatasan secara ilegal," kata Session.

Ketika orang tua ditahan untuk menghadapi tuntutan hukum, anak-anak ditampung oleh Kantor Pemukiman Pengungsi, bagian dari Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan. Pemerintah juga mencoba untuk menghubungkan mereka dengan anggota keluarga yang sudah berada di Amerika atau dititipkan di penampungan yang dikontrak pemerintah.

Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Alex Azar mengatakan satu-satunya cara orang tua dapat dengan cepat bersatu kembali dengan anak-anak mereka adalah membatalkan klaim mereka buat meminta suaka di Amerika dan setuju untuk dideportasi. Jika meminta suaka, para orang tua akan ditahan sampai sidang selesai, yang dapat memakan waktu berbulan-bulan karena penumpukan beberapa ratus ribu kasus.

Para pengacara publik menyebutkan tindakan pemerintah ini memaksa para imigran lari dari situasi berbahaya dan memilih opsi terbaik bagi anak-anak mereka. Franco, pengacara publik di Texas barat, mengatakan kebijakan itu mendorong orang tua para imigran untuk memilih mengaku bersalah karena masuk secara ilegal agar mendapatkan anak-anak mereka kembali. "Pemerintah menahan anak-anak itu agar orang tuanya membatalkan permintaan suaka," ujar senator Demokrat, Dianne Feinstein, dalam cuitannya di Twitter.

Pemisahan itu menyiksa para orang tua. Iris Yolany Eufragio-Mancia sangat khawatir terhadap keadaan Ederson. "Saya tidur dan memimpikannya berlari ke arah saya," katanya. "Ini hal tersulit yang bisa dilalui oleh seorang ibu."

Anak-anak itu juga mengalami penderitaan yang sama. Salah satunya Alexander, anak 9 tahun yang berada di penampungan Bethany Christian Services, Texas, sejak Mei lalu. Bethany adalah organisasi nirlaba yang memberikan layanan kepada anak-anak imigran. Alexander menyeberang dari El Salvador menuju Amerika bersama ayahnya pada 9 Mei lalu. Ayahnya ditangkap di perbatasan dan diproses hukum, sementara Alexander ditampung di tempat terpisah. Alexander tidak tahu di mana ayahnya berada. Ia juga berusaha mencari, tapi tidak dapat mengingat nomor telepon keluarganya di El Salvador. Menurut pengelola Bethany, Christine, selama lebih dari tiga pekan Alexander hampir tidak makan dan sulit tidur sepanjang malam.

Situasi yang sama dialami Daniela. Bocah 5 tahun dari Honduras ini terpisah dari ayahnya. Ia seperti mati rasa ketika diberi tahu bahwa ayahnya telah dideportasi. "Tubuh mungilnya terasa kaku," ujar Christine.

Daniela tidak mau makan. Selain itu, ia kesulitan melepas bajunya ketika saatnya mandi. "Dia juga tidak bisa tidur," ucap Christine. Daniela menangis setiap hari selama dua minggu pada pagi hari dan setelah pulang bersekolah. "Ia sepertinya tahu bahwa orang tuanya tidak ada di sini lagi."

Kebijakan imigrasi Donald Trump ini memicu demonstrasi di sejumlah kota, terutama setelah The Associated Press, Selasa malam dua pekan lalu, melaporkan bahwa pejabat pemerintah mengirimkan bayi dan anak-anak yang dipaksa berpisah dari orang tuanya di perbatasan Amerika-Meksiko ke setidaknya tiga tempat penampungan di Texas selatan. Departemen Pertahanan juga mengumumkan bahwa mereka sedang bersiap menampung 20 ribu anak migran di pangkalan militer di Texas dan Arkansas. Adapun Trump menyerukan agar imigran ilegal segera dideportasi tanpa proses hukum.

Trump juga menghadapi tekanan luar biasa dari Capitol Hill, termasuk dari beberapa sekutunya dari Partai Republik dan anggota keluarganya sendiri, Melania Trump, untuk mengakhiri kebijakan yang dituding tidak manusiawi ini. Tekanan itu mendorong Trump mengeluarkan perintah eksekutif pada Rabu dua pekan lalu yang isinya memerintahkan agar anak-anak tak dipisahkan dari orang tuanya saat menghadapi proses hukum.

Dengan kebijakan baru ini, kata Menteri Alex Azar, keluarga imigran yang ditangkap tak lagi dipisahkan. Pemerintah juga berusaha agar orang tua bisa menelepon anak-anaknya yang ditampung di tempat terpisah. Namun, dia menambahkan, dengan regulasi saat ini, anak-anak boleh ditahan selama tidak lebih dari 20 hari. "Jika orang tua tetap dalam tahanan, sayangnya, menurut peraturan yang ditetapkan oleh Kongres dan pengadilan, mereka tidak dapat disatukan saat mereka ditahan," tutur Azar.

Aturan itu bersumber dari putusan pengadilan tahun 1997. Pemerintah telah meminta hakim federal memodifikasi aturan itu dan mengizinkan anak-anak ditahan bersama orang tua mereka dalam waktu yang lebih lama. Pemerintah Barack Obama membuat permintaan serupa pada 2015, tapi ditolak hakim.

Abdul Manan (nbc News, Reuters, Associated Press, The Punditfact)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus