Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tawur di jalan dan parlemen

Ribuan mahasiswa didukung federasi buruh chonnoh- yop dan kaum oposisi demonstrasi. mereka menuntut presiden roh tae woo mundur dan pembubaran kabi- net. saling pukul di majelis nasional.

18 Mei 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Demonstrasi semakin ganas. Kaum oposisi tawur dengan anggota partai pemerintah di Majelis Nasional. Tuntutan Roh mundur makin keras. HALIMUN gas air mata masih mengambang di jalan-jalan utama Kota Seoul. Tebal, seperti kabut di daerah pegunungan. Ini menandakan demonstrasi besar-besaran belum berhenti. Bahkan semakin panas. Di jalanan, seorang polisi antihuru-hara, lengkap dengan tongkat, perisai, dan topeng penangkis gas, terpaksa bertarung satu lawan empat atau lebih pembangkang yang makin garang. Korea Selatan memang sedang terbakar. Gelegak api demonstrasi yang meletus sejak akhir bulan lalu semakin marak. Kamis pekan lalu tak kurang dari seperempat juta manusia turun ke jalan di seantero negeri. Mulai dari Seoul, Kwangju, Pusan, sampai ke Inchon. Mereka menuntut pengunduran diri Presiden Roh Tae Woo dan pembubaran kabinet yang dipimpin Perdana Menteri Ro Jae Bong. Dan untuk sementara, tak ada tanda-tanda Roh bakal memenuhi tuntutan ini. "Jangan biarkan mereka mempengaruhi kita. Kita harus teguh dan terus bekeja keras," demikian wejangan Roh untuk para pembantunya. Soalnya, Roh merasa sudah menunjukkan penyesalan yang mendalam untuk menenangkan demonstran. Hanya sehari setelah tewasnya Kang Kyung Dae di tangan polisi, Roh segera memecat Menteri Dalam Negeri Ahn Eung Mo. Kang adalah seorang mahasiswa tingkat pertama yang tewas 26 April lalu, ketika ia tertangkap dalam sebuah demonstrasi di Universitas Myungji, Seoul. Para mahasiswa yang sudah telanjur marah segera saja menuduh pemerintah sebagai rezim pembunuh yang tak bisa diampuni, kecuali jika segera mengundurkan diri. Sial bagi Roh, aksi mahasiswa ini segera ditanggapi oleh kaum buruh yang sudah lama memendam kekesalan. Federasi buruh Chonnohyop yang dikenal sangat radikal segera bergabung turun ke jalanan. Belum lagi kelompok oposisi yang ikut nimbrung. Kedua pihak tampaknya tak akan bersedia berkompromi begitu saja. Pemerintah pun sudah siap untuk menangkal gerakan yang lebih besar. Kepala polisi Korea Selatan, Lee Jong Kuk, sudah menegaskan akan menindak tegas setiap aksi demonstrasi yang disebutnya ilegal. "Pawai unjuk rasa seperti itu selalu berbuntut kerusuhan," kata Lee. Bisa jadi ia benar. Pekan lalu, perkelahian antara demonstran dan polisi meletus di stasiun kereta api Seoul. Akibatnya, tak cuma para pemrotes yang terkena pentungan. Penumpang pun ikut kebagian. Untuk itu, Lee cuma akan mengizinkan pawai-pawai yang berlangsung di taman kota. Di Seoul ada dua taman yang cukup luas untuk menjadi ajang protes. Langkah ekstraketat ini memang perlu dilakukan. Tapi para pembangkang memang punya reputasi militan dan pantang menyerah. Diizinkan atau tidak, tetap saja mereka turun ke jalan. Berbarengan dengan upacara pemakaman Kang Kyung Dae, Ahad kemarin, puluhan ribu orang berbaris di jalan. Polisi, yang mencoba membendungnya, kewalahan. Senin pekan ini, tindakan mereka malah lebih gila lagi. Tiba-tiba saja ratusan mahasiswa menyerbu markas besar Partai Demokrat Liberal di Seoul. Gedung sepuluh tingkat itu dikuasai anak-anak muda yang bersenjatakan seadanya. Tongkat kayu, pipa besi, batu-batu pun jadi. Tak pelak lagi, gedung itu rusak parah, jendela-jendela dihancurkan. Setelah 25 menit menguasai markas partai itu, barulah para mahasiswa itu menyerah setelah perkelahian brutal melawan polisi. Suhu panas bukan cuma di jalanan, tapi juga di Majelis Nasional atau Parlemen. Dua puluh orang anggota Partai Demokrasi Baru yang sangat menentang Presiden Roh Tae Woo tiba-tiba saja maju ke mimbar, Jumat pekan lalu. Saat itu juru bicara Majelis, Park Jun Kyu, sedang mengumumkan undang-undang keamanan nasional yang baru saja diluluskan. Para oposan sangat berang. Undang-undang baru ini lewat begitu saja tanpa memberi kesempatan orang berdebat. Bayangkan, peraturan baru ini lolos cuma dalam waktu 40 detik. Dan mereka menganggapnya sama saja dengan peraturan lama yang dipakai sejak 1948. Apa boleh buat, Partai Demokrat Liberal yang sekarang berkuasa menduduki 70 persen kursi dari 299 kursi majelis. Kejengkelan itu akhirnya diluapkan dalam bentuk serangan langsung ke kubu pemerintah. Kedua puluh orang yang tak puas itu disongsong sekitar selusin pendukung Roh. Seperti pertandingan sepak bola di sini, tawur masal pun meletus selama setengah jam di arena wakil rakyat itu. Krisis yang terjadi kali ini nampaknya sudah cukup gawat bagi Roh Tae Woo. Sikapnya semakin keras. Dalam pertemuan dengan para pembantu utamanya, Senin ini, ia dengan tegas memerintahkan agar pembangkan ditindak tegas. "Saya tak bisa memaafkan kekerasan dan perusakan tatanan hukum," katanya. Tampaknya, Roh suda mulai merasa bahwa rangkaian demonstrasi ini bukan sekadar protes terhadap tewasnya seorang mahasiswa di tangan polisi. "Beberapa politikus oposisi radikal membesar-besarkan persoalan dengan menunggang mahasiswa," kata seorang juru bicara kepresidenan, menambahkan. Oposisi memang terlibat dalam kerusuhan ini. Sejak perkelahian di Majelis Nasional itu, mereka melakukan aksi duduk. Kim Dae Jung sendiri, salah seorang tokoh oposisi yang merupakan lawan terbesar Roh, sudah menjanjikan jika Roh tak mundur sampai akhir pekan ini, pihaknya akan meneruskan perjuangan di jalanan. Yang menyedihkan, pertentangan ini terus diwarnai korban yang berjatuhan, membunuh diri sebagai tanda protes. Sampai Senin ini, sudah lima orang yang membakar diri. Empat korban yang rata-rata berumur 20 tahun itu tewas, sementara seorang lagi masih dalam keadaan kritis di rumah sakit. Ini belum termasuk seorang tokoh buruh, Park Chang Soo, yang menerjunkan dirinya dari atap rumah sakit tempat ia dirawat. Ujung-ujungnya seragam, yakni agar Roh mundur. Yopie Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus