TIBA-tiba serentetan tembakan terdengar. PM Turgut Ozal, yang sedang berpidato di kongres partai Tanah Air, merunduk, berlindung di balik mimbar. Ozal, 60 tahun, PM Turki sejak 1983, selamat, cuma luka di lengan. "Saudara-saudaraku, tak seorang pun dapat merenggut jiwa yang diberikan Tuhan. Kita telah menyerahkan diri ke tanganNya," katanya. Seorang bernama Kartal Demirag diringkus pihak keamanan. Demirag, 32 tahun, ternyata anggota senior satuan pembunuh Serigala Abu-Abu (Ulku Ocaklari), kelompok elite Partai Gerakan Nasionalis, partai oposisi terlarang sejak 1980. Ia dihukum 10 tahun karena terlibat pembunuhan. Januari lalu ia lolos dari tahanan. "Sebenarnya, kita bisa saja membunuh Ozal," ujar salah seorang penelepon gelap kepada harian Sabah di Istambul. Penelepon, yang mengaku anggota Gerakan Nasionalis, menyatakan bertanggung jawab dalam kasus ini. Ozal menjadi sasaran karena "kami memprotes langkah pendekatan yang dilakukannya terhadap Yunani." Rabu pekan lalu Ozal mengakhiri kunjungan resmi tiga hari ke Yunani - kunjungan pertama kali dilakukan pemimpin Turki sejak 36 tahun lalu. Kedua negara itu bersengketa gara-gara Siprus terbagi dua, dan hak-hak Laut Aegea. Hanya itukah? Belum jelas benar soalya. Yang jelas, Ozal - yang naik jadi PM pada 1983 setelah keluar dari pemerintahan dan mendirikan partai baru pada 1982 - dikecam luas karena kebijaksanaan ekonomi pasar bebasnya yang menyebabkan inflasi setinggi 70% di tahun silam. Kata orang, ia mencetak uang bagaikan membikin kertas wrana-warni buat disebarkan di pesta. Adapun Serigala Abu-Abu dikenal sebagai wadah pembunuh kaliber internasional, yang bertanggung jawab atas pembantaian 5.000 penduduk sipil Turki dalam kerusuhan 1970. Salah seorang anggotanya, Mehmet Ali Agca, penembak Paus Yohanes Paulus II di lapangan St. Peter, Roma, pada 1981.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini