Yeltsin berhasil membujuk buruh yang mogok. Soviet gencar memberikan konsesi pada ke-16 republiknya. Beberapa perusahaan besar dilepaskan. NAMA Boris Yeltsin makin berkibar. Upaya Presiden Republik Rusia yang populer ini, untuk menghentikan aksi mogok buruh tambang batu bara, berhasil. Rabu pekan lalu, para buruh, yang sudah mangkir kerja sembilan minggu, mulai bekerja kembali. Satu dari tuntutan mereka dipenuhi dan ditandatangani dua hari sebelumnya, yakni pengalihan kontrol perusahaan-perusahaan batu bara dari tangan pemerintah pusat kepada Republik Rusia. Yeltsin menyebut pengalihan ini sebagai "jalan keluar terhormat" bagi para buruh tambang. Sebenarnya, tuntutan utama para buruh, selain pengalihan kontrol, antara lain pengunduran diri Mikhail Gorbachev dan perbaikan nasib buruh yang guncang akibat kenaikan harga. Gorby, yang dituding tak becus mengurus negara, tak berhasil meredam aksi mogok itu. Ia kemudian merangkul Yeltsin. Karena kharismanya, tokoh reformis ini mampu mencairkan aksi mogok. Seperti diketahui, Gorby, lewat PM Soviet Valentin Pavlov, akhirnya memperkenalkan program "antikrisis" yang kemudian disetujui parlemen Soviet. Program untuk mendongkrak perekonomian Negeri Beruang Merah ini antara lain berisi larangan aksi mogok untuk waktu satu tahun. Gorby pun terpaksa berkompromi dengan Boris Yeltsin, yang mendukung aksi mogok. Yeltsin akhirnya memang mendukung program antikrisis Gorbachev, yang sempat mengagetkan para buruh itu. Tapi Yeltsin tak "menyerah" begitu saja, seperti diduga para buruh. Ia mendapat sejumlah konsesi dari Gorby. Selain pengalihan kontrol tambang batu bara, juga ada janji perbaikan kebijaksanaan kenaikan harga, yang terakhir ini langsung diterapkannya. Karena itu, para buruh mau menangguhkan aksi mogok untuk dua-tiga bulan. Ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada Yeltsin agar memenuhi tuntutan perbaikan kondisi kaum buruh. Toh banyak pihak menilai bahwa pengalihan kontrol perusahaan tambang batu bara dan penghentian aksi mogok merupakan kemenangan politis Yeltsin. Untuk pertama kalinya dalam sejarah birokrasi modern Soviet, fungsi kementerian pertambangan batu bara Soviet, yang mempekerjakan puluhan ribu birokrat, dihapuskan. Yeltsin bahkan merencanakan bakal menghapuskan sel-sel Partai Komunis dalam perusahaan tambang batu bara. Selama ini soal pengalihan perusahaan-perusahaan besar dari pemerintah pusat merupakan sumber pertentangan antara Kremlin dan ke-16 republik yang ada di Soviet. Dari mula ini menjadi sumber "persaingan dan permusuhan" antara Yeltsin dan Gorby. Yeltsin sejauh ini menuntut peran Rusia yang lebih besar dalam pengelolaan perusahaan-perusahaan besar di wilayahnya. Karena hanya 16% perusahaan yang dikuasai Rusia. Kini pemerintah Rusia mulai melirik sumber-sumber kekayaan lainnya untuk diambil alih, seperti ladang minyak, emas, dan intan. Kremlin pasti sadar, lainnya bakal menyusul. Namun, absennya kontrol Moskow itu dianggap Sovietskaya Rossiya, koran Partai Komunis Soviet ortodoks, sebagai kemenangan kosong para buruh. "Perkawinan tanpa mahar. Rusia bakal menanggung utang pemerintah pusat, jika sejumlah tambang ditutup," tulis harian ini. Sementara itu, bergabungnya para ekonom bekas pendukung Gorby (termasuk kelompok Shatalin, para tokoh reformis radikal pelopor perubahan ekonomi 500 hari) dan kubu Yeltsin menambah kukuh posisi tokoh populis ini. Tampaknya, Gorbachev bakal makin bergantung pada Yeltsin. Gorby-Yeltsin diharapkan menyelamatkan ekonomi dan persatuan Uni Soviet. Farida Sendjaya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini