Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Taslima bukan salman rushdie

Novelis bangladesh itu, oleh para ulama dituduh menghina Islam karena menuntut wanita pun boleh bersuami empat.

29 Januari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TASLIMA Nasreen mudah-mudahan tak bernasib buruk seperti Salman Rushdie. Wanita Bangladesh ini, seorang penulis dan novelis, masih berani tampil di depan umum, meski dengan dikawal polisi. "Tulisan Salman Rushdie melawan Nabi Muhammad, sedangkan tulisanku hanya menyuarakan kepedihan wanita," ujar wanita yang kepalanya dihargai 50 ribu taka (sekitar 850 pound) dan dijatuhi hukuman mati oleh para ulama Bangladesh beberapa waktu lalu itu. Itu semua gara-gara sejumlah tulisan kolomnya di koran-koran dan novelnya yang dinilai sangat menyinggung kelompok Islam konservatif. Wanita berusia 32 tahun dan telah tiga kali cerai ini, dalam setiap tulisannya, menuntut agar wanita diizinkan mempunyai empat suami, sama halnya seperti pria yang boleh beristri empat. "Itu sama saja dengan menuntut kebebasan aurat. Ini bertentangan dengan Al Quran dan Allah," kata Maulana Azizul Haque, tokoh ulama Bangladesh yang tengah menghimpun lima ribu massa untuk menuntut kematian bagi Nasreen. Ulama kesohor di Bangladesh ini bahkan mengancam akan melakukan demonstrasi bila pemerintah Bangladesh tak mengambil tindakan terhadap Nasreen. Ia memberikan waktu dua bulan pada pemerintah Bangladesh, kira-kira sampai awal puasa nanti. Pemerintah Islam Bangladesh, yang sampai kini masih bersikap netral dalam kasus Taslima Nasreen ini, menganggap karya-karya tulis Nasreen merupakan kebebasan berpendapat warga Bangladesh. Dan itu sah saja. Terbukti dengan tetap beredarnya 15 novel Nasreen, termasuk di antaranya berjudul Nirbachita Column (tahun 1991), yang menceritakan kepedihan para wanita di tengah masyarakat yang didominasi kaum lelaki. Novel ini laku keras di Bangladesh dan di Bengali Barat, dan menjadikan nama Nasreen mencuat, setelah memenangkan Penghargaan Ananda di Calcutta, India. Hanya Lajja, sebuah novel yang ditulisnya tahun 1992, Juli tahun lalu dilarang beredar karena isinya, tentang penyerangan kelompok muslim terhadap sebuah keluarga Hindu setelah Peristiwa Ayodhya, India, dianggap terlalu membela kelompok Hindu. Pemerintah Bangladesh, seperti sudah disebutkan, yang bersikap netral, sebenarnya serba salah. Pemerintah Dhaka tak bisa menghukum Nasreen, misalnya, untuk menyenangkan para ulama. Sebab, kebebasan berkreasi dan berpendapat dijamin oleh undang-undang. Sebaliknya, pemerintah Bangladesh pun tak bisa membela Taslima yang diancam dihukum mati oleh para ulama, karena ini bisa menjadi isu politik di negeri Islam ini. Yang bisa diberikan oleh pemerintah Dhaka adalah memberikan pengawalan polisi pada Taslima. Karena itu, sampai pekan lalu, belum jelas benar sikap pemerintah Dhaka terhadap ancaman Maulana Azizul Haque. Yakni ancaman bahwa ia akan menghimpun demonstrasi massal bila pemerintah Bangladesh tak menindak Taslima Nasreen yang dituduhnya menghina Islam itu. Ini tentunya bukan ancaman kosong. Pemimpin gerakan radikal Khelafat Majlis itu pernah mengerahkan ratusan ribu warga Bangladesh ke perbatasan India, ketika terjadi peristiwa perusakan Masjid Babri di Ayodhya, India, tahun lalu. Demonstrasi ini memang tak sampai mempengaruhi apa pun dalam kasus Ayodha, karena mereka tak bisa melewati perbatasan. Tentu, masalahnya menjadi lain bila demonstrasi terjadi di dalam negeri Bangladesh. Bisa berkembang menjadi masalah politik dan lain-lain, yang ditakutkan oleh Pemerintah Dhaka.DP

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum