Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERSETERUAN antara Yevgeny Prigozhin, pemimpin Wagner Group, dan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu yang sudah berlangsung lama tak lagi bisa disembunyikan. Dalam sebuah pernyataan berbentuk video yang dirilis pada Jumat, 23 Juni lalu, Prigozhin menuding Kementerian Pertahanan telah menyerang markas Wagner dan menyebabkan setidaknya 30 tentaranya tewas. Kementerian membantah tudingan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prigozhin sudah lama mengkritik Kementerian Pertahanan dalam hal penanganan perang Rusia-Ukraina. Sebelumnya, ia mengkritik dugaan korupsi di elite Kementerian serta lambatnya pengiriman amunisi dan senjata kepada pasukan Wagner, yang dinilai berkontribusi terhadap tewasnya ribuan tentara Wagner yang mempertahankan Bakhmut dari serangan pasukan Ukraina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perseteruan memuncak setelah keluar perintah Kementerian Pertahanan pada Sabtu, 10 Juni lalu. Dengan alasan meningkatkan efektivitas operasi militer, semua tentara yang berperang atas nama Rusia di Ukraina, termasuk yang swasta, harus mendaftar ke Kementerian paling lambat pada 1 Juli 2023.
Prigozhin menanggapinya dengan mengirim pasukannya ke Rostov-on-Don, markas komando timur Rusia yang letaknya 60 mil atau sekitar 96,5 kilometer dari perbatasan Ukraina. Pasukan lain akan menuju Ibu Kota Moskow untuk menyampaikan protes.
Pada Jumat, 23 Juni lalu, konvoi Wagner bergerak menuju Rostov-on-Don, kota yang berjarak sekitar 1.000 kilometer dari Moskow. Di kota ini, Wagner merebut markas militer Rusia tanpa perlawanan. Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, tampak warga Rostov malah memberikan makanan dan minuman kepada tentara swasta ini.
Langkah Wagner ini membuat pemerintah Rusia gusar. Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut perkembangan terbaru ini, meski tanpa spesifik menyebut Wagner, sebagai “tusukan dari belakang” dan bentuk “pengkhianatan”. “Semua yang mempersiapkan pemberontakan akan menerima hukuman yang tak terelakkan,” kata Putin.
Badan intelijen dalam negeri Rusia (FSB) mengumumkan penyelidikan pidana terhadap Prigozhin karena dugaan pemberontakan. Kantor Wagner yang berada di St. Petersburg juga digeledah polisi. Pada saat yang sama, Rusia mulai memblokade jalan-jalan masuk menuju Moskow dari arah selatan untuk menghadang kedatangan Wagner.
Peringatan Putin itu tak menyurutkan langkah Prigozhin. Ia menepis tudingan sebagai pengkhianat dan menyebut kelompoknya sebagai patriot. Dalam konvoi militer ke Rostov ini, Wagner setidaknya menembak jatuh dua helikopter tempur, tiga helikopter perang Mi-8, satu pesawat transportasi Mi-8, dan pos komando lintas udara Il-22M.
Pemberontakan ini berakhir setelah ada negosiasi antara sekutu Putin, Presiden Belarus Aleksandr G. Lukashenko, dan Prigozhin. Dalam kesepakatan pada Sabtu, 24 Juni lalu, itu, Prigozhin setuju tidak melanjutkan konvoinya ke Moskow dan bersedia ditempatkan di Belarus alias hengkang dari Rusia. Sebagai bagian dari salah satu kompensasinya, penyelidikan kriminal terhadap dia dibatalkan.
Intelijen negara Barat mengaku sudah mendeteksi rencana Wagner ini sebelumnya. Prigozhin dan Putin sama-sama dari St. Petersburg dan sudah dekat sejak dulu. Prigozhin dulu mendapat kontrak besar untuk menyediakan makanan bagi tentara Rusia dan Kremlin sehingga dijuluki media Barat sebagai “koki Putin”.
Kimberly Marten, profesor ilmu politik di Barnard College, Columbia University, Amerika Serikat, dalam Democracy Now mengatakan bahwa Prigozhin pernah dihukum 12 tahun penjara di Leningrad (kini St. Petersburg) karena kejahatan jalanan biasa dan perampokan. Dia keluar dari bui dua tahun lebih awal dan diduga ada kesepakatan dengan badan intelijen Uni Soviet (KGB), yang kemudian menjadi FSB di era Rusia. Putin adalah Wakil Wali Kota St. Petersburg saat itu. “Dia tidak pernah menjadi teman Putin. Dia selalu menjadi pelayan Putin,” ujar Marten.
Soal kelahiran Wagner sebagai tentara swasta ini tak terlalu jelas. Namun mereka terlihat pertama kali di depan publik di Ukraina saat ikut menduduki Krimea dan mendepak tentara Ukraina pada 2014. Menurut Prigozhin, seperti dilansir Sydney Morning Herald, kelahiran pasukan swastanya ini terjadi pada 1 Mei 2014.
Mitra Prigozhin dalam pendirian Wagner adalah Dmitry Utkin, mantan perwira intelijen militer Rusia. Logo Wagner adalah palu godam. Nama Wagner kabarnya merupakan callsign dari Utkin sebagai penghormatan terhadap Richard Wagner, komponis Jerman yang juga diidolakan pemimpin Nazi, Adolf Hitler.
Perusahaan militer swasta, Deutsche Welle menyebutkan, adalah ilegal menurut konstitusi Rusia, yang menyatakan bahwa tanggung jawab keamanan dan pertahanan hanya berada di tangan negara. Kitab pidana Rusia juga melarang warga negara menjadi tentara bayaran, tapi perusahaan yang dikelola negara diizinkan memiliki pasukan keamanan bersenjata swasta.
Joana de Deus Pereira, peneliti RUSI Eropa, menyatakan bahwa Wagner dikerahkan untuk melakukan operasi di daerah yang tentara Rusia tidak dapat terlibat secara legal. Organisasi ini juga menawarkan penyangkalan yang masuk akal yang memungkinkan Kremlin menggunakan kekuatan dengan tangan tak terlihat.
Yevgeny Prigozhin di Rostov-on-Don, Rusia, 24 Juni 2023. Reuters/Alexander Ermochenko
Setelah beraksi di Ukraina, Wagner dilaporkan beroperasi di Suriah, Libya, Republik Afrika Tengah, Sudan, Mali, dan Mozambik. Sorcha MacLeod, ketua kelompok kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk penggunaan tentara bayaran, mengatakan ciri konflik yang melibatkan Wagner antara lain konflik menjadi berkepanjangan serta pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan perang meningkat secara substansial.
Deutsche Welle menulis bahwa mereka yang tergabung dalam Wagner berasal dari berbagai negara. Menurut penelitian Logical, kelompok penelitian berbasis di Inggris, Wagner memanfaatkan media sosial untuk perekrutan. Dalam akunnya mereka menjanjikan penghasilan hingga 240 ribu rubel Rusia atau sekitar Rp 40 juta per bulan dan ada kemungkinan bonus tambahan.
Setelah terlibat dalam pencaplokan Krimea, jejak Wagner di Ukraina terlihat lagi pada Maret 2022. Tentara swasta ini dilaporkan mencatat keberhasilan di beberapa front timur tempat tentara Rusia dinilai gagal, termasuk membantu merebut Popasna dan Lysychansk serta berperang di Bakhmut, meskipun dengan kerugian yang sangat besar.
Keberhasilan ini membuat Yevgeny Prigozhin dianugerahi medali Pahlawan Federasi Rusia pada 2022. Dia kembali masuk ke lingkaran dalam Vladimir Putin hingga ia melancarkan pemberontakan yang berhenti di tengah jalan itu. “Kami pergi untuk menunjukkan protes kami dan bukan untuk menggulingkan pemerintah di negara ini,” tutur Prigozhin dalam pesan suara sepanjang 11 menit yang beredar di aplikasi Telegram seperti dilansir New York Times pada Senin, 26 Juni lalu.
Prigozhin mengatakan protesnya ditujukan kepada Kementerian Pertahanan yang memaksa tentara bayarannya menandatangani kontrak dengan pemerintah, yang berarti akan menghentikan operasi Wagner di Ukraina. Ia mengaku sudah berencana menyerahkan senjata berat mereka kepada tentara Rusia sampai akhirnya mereka diserang pada Jumat, 23 Juni lalu.
Pemerintah Rusia juga mengakui mendanai Wagner. “Saya ingin semua orang tahu bahwa pembiayaan semua grup Wagner sepenuhnya dijamin negara,” kata Putin dalam pertemuan dengan para penegak hukum yang disiarkan televisi dan dilansir kantor berita Rusia, TASS, Selasa, 27 Juni lalu. Selama Mei 2022 sampai Mei 2023 saja, Rusia membayar kepada Wagner 86,262 miliar rubel (sekitar US$ 1 miliar) untuk gaji dan insentif tentaranya.
Banyak spekulasi soal apa yang menyebabkan Prigozhin akhirnya membatalkan konvoi ke Moskow dan dampaknya bagi citra Putin sebagai pemimpin kuat. Nanto Sriyanto, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan, kalau Putin tak bersikap sangat keras terhadap Prigozhin, itu bukan karena dia tidak mampu. “Bisa saja karena dia sedang menghadapi front lain yang lebih penting,” ujarnya.
Peneliti yang kini menempuh studi doktoral mengenai hubungan internasional di Australia ini menambahkan, dampak gerakan Prigozhin adalah berkurangnya kekuatan militer Rusia dalam menghadapi serangan balik Ukraina dengan hengkangnya Wagner, yang ditaksir Kementerian Pertahanan Inggris beranggota sekitar 50 ribu orang. “Saya rasa ini akan membantu moral pasukan Ukraina,” kata Nanto.
Ukraina melihat hal yang sama. Kepala Badan Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina Kyrylo Budanov mengatakan Wagner kini tidak akan berperang melawan tentara Ukraina. “Ini adalah unit paling efektif dari Federasi Rusia yang mampu mencapai kesuksesan dengan biaya berapa pun,” ucapnya, seperti dilansir akun Twitter Nexta TV.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Pemberontakan Sang Koki"