Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Naik-turunnya intifada

Yitzhak rabin berdialog dengan pimpinan palestina di jalur gaza. gerakan menentang kekerasan tentara israel di jalur gaza dari pihak israel sendiri makin tegas garisnya, pm yitzhak shamir bertahan.

25 Juni 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"JILATAN api intifada harus membakar penjajah," itulah perintah pertama Pemimpin PLO Yasser Arafat dari Baghdad, pekan lalu, sepulangnya dari konperensi puncak Liga Arab di Aljir. Kibaran ratusan bendera PLO dan hujan batu di Jalur Gaza dan Tepi Barat koritan meledak. Lebih dahsyat dari peristiwa pembakaran hutan pinus di Tepi Barat tiga pekan lalu. Memang, sebagaimana dikatakan Shmuel Goren, koordinator Kementerian Pertahanan Israel di daerah pendudukan. kepada The Jerusalem Post dua pekan lalu, aksi orang-orang Palestina naik-turun grafiknya. Ada terkesan, katanya, orang-orang Palestina mulai capek, ingin hidup tanpa huru-hara. Berdasar pengamatan Goren, biarpun di permukaan mereka capek, dan karena itu intifada menurun, api tetap menyala di dalam hati orang-orang Palestina itu. Sementara itu, gerakan menentang kekerasan tentara Israel di Jalur Gaza dari pihak Israel sendiri makin tegas garisnya. Bulan lalu, sekelompok elite Israel membentuk Dewan Perdamaian dan Perlindungan, Yang terang-terangan menentang garis keras PM Yitzhak Shamir. Mereka adalah ekonomi, akademikus, dan jenderal-jenderal kelas wahid. Tujuan mereka memberikan informasi yang sebenarnya terjadi di wilayah pendudukan. "Supaya pemimpin Arab bisa diajak berunding, Israel harus meninggalkan daerah pendudukan," ujar Jenderal Avraham Rotem, dua pekan lalu. Di tingkat pimpinan puncak pemerintahan, konflik tak tertutupi. Menteri Pertahanan Yitzhak Rabin, untuk pertama kalinya, membuka dialog dengan beberapa pimpinan orang Palestina didaerah pendudukan. Nama-nama mereka tak disebutkan. Yang jelas, berdasarkan dialog itu, tiga pekan lalu Rabin menyikat Yitzhak Shamir di Knesset, parlemen Israel. Katanya, aspirasi orang Palestina di wilayah pendudukan tak pernah berubah. Mereka tak menginginkan Israel berada di sana. Dan mtifada, aksi orang Palestina, telah menghancurkan citra Israel. Di kalangan tentara sendiri, dalam dua bulan terakhir ini muncul pennbangkang-pembangkang. Setidaknya 22 tentara kini dikurung di penjara dengan ancaman hukuman maksimum 3 tahun penjara. Sampai pekan lalu baru lima orang yang diadili, dengan tuduhan: menolak bertugas di wilayah pendudukan. Adalah Ammon Carmon, 31 tahun, yang sempat merasakan hidup di balik jeruji selama 35 hari. Gara-garanya, anggota tentara ini menolak bertugas di Jalur Gaza. "Mula-mula saya akan diberi tugas di belakang, hingga tak perlu kontak langsung dengan orang Palestina," tuturnya kepada The Jerusalem Post. "Tapi soalnya bukan itu. Soalnya adalah saya tak mau terlibat. Yang lebih penting, saya tak bisa duduk-duduk menyaksikan anggota pasukan saya tiap malam keluyuran mengerjakan hal yang kotor: menangkapl orang dan lain-lain." Untuk Carmon-Carmon itulah gerakan Yesh Gvul, artinya "ada batasan", lahir. Gerakan yang muncul di kalangan militer guna membela prajurit yang menolak tugas yang lahir ketika Israel mulai terlibat perang di Libanon ini, selama ini sukses membela para pembangkang. Misalnya, dari 350 pembangkang yang menolak diterjunkar di Libanon, hanya sebagian kecil yang dibawa kepengadilan. Desember tahun lalu, beberapa hari setelah intifada meletus, Yesh Gvul mengirim "Deklarasi Penolakan" kepada pemerintah. Isinya, desakan agar prajurit Israel dibebaskan menolak untuk bertugas di wilayah pendudukan. Dari sektor politik dan ekonomi, muncul kelompok Hashana Ha-21. Semua anggota kelompok ini menolak melakukan perjalanan ke daerah pendudukan menentang perintah pemboikotan penjualan produk dan jasa kepada orang Arab mengecam aksi Israel mengotori nama bangsa dengan kata-kata yang berhubungan dengan penjajahan dan menolak semua tugas militer untuk melakukan tekanan di wilayah pendudukan. Tapi Shamir tak bergeming. Ia tetap teguh dengan garis kerasnya, dan pendapatnya bahwa orang Palestina mesti dilawan dengan kekerasan. Tiga pekan lalu, untuk pertama kalinya pengadilan Israel menyidangkan warganya lantaran mengadakan kontak langsung dengan PLO. Mereka dituduh melanggar Hukum Pencegahan Terorisme, karena PLO di mata Israel memang teroris. Pengikut kelompok kiri itu, pada bulan November 1986, bertandang ke kantor PLO di Rumania. Kelompok garis keras Israel, seperti Shamir, yang mengklaim wilayah dari Sungai Nil di Mesir sampai Sungai Tigris di Irak sebagai tanah bangsa Yahudi, bukannya tanpa pegangan. Dari hasil pengumpulan pendapat yang disebarkan beberapa waktu lalu tersimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Yahudi menghendaki pemerintah bertindak lebih keras terhadap semua gerakan bangsa Palestina. Seberapa jauh kesahihan poll itu, tak disebutkan. Soalnya, berbagai cara menekan warga daerah pendudukan, antara lain dengan memblokir bank-bank di Israel agar tak digunakan mengirimkan uang kepada orang Palestina, tak ada gunanya. Ada saja jalan bagi ejumlah negara Arab membantu mereka. Bahkan kini Irak menjanjikan pensiun bagi keluarga yang anggotanya tewas dalam intifada. Sementara itu, KTT Liga Arab telah menyetujui untuk mendukung gerakan tersebut baik secara moril maupun materiil. Sejauh intifada hanya menggunakan batu dan ketapel, simpati dari banyak penjuru akan diperolehnya. Dan itu berarti nama buruk bagi Israel. Tampaknya, intifada masih akan panjang. Prg

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus